Model Cakrawala Model dan Matriks Cala Ibi

yang terus-menerus, mengawali akhir mengakhiri awal yang dinamai manusia sebagai cinta, lebih dari kehendak kata itu, takkan pernah usai hlm. 175.

4. Model Cakrawala

Analisis pada bagian sebelumnya memperlihatkan bahwa model oposisi biner di dalam Cala Ibi tidak sepenuhnya bermuara pada penegasan atas pertentangan, melainkan lebih pada gagasan penyatuan. Dengan kata lain, perbedaan ada tidak untuk saling mengalahkan atau melenyapkan, tetapi untuk saling melengkapi dan mengisi. Di dalam Cala Ibi, penyatuan dua hal yang bertentangan tersebut disimpulkan dengan cakrawala, “Ilusi, khayali, tak nyata, tak benar-benar ada. Seperti cakrawala seperti naga atau kuda bertanduk satu di kepala. Seperti nama suku Indian di Amerika Tengah yang telah tak ada. Fantasmagoria” hlm. 6. Seperti kita ketahui, cakrawala adalah garis khayal yang menyatukan bumi dan langit. Sebagai garis khayal, cakrawala tentu tidak tersentuh, tetapi tetap ada, “Garis tipis itu bahkan tak ada, namun menyimpan sesuatu di baliknya. Ada” hlm. 55, “Matamu sedang mencari cakrawala. Kau menerka letaknya, ada di sana, di seberang garis pantai, rebah di bawah titik-titik bintang terendah. Ada di antara, namun tak kentara” hlm. 180. Tidak sekadar menyimpulkan penyatuan oposisi biner, cakrawala di dalam Cala Ibi sekaligus memberikan pemahaman bahwa segala bentuk perbedaan adalah sesuatu yang “mengingatkanku pada cakrawala. Ilusi bagi mata manusia, tak benar-benar ada, maya....” hlm. 179. Melalui model cakrawala tersebut, hadir pula pemahaman yang lebih baik tentang Ujung dan Tepi, “Karena di cakrawala, ujung langit dan tepi bumi bertemu. Sedang keduanya jauh terpisah. Kau tiba-tiba teringat sebuah kisah cinta” hlm. 180. Sepanjang pembacaan Cala Ibi, diakui atau tidak, pembaca terus-menerus Strategi pembacaan..., Bramantio, FIB UI, 2008 terusik oleh kedua nama Ujung dan Tepi. Melalui kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Tepi dan Ujung mewakili bumi yang identik dengan perempuan Mother Earth dan langit yang identik dengan laki-laki Father Sky. Perbedaan keduanya tidak bermuara pada keterpisahan, melainkan saling melengkapi, karena bumi tidak akan disebut bumi jika tidak ada langit, begitu pula langit tidak akan disebut langit jika tidak ada bumi. 62 Apabila ditarik lebih jauh, nama Ujung dan Tepi tidak berbias gender dan bisa saja saling dipertukarkan. Lebih lanjut, meskipun keduanya di dalam Cala Ibi mewakili laki-laki dan perempuan, Ujung dan Tepi bukanlah oposisi biner, karena antonim “ujung” adalah “pangkal,” sedangkan antonim “tepi” adalah “pusat.” Dengan begitu, Ujung dan Tepi pun dapat dikatakan mewakili hal-hal yang bukan pangkal dan pusat, atau dengan kata lain, bukan falogosentris. Di dalam Cala Ibi, penyatuan tersebut semakin tampak di dalam percintaan antara Ujung dan Tepi di dalam bab “Ujung dan Tepi,” Tawamu lalu surut, tanganmu menyingkap rambut ke belakang telinga. Kau mendengar suara lain. Datang samar dari dalam kabut dari balik pepohonan dan semak. Suara perempuan dan lelaki, Ujung dan Tepi. Di antara kesik dedaunan, angin berdesauan mengalirkan sepasang suara. Suara yang purba, ketika manusia belum menemukan bahasa, ketika cinta belum sebuah kata yang terucap lidah, dan setubuh belum dinamai hlm. 160. yang kemudian melahirkan bayi, “Di hening malam terdengar tangis bayi pecah di udara” hlm. 172, pada bab “Ilalang.”

5. Model Lingkaran