Melalui kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Cala Ibi yang bergelung membentuk angka delapan memberikan pemahaman tentang konflik dimensi.
Konflik dimensi di sini tidak dipahami sebagai sekadar konflik antara dua dan tiga dimensi, tetapi sekaligus sebagai konflik di dalam Cala Ibi berkaitan dengan
bingkai-Maya dan bingkai-Maia, serta konflik yang dialami pembaca dalam memahami kedua dunia tersebut dan merumuskan dunia Cala Ibi.
Pemahaman terhadap “delapan” di dalam Cala Ibi tersebut menghasilkan pemahaman pula terhadap “empat.” Seperti diketahui bahwa “delapan” adalah
“empat dikali dua,” dan “empat” adalah “delapan dibagi dua.” Hubungan antara “delapan” dan “empat” tersebut memunculkan kesan “dua hal yang menjadi satu”
dan “satu hal yang menjadi dua” yang kembali memberi penegasan tentang gagasan penyatuan,
66
seperti yang tampak pada model cakrawala dan lingkaran.
7. Model Jendela
Model jendela tidak hadir secara eksplisit di seluruh bab Cala Ibi, tetapi hanya pada bab “Mutiara Laila” dan “Sang Naga.” Pada bab “Mutiara Laila” dikisahkan
bahwa pada suatu malam Maia didatangi keponakannya, Laila, “Aku kan sudah sering ke sini malam-malam begini, kata Laila. Cuma bedanya, malam ini aku
datang lewat jendela, dan kali ini aku datang manis sekali [...]” hlm. 21—22. Melalui kutipan tersebut dapat diketahui bahwa kedatangan Laila ke kamar Maia
bukanlah untuk kali pertama, ia sudah sering melakukan hal itu. Hanya saja, malam itu Laila datang lewat jendela. Hal tersebut juga memberi pemahaman
66
Delapan adalah simbol keseimbangan kosmik, pembaruan, dan kelahiran kembali, segi delapan menjembatani segi empat dan lingkaran, kombinasi stabilitas dan totalitas, sedangkan
empat adalah simbol kemenyeluruhan, ketersebaran, kemahakuasaan, soliditas, organisasi, kekuatan, orang pandai, keadilan, stabilitas, dan bumi; selengkapnya dapat dilihat pada Tresidder,
op.cit., hlm. 164 dan 192.
Strategi pembacaan..., Bramantio, FIB UI, 2008
bahwa kedatangan Laila pada waktu-waktu sebelumnya selalu lewat pintu, bukan jendela. Untuk melengkapi peristiwa kedatangan lewat jendela tersebut, pada bab
“Sang Naga” hadir peristiwa kepergian lewat jendela, “Kita akan terbang lewat jendela, kata naga, menuju malam ke mana-mana, jatuh tak ke mana-mana. Mari
pergi” hlm. 32. Kedua peristiwa yang memperlihatkan peristiwa datang-pergi dan masuk-keluar lewat jendela tersebut pada dasarnya adalah gambaran situasi
sekaligus panduan pembacaan Cala Ibi, pemahaman terhadap Cala Ibi hanya dapat diperoleh apabila pembacaan dilakukan lewat “jendela” atau dengan cara
khusus sesuai panduan Cala Ibi, bukan lewat “pintu” atau cara umum. Tidak sebatas itu, kedatangan Laila ke kamar Maia menjadi titik awal petualangan
Maia, Kau menoleh ke arah jendela. Daun jendela telah terbuka,
membingkai langit malam segi empat. Kau mencari bintang, bulan, arakan awan. Tak ada. Hanya tampak hitam yang berdiam adalah
gelap malam yang menyingkapkan bintang-bintang jauh yang tak kelihatan di siang hari, kau belum lagi tahu”
Sebab aku bernama malam, terdengar Laila berkata tiba-tiba, suaranya datang seperti gema.
Kau menatap anak kecil di cermin itu, dan melihat malam di wajahnya. Malam-malammu. Malam-malam tak bertepi, sungai-
sungai panjang, jam-jam meresah, berjarum bertiktok menusukkan waktu ke ulu, seprai kusut oleh tubuh yang tak bisa berdiam, tetes air
dari keran yang menyiksa pendengaran, tak manisnya insomnia, tak manisnya mengingat lupa, tak manisnya rasa sesak, asinnya garam air
mata, beningnya seperti kaca... hlm. 22.
Melalui kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Maia merasa tersiksa setiap
malam. Meskipun demikian, malam Laila pula yang “menyingkap bintang- bintang jauh yang tak kelihatan” yang dapat dipahami sebagai segala bentuk
pengetahuan Maia tentang dirinya sendiri yang kelak diperoleh Maia dalam petualangannya bersama Cala Ibi. Hal tersebut juga berkaitan dengan mimpi-
mimpi, sebagai sesuatu yang identik dengan malam, di dalam kehidupan Maya
Strategi pembacaan..., Bramantio, FIB UI, 2008
yang pada awalnya begitu mengganggunya, tetapi kemudian ditulisnya ulang sebagai usaha untuk memahami dirinya.
Lebih lanjut, meskipun pada awalnya model jendela hanya tampak pada bab “Mutiara Laila” dan “Sang Naga,” model tersebut pada dasarnya memberikan
gambaran menyeluruh kisah Cala Ibi yang menyerupai kisah berbingkai.
67
Hanya saja, Cala Ibi tidak sepenuhnya mengikuti konvensi kisah berbingkai karena
meskipun terdiri atas dua bingkai-Maya dan bingkai-Maia, salah satunya tidak memperlihatkan kedudukannya sebagai kisah utama dan yang lain sebagai kisah
bawahan. Hal tersebut pada akhirnya disimpulkan pada bab “Surat dan Tanda Terakhir,” “Dua lingkaran kembar itu rebah horisontal terbingkai sebuah segi
empat. Bingkai yang dibingkai lagi oleh segi empat lebih besar, jatuh sungsang” hlm. 264,
Tanda yang dilihat Maia tersebut adalah bentuk kisah Cala Ibi secara keseluruhan. Dua lingkaran yang membentuk angka delapan adalah bentuk garis-waktu kisah
yang menghubungkan bingkai-Maya dan bingkai-Maia, sedangkan segi empat adalah Maya atau Maia yang berkisah dan menulis tentang Maia atau Maya yang
67
Kisah yang susunannya atau lapis pengisahannnya memiliki kisah pertama yang berfungsi sebagai pengantar untuk serangkaian kisah yang satu sama lain tidak berkaitan dan
rangkaian kisah yang diurutkan itu seakan-akan berbingkai; Zaidan, Anita K. Rustapa, dan Hani’ah, op.cit., hlm. 48.
Strategi pembacaan..., Bramantio, FIB UI, 2008
berkisah dan menulis tentang Maya atau Maia dan seterusnya. Berkaitan dengan hal tersebut, telah jelas pula alasan Laila melarang Maia memecahkan kaca
jendela pada bab “Mutiara Laila,” Kau menatap sekeliling. Semua kaca telah jatuh berkeping, jadi
beling. Tak bersisa. Yang tampak hanya sisa-sisa yang pernah kaca, beling segitiga segiberapa bertebaran di mana-mana. Sisa-sisa yang
pernah menyimpan dirimu, jatuh ke mana-mana. Terakhir, kau meneguk segelas air putih, lalu membanting gelas ke tanah. Gelas
meluncur cepat, tamat riwayat. Kau menjatuhkan diri di atas kasur, tertawa. Tawamu masih bersisa, ketika tiba-tiba menyadari ada yang
terlupa.
Laila, Laila, kau memanggil keponakanmu yang menggeletak di sampingmu, tengah tertawa sambil memegangi perutnya. Kau bangkit
terduduk, menunjuk, itu juga kaca, kau berbisik hampir serupa desis. Jendela? Laila menatap ke sana.
Oh, yang itu belum saatnya, nanti, di bagian akhir cerita. Oh, kau menjawab, meski tak mengerti maksud perkataannya
barusan hlm. 24—25. Kutipan tersebut adalah penutup serangkaian aksi Maia dan Laila memecahkan
benda-benda yang terbuat dari kaca, “yang pernah menyimpan dirimu [Maia],” di kamar Maia yang bertujuan untuk meniadakan liyan, yaitu Maia-di-dalam-kaca.
Meskipun demikian, ketika Maia menunjuk jendela yang juga berkaca, Laila melarangnya menghancurkannya. Melalui kutipan tersebut dapat diketahui bahwa
tanggapan Laila atas niat Maia memecahkan kaca jendela tidak mengacu pada kaca jendela, melainkan pada jendela, karena Laila mengatakan “Jendela?” bukan
“Kaca jendela?” Tanggapan Laila tersebut merupakan penegasan bagian sebelumnya tentang fungsi “jendela” di dalam pembacaan Cala Ibi. Jendela
sebagai bagian dari rumah berfungsi sebagai jalan masuk cahaya dan udara, juga sarana bagi penghuni untuk melihat ke luar rumah. Yang jelas, jendela bukanlah
jalan yang biasa digunakan untuk masuk-keluarnya penghuni. Berkaitan dengan hal tersebut, larangan Laila kepada Maia dapat dipahami sebagai usaha untuk
menghadirkan sekaligus mempertahankan “jendela” sebagai sarana bagi Maia
Strategi pembacaan..., Bramantio, FIB UI, 2008
untuk “melihat ke luar rumah” bersama Cala Ibi, serta pada akhirnya mendapatkan “cahaya dan udara” pengetahuan tentang dirinya sendiri, seperti
tampak di akhir Cala Ibi, Kau mengangkat muka, beralih dari sebuah semesta ke semesta lain.
Semesta putih berserak bercak hitam tulisan, berganti semesta hitam berserak putih perak bintang. Semesta ini ataukah semesta itu. Dirimu
atau dirinya, kau tak pasti, yang mana yang lebih nyata, lembar- lembar ini atau di luar sana. Ataukah di luar yang di luar sana. Kau
merasa tak perlu mempersoalkannya. Karena kau tak tahu hlm. 270.
Melalui kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Maia memperoleh kesadaran
tentang dirinya sebagai bagian dari sebuah semesta bingkai-Maia yang juga bagian dari semesta bingkai-Maya di luar sana, dan seterusnya. Situasi yang
demikian bagaikan seseorang di dalam sebuah rumah, sebuah dunia, yang melihat dunia lain di luar rumah melalui jendela, lalu menemukan kesadaran bahwa diri
self dan dunianya ada karena ada diri-lain liyan, the other dan dunia lain di luar sana. Kesadaran yang demikian tentu tidak dapat diperoleh tanpa ada
“jendela.”
8. Model Cermin dan Refleksi