PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PERAWATAN PAYUDARA (BREAST CARE) DENGAN VIDEO COMPACT DISC (VCD) DIBANDING DENGAN PHANTOM TERHADAP PENGETAHUAN DAN MOTIVASI BELAJAR
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PERAWATAN
PAYUDARA (BREAST CARE) DENGAN VIDEO COMPACT DISC
(VCD) DIBANDING DENGAN PHANTOM TERHADAP PENGETAHUAN DAN MOTIVASI BELAJAR
(Pada Mahasiswa D – III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan An – Nur Purwodadi)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 Minat Utama Kedokteran Keluarga Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan
Diajukan oleh : ANITA LUFIANTI
S540809301
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
(2)
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PERAWATAN
PAYUDARA (BREAST CARE) DENGAN VIDEO COMPACT DISC (VCD)
DIBANDING DENGAN PHANTOM TERHADAP
PENGETAHUAN DAN MOTIVASI BELAJAR
(Pada Mahasiswa Program Studi D – III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan An- Nur Purwodadi)
Disusun Oleh:
Anita Lufianti NIM S540809301
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing:
Jabatan Nama Tanda Tangan
Pembimbing I Prof.Dr.Didik Tamtomo,dr., PAK., MM.,M.Kes……… NIP. 194803131976101001
Pembimbing II Dr. Nunuk Suryani., M. Pd ………
NIP. 196611081990032001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Prof.Dr.Didik Tamtomo,dr,M. Kes., MM., PAK NIP. 194803131976101001
(3)
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PERAWATAN
PAYUDARA (BREAST CARE) DENGAN VIDEO COMPACT DISC (VCD)
DIBANDING DENGAN PHANTOM TERHADAP PENGETAHUAN DAN MOTIVASI BELAJAR (Pada Mahasiswa D – III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan An – Nur Purwodadi)
Tesis Di usun oleh : ANITA LUFIANTI
NIM. S540809301
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim penguji Tesis Pada tanggal : 18 Januari 2011
Dewan penguji :
Jabatan Nama TandaTangan
Ketua Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr., Sp.PA(K) ... NIP. 194903171976091001
Sekretaris Ir. Ruben Dharmawan, dr.,M.Sc.,Ph.D ... NIP. 195111201986011001
Anggota Prof. Dr. Didik G Tamtomo, dr. PAK., MM. M.Kes, ... Penguji NIP. 1948031319761011001
Dr. Hj. Nunuk Suryani, M.Pd ... NIP. 196611081990032001
Mengetahui,
Ketua Program Prof. Dr. Didik G Tamtomo, dr. PAK., MM. M.Kes, ... Studi Magister NIP. 1948031319761011001
Kedokteran Keluarga
(4)
commit to user KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Tesis dengan judul ” PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PERAWATAN PAYUDARA
(BREAST CARE) DENGAN VIDEO COMPACT DISC (VCD) DIBANDING
DENGAN PHANTOM TERHADAP PENGETAHUAN DAN MOTIVASI
BELAJAR (Pada Mahasiswa D- III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan An – Nur Purwodadi)”. Proposal Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S2, Minat Utama Kedokteran Keluarga, Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan , Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Moch. Syamsulhadi, dr., Sp.KJ(K), selaku Rektor Universitas Sebelas Maret beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti pendidikan di Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto, MSc. Ph.D, selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan dan dukungan untuk mengikuti pendidikan di program pasca sarjana.
(5)
commit to user
iii
3. Prof. Dr. Didik G Tamtomo,dr., PAK., MM., M.Kes Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan dan Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada kami dalam penyusunan penelitian. 4. Ibu Dr. Hj. Nunuk Suryani, M.Pd selaku pembimbing II yang telah
memberikan arahan dalam penyusunan penelitian ini.
5. Para Ketua Program Studi, Dosen dan seluruh responden yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.
6. Suamiku dan putra – putraku terkasih, Hendrik Budi Prasetyo, Kenzo Paramarafsya Radith Prasetyo dan Kenstano Qafkharu Dante Prasetyo karena keikhlasan doa, dukungan dan segala pengorbanannya kepada penulis.
7. Ayahanda H. Soenyoto dan Ibunda Hj. Lasmi yang telah mengijinkan dan tidak pernah berhenti mendoakan serta mendukung penulis dalam menjalani pilihan ini
8. Teman – teman seperjuangan angkatan 2009 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.
Semoga segala amal kebaikan yang telah diberikan akan mendapatkan pahala dari Allah SWT dan semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam upaya peningkatan program kesehatan remaja.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
(6)
commit to user
Penulis iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...i
LEMBAR PENGESAHAN...ii
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI...v
DAFTAR TABEL...vii
DAFTAR GAMBAR...viii
DAFTAR LAMPIRAN...ix
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Perumusan Masalah...3
C. Tujuan Penelitian...4
D. Manfaat Penelitian...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...6
A. Landasan Teori...6
(7)
commit to user
\v
2. Prestasi Belajar...15
3. Pengetahuan...27
4. Motivasi...32
5. Media Pembelajaran...50
6. Masase Payudara...58
B. Penelitian Relevan...61
C. Kerangka Berpikir...62
D. Hipotesis...65
BAB III METODE PENELITIAN...66
A. Metode dan Desain Penelitian...66
B. Waktu dan Tempat Penelitian...66.
C. Populasi, Sampel dan Sampling...67
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...68
E. Pengumpulan Data...69
F. Pengujian Alat Ukur...71
G. Uji Persyaratan Analisis...73
H. Analisa Data...74
BAB IV HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN...75
A. Deskripsi Data Penelitian...75
(8)
commit to user
vi
C. Analisa Data...91
D. Pembahasan...92
E. Keterbatasan Penelitian...97
BAB V PENUTUP...99
A. Kesimpulan...99
B. Implikasi...99
C. Saran...100
DAFTAR PUSTAKA...101
LAMPIRAN...104
(9)
commit to user ABSTRAK
Anita Lufianti, NIM S540809308, 2010, Perbedaan Pengaruh Pembelajaran
Perawatan Payudara (Breast Care) dengan Video Compact Disc(VCD) Dibanding dengan Phantom terhadap Pengetahuan dan Motivasi Belajar (Pada Mahasiswa D – III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan An – Nur Purwodadi) Komisi Pembimbing 1: Prof.Dr.Didik Tamtomo, dr., M. Kes., MM., PAK 2. Dr. Nunuk Suryani, M. Pd, Tesis : Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat utama Pendidikan Profesi Kesehatan, Program Pascasarjana, Universitasi Sebelas Maret
Tujuan: Mengetahui perbedaan motivasi dan pengetahuan antara
mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan media Video Compact Disc
(VCD) dibanding dengan Phantom pada pembelajaran masase payudara di
STIKES An – Nur purwodi
Metode: Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif
dengan desain jenis Eksperimental dengan Pendekatan pre – post test design. Subyek penelitian adalah selurah mahasiswa Prodi D III Keperawatan STIKES An-Nur Purwodadi tingkat II angkatan 2008 sejumlah 76 mahasiswa yang terdiri dari dua kelas. Penelitian dilaksanakan bulan desember 2010 di STIKES An – Nur Purwodadi. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan test sedangkan analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Mann- Whitney test dengan α= 0,05 dan uji Wilcoxon dengan p≤0,05
Hasil: Pengujian dengan Mann-Whitney tes terhadap pengetahuan dan
motivasi setelah pembelajaran mendapatkan nilai z= - 2,343 (sig 0,019) dan nilai z=-2,410 (sig 0,831), yang mengandung makna ada perbedaan pengetahuan pada kedua kelompok dan tidak ada perbedaan motivasi yang signifikan pada kedua kelompok, pengujian dengan wilcoxon didapatkan p=0,00 pada kedua media yang digunakan yang mengandung makna bahwa kedua media tersebut bagus untuk digunakan
Kesimpulan: Terdapat perbedaan pengetahuan mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan media VCD dibanding penggunaan media
phantom pada pembelajaran masase payudara di STIKES An- Nur Purwodadi dan
tidak ada perbedaan motivasi antara mahasiswa yang mendapat pembelajaran dengan media VCD dan Phantom.
(10)
commit to user ABSTRACT
Anita Lufianti, NIM S540809301,2010:Title The Difference of Effect of The
Breast Care Learning With The Video Compact Disc (VCD) Compared To The Learning with The Phantom on The Learning Achievement and Knowledge at The STIKES An-Nur Purwodadi, Commission supervisor 1. Prof. Dr. Didik Tamtomo., dr., M. Kes., MM., PAK.2 Dr. Nunuk Suryani, M. Pd,Thesis: Master of Family Medicine, The main Interest in Health Profession education, Graduate Program, University of Sebelas Maret
The Objectives: of the research are to know the difference of knowledge
and achievement between the students instructed with the video compact disk media and those instructed with the phantom media in the breast care learning at STIKES An- Nur Purwodadi
Methode: This research used a quantitative method with the experimental
design of pre post –post design. It was conducted at the STIKES An-Nur Purwodadi on december 2010.the subject of the research were all 76 students in Grade II(the student of 2008).the subject were divided into two groups. The data gathered through questioner and test.they were analyzed by using Mann- Whitney
test with α=0,05 and wilcoxon test with p≤0,05
Result: The result of the analysis on the students achievement and
motivation following the experimentation are z=-2,343 )sig 0,019) and z= - 2,410 (sig 0,831) respectively. Such research indicate that there is difference of achievement of the two groups, and there is not any significant difference of motivation of the groups. The wilcoxon have a result p= 0,00 in the both of the media are good to use.
Conclusion: Based of the result of the analysis , a conclusion is drawn that
there is difference of achievement between the students instructed with the video compact disk media and those instructed with the phantom media in the breast care masage learning at STIKES An- Nur Purwodadi,and there not any significant difference of motivation between the students instructed with the video compact disk media and those instructed with the phantom media in the breast care masage learning at STIKES An-Nur Purwodadi.
(11)
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelengaraan pendidikan tinggi bidang kesehatan dituntut untuk dengan Cepat merespon proses yang kompleks dan berkelanjutan dalam menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan dapat bekerja sesuai bidang ilmunya dan diterima di masyarakat secara baik dan benar (Tim Kerja Direktorat Pembinaan akademik dan Kemahasiswaan, 2005:41). Pendidikan program D-lll keperawatan. adalah suatu pendidikan yang bertujuan menghasilkan perawat praktisi pemula (Ahli Madya Keperawatan) yang cukup terampil dalam mengelola masalah kesehatan, memiliki landasan profesi yang kokoh, bermakna menumbuhkan dan membina sikap, tingkah laku,dan kemampuan profesional keperawatan untuk melakukan praktik keperawatan ilmiah.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka berbagai keterampilan perlu dikembangkan baik secara teori, praktik maupun dalam tatanan nyata praktik keperawatan di klinik. Terkait dengan hal tersebut dalam pembelajaran klinik dipengaruhi oleh banyak hal antara lain (l) penetapan Rumah Sakit atau puskesmas profesional utama dan Rumah Sakit lain sebagai jaringan praktek, (2) adanya komunitas keperawatan yang mampu menciptakan iklim yang kondusif dan adanya model peran (3) Tujuan instruksional yang jelas dan menentukan kompetensi yang akan dicapai dan (a) Menetapkan sistem evaluasi (Nursalam,
(12)
commit to user
2002). Oleh sebab itu diharapkan dalam kegiatan pengalaman belajar klinik keperawatan terencana sesuai dengan fungsi dan kompetensi yang ditetapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan dapat dikuasai oleh peserta didik dengan optimal (Yusuf; 2001).
Tahap profesi atau pengalaman belajar klinik merupakan upaya untuk memberikan kesempatan pada peserta didik menerapkan ilmu yang di pelajari dikelas kekeadaan nyata guna mendapatkan pengalaman nyata untuk mencapai kemampuan profesional (Intelektual, Teknikal, dan Interpersonal) (Nursalam,2002). Namun akibat terbatasnya lahan praktik, maka pencapaian kompetensi klinik menjadi sangat kurang memuaskan. Berdasarkan evaluasi yang diselenggarakan terhadap 60 ketrampilan klinik mahasiswa lulusan Prodi D- III Keperawatan STIKES ANNUR Purwodadi pada tahun 2009, diperoleh kisaran rata-rata hanya 78 % ketrampilan yang dapat dicapai oleh mahasiswa. Dari sisi target diperoleh hanya sekitar 42 % Dari target pengalaman praktik yang dapat dicapai oleh mahasiswa (Stikes Annur, 2006).
Dalam keperawatan kegiatan masase payudara (breast care) merupakan salah satu kegiatan yang sangat perlu dikuasai karena merupakan salah satu kompetensi bagi tenaga D-lll Keperawatan (PPNI Jawa Tengah, 1999). Masase Payudara adalah kegiatan memasase payudara dengan gerakan – gerakan tertentu dengan berbagai tujuan, seperti melancarkan Air Susu Ibu (ASI), mencegah terjadinya engorgement, mencegah terjadinya mastitis. Dalam hasil evaluasi yang dilakukan pada praktik di RSUD Purwodadi pada tahun 2009, didapatkan hanya 8 orang (2,5%) mahasiswa yang mendapatlkan kesempatan melaksanakan praktik
(13)
commit to user
masase payudara. Situasi ini menggambarkan bahwa praktik klinik saat ini tidak cukup membantu mahasiswa dalam mencapai ketrampilan kinik sehingga perlu dilakukan upaya lain bagi pengembangan ketrampilan mahasiswa.
Salah satu bentuk pendidikan keperawatan yang dilakukan adalah dengan pendekatan media pembelajaran dimana dosen melakukan pembelajaran menggunakan sarana audiovisual untuk menunjukkan bagaimana prosedur masase payudara pada pasien.. Penggunaan media pembelajaran dilakukan dengan tujuan mengoptimalkan proses pembelajaran dengan harapan hasil serapan pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa menjadi lebih optimal.
Berdasar pada hal diatas maka peneliti bermaksud menyelenggarakan penelitian tentang perbandingan motivasi dan pengetahuan mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan media video dengan menggunakan media
phantom pada pembelajaran perawatan payudara / masase payudara di Prodi D-III
Keperawatan STIKES ANNUR Purwodadi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan rumusan penelitian sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan Pengetahuan antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan media video dengan mahasiswa yang menggunakan media phantom pada pembelajaran Masase payudara di Prodi D-III Keperawatan STIKES ANNUR Purwodadi?
(14)
commit to user
2. Adakah perbedaan motivasi antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan media video dengan mahasiswa yang menggunakan media phantom pada pembelajaran Masase payudara di Prodi D-III Keperawatan STIKES ANNUR Purwodadi?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan pengetahuan dan motivasi antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan media video dengan mahasiswa yang menggunakan media phantom pada pembelajaran masase payudara di Prodi D-III Keperawatan STIKES ANNUR Purwodadi?
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi perbedaan pengetahuan antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan media video dengan mahasiswa yang menggunakan media phantom pada pembelajaran masase payudara di Prodi D-III Keperawatan STIKES ANNUR Purwodadi?
b. Mengidentifikasi perbedaan motivasi antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan media video dengan mahasiswa yang menggunakan media phantom pada pernbelajaran masase payudara di Prodi D-III Keperawatan STIKES ANNUR Purwodadi?
(15)
commit to user
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan sarana pengembangan pcngalaman penelitian dan diharapkan berguna sebagai dasar/ landasan bagi penelitian berikutnya. 2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi bagi pengembangan proses penyelenggaraan pendidikan di lingkungan masase payudara di Prodi D-III Keperawatan STIKES ANNUR Purwodadi?
3. Bagi profesi keperawatan
Untuk mengembangkan profesi keperawatan, khususnya dalam pengembangan pendidikan keperawatan.
(16)
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Belajar a. Pengertian
Belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi (Djamarah dan Zain, 2006: 11).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:295) Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Dalam belajar tersebut individu menggunakan ranah- ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Akibat dari belajar tersebut maka kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik makin bertambah baik. Cronbach dalam Sardiman (2005:20) memberikan definisi : " Learning is shown by a
change in behavior us a result of experience". (Belajar adalah memperlihatkan
perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman). Harold Spears dalam Sardiman (2005:20) memberikan batasan: "Learning is to observe, to read, to
initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction". (Belajar adalah
mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mcngikuti petunjuk/arahan). Geoch dalam Sardiman (2005:20), mengatakan :"Learning is a change in performance as a result of practice". (Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek).
(17)
commit to user
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca" mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenamya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
Slameto (2003:2) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemarnpuan seseorang dalarn berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenamya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam
(18)
commit to user
diri siswa, seperti kesehatan, keterarnpilan, kemapuan dan sebagainya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.
b. Ciri belajar
Ciri belajar yang baik menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:8) adalah : l) memperoleh hasil belajar dan pengalarnan hidup
2) terjadi proses intemal dalam diri pebelajar
3) terjadi jika pebelajar merniliki motivasi yang kuat c. Peran pengajar dalam belajar
Peranan pengajar sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif dalam kelas, yang lazim disebut sebagai proses belajar mengajar. Menurut James B Brown dalam Suryosubroto (2002:3) tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
Untuk dapat melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki kemampuan profesional yaitu terpenuhnya l0 kompetensi guru yang meliputi (Suryosubroto, 2002:4):
a) Menguasai bahan
1) menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah 2) menguasai bahan pengayaan/ penunjang bidang studi b) Mengelola program belajar mengajar
(19)
commit to user
2) mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional dengan tepat 3) melaksanakan program belajar mengajar
4) mengenal kemampuan anak didik c) Mengelola kelas
l) mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran 2) menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi d) Menggunakan media atau sumber
l) mengenal, memilih dan menggunakan alat media 2)membuat alat bantu pelajaran yang sederhana
3) menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar
4) menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan lapangan e) Menguasai landasan pendidikan
f) Mengelola interaksi belajar mengajar
g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran h) Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan
1) mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan 2) menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan
i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan
j) Memahami prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran
d. Teori belajar
Terdapat beberapa teori dalam belajar. Dimjati dan Mudjiono (1999:9-17) mengungkapkan teori-teori tersebut:
(20)
commit to user
l) Belajar Menurut Pandangan Skinner
Skinner dalam Dimjati dan Mudjiono (1999) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika ia tidak belajar maka responnya menurun.
Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
a) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar b) respon pebelajar
c) konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadinya stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.
Menurut skinner, pengajar perlu memperhatikan dua hal penting yaitu: a) pemilihan stimulus yang bersilat diskrirninatif
b) penggunaan penguatan
Adapun langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan adalah sebagai berikut:
a) pertama, mempelajari keadaan kelas. Pengajar mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negatif akan diperlemah atau dikurangi
b) kedua, membuat daftar penguat positif. Pengajar mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan sebagai penguat.
c) ketiga, memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya
(21)
commit to user
d) keempat, membuat program pembelajaran. Program pembelajaran berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidakberhasilan itu menjadi catatan penting bagi modifikasi perilaku selanjutnya.
2) Belajar menurut Gagne
Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (1999) mengungkapkan belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari : (l) stimulasi yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Gagne juga mengungkapkan bahwa belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu : kondisi internal, kondisi eksternal dan hasil belajar. Belajar adalah keadaan internal dan proses kognitif siswa.dengan stimulus dari lingkungan. Proses kognitif tersebut terdiri atas informasi verbal, keterampilan intelektual, ketrampilan motorik, sikap dan siasat kognitif.
3) Belajar menurut pandangan Piaget
Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (1999) berpendapat bahwa
pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi terus - menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan
(22)
commit to user
adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelektual semakin berkembang.
Perkembangan intelektual meliputi tahap-tahap berikut: l) sensori motor (0-2 tahun)
2) praoperasional (2-7 tahun) 3) operasional konkret (7-l I tahun) 4) operasional formal (diatas I I tahun)
Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan menggerak-gerakannya. pada tahap pra- operasional,. anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana berpartisipsi, mernbuat gambar dan mengolong-golongkan. Pada tahap operasional konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengembangkan penalaran logis walaupun kadang memecahkan masalah secara trial dnn error. pada tahap operasi formal anak dapat berfikir abstrak seperti pada orang dewasa.
Menurut Piaget, pembelajaran terdiri dari empat langkah yaitu: a) menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri
b) memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut
c) mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pemyataan yang menunjang proses pemecahan masalah
d) menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi.
(23)
commit to user
4) Belajar menurut Rogers
Rogers dalam Dimyati dan Mudjiono (1999) mengungkapkan bahwa praktek pendidikan yang baik menekankan pada siswa yang belajar, bukan pada pengajaran. Praktek tersebut ditandai dengan guru yang dominan dan pelajar yang hanya menghafalkan pelajaran. Rogers mengungkapkan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan, yaitu:
a) menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya
b) siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya
c) Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
d) belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar
e) belajar yang bemakna dalam masyarakat modem berarti belajar tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama dengan melakukan pengubahan diri secara terus-menerus
f) belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur bersifat sekunder
(24)
commit to user
g) belajar rnengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.
e. Faktor yang mempengaruhi belajar/ pembelajaran
Hasil belajar dipengaruhi oleh banyak f'aktor (Slameto: 2003). Faktor tersebut saling berkaitan dan bersinergi mempengaruhi hasil belajar. Secara umum faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah kondisi anak, bahan belajar, kegiatan belajar, metode belajar, alat dan sumber belajar serta evaluasi.
l) Kondisi siswa
Kondisi siswa meliputi derajat kesehatan, tingkat intelegensi, motif dan tujuan serta gaya belajar dan lingkungan pendukung (social support) dalam keluarga.
2) Bahan belajar
Menurut Sudirman dalam Abdul Bari Djamarah dan Aswan Zain (2006) Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi siswa. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Bahan belajar merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, karena bahan pelajaran itu yang diupayakan untuk dikuasai anak pebelajar. Bahan belajar dapat mempengaruhi motivasi belajar. Biasanya aktivitas belajar dan motivasi akan berkurang jika bahan belajar kurang menarik perhatian. 3) Kegiatan belajar
Kegiatan belaiar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar rnengajar akan rnelibatkan semua komponen
(25)
commit to user
pengajaran, kegiatan belajar akan mcnentukan sejauh mana tujuan yang telah, ditetapkan dapat tercapai (Abdul Bari Djamarah dan Aswan zain, 1996). Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan pebelajar terlibat dalam suatu interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya.
4) Metode belajar
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir (Djamarah dan Zain,1996)
5) Alat dan sumber belajar
Yang dimaksud dengan alat dan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan scbagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang (Djamarah dan Zain:1996)
6) Evaluasi
Menurut Brown dalam Abdul Hari Djamarah dan Aswan Zain (1996) evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Dengan evaluasi maka diharapkan dapat menentukan seberapa jauh taraf penguasaan dan kemajuan pebelajar dalam menguasai tujuan belajar.
2. Prestasi Belajar a. Pengertian
Menurut Adi Negoro dalam Sunarto (2009), prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu rnenunjukkan kecakapan suatu bangsa. S.
(26)
commit to user
Nasution dalarn Ridwan (2008) menyatakan prestasi belajar adalah: Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.
Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Menurut W.J.S Purwadarminto dalam Sunarto (2009) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan.
Berdasar pada uraian diatas, prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Ngalim Poerwanto (2004:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu "hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapot."
(27)
commit to user
Selanjutnya Winkel dalam Sunarto (2009) mengatakan bahwa "prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya" Sedangkan menurut S. Nasution dalam Sunarto (1999) mengungkapkan prestasi belajar adalah: "Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut."
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki pelajar dalam menerima" menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah rnengalami proses belajar rnengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran
(28)
commit to user
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.
b. Faktor - faktor yang mempengaruhi prestasi
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor - faktor yang mempengaruhinya, baik yang cenderung rnendorong maupun yang menghambat. Demikian juga dialami belajar, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa Itu adalah sebagai berikut (Ahmadi,1998 72 ):
1 ) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :
a) Faktor lntelegensi
Menurut Kartono dalam Sunarto (2009) kecerdasan merupakan salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi. Slameto (1995:56) mengatakan bahwa tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya semakin rendah kemarmpuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses. Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau
(29)
commit to user
kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
Intelegensi dalam arti sempit adalah kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah yang didalamnya berpikir perasaan. Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi belajar siswa. Karena tingginya peranan intelegensi dalam mencapai prestasi belajar maka guru harus memberikan perhatian yang sangat besar terhadap bidang studi yang banyak membutuhkan berpikir rasiologi untuk mata pelajaran matematika.
b) Faktor Minat
Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk rnerasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang beminat dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam belajar. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut winkel dalarn Sunarto (2009) minat adalah "kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/ hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu." Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah "kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang."
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah "suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya
(30)
commit to user
sendiri." Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
c) Faktor Keadaan Fisik dan Psikis
Keadaan fisik menunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan alat - alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas / labilitas mental siswa, karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya. Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya- Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat pcrkembangan scbaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah rnemiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkern dengan kawan
(31)
commit to user
sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa "bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan- kesanggupan tertentu." Kartono dalam Sunarto (2009) menyatakan bahwa "bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata." Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan "bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan."
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
e) Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa urtuk melakukan belajar.
(32)
commit to user
Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.Nasution dalam Sunarto (2009) rnengungkapkan motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk rnelakukan sesuatu." Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa "motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu."
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dirnaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan . yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan rnotivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2) Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi rnenjadi beberapa bagian, yaitu :
(33)
commit to user
a) Faktor Guru
Guru sebagai tenaga berpendidikan rnemiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar rnengajar, membimbing, rnelatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan pelajaran teknik karena itu setiap guru harus memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian dan kemasyarakatan.
Guru juga rnenunjukkan flexibilitas yang tinggi yaitu pendekatan didaktif dan gaya memimpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat rnenunjang tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin.
b) Faktor Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar. Seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya belajar.
c) Faktor Sumber - Sumber Belajar
Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar adalah tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar itu dapat berupa media / alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi
(34)
commit to user
konkret, mudah dipaharni, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna.
Menurut slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat a) Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama.dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa negara dan dunia. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa arnan itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secart aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Hasbullah dalam Sunarto (2009) mengatakan: Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena dalam keluarga inilah anak pertama- tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Mermperhatikan pernyataan diatas, orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan
(35)
commit to user
kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.(Sunarto, 2009)
b) Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-haril belajarnya. Kartono dalam Sunarto (2009) mengemukakan "guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan rnemiliki tingkah laku. yang tepat dalam mengajar." Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c) LingkunganMasyarakat
Selain orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangarr pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.(Slameto, 2005). Lingkungan dapat membentuk kepribadian anak, karena dalarn pergaulan sehari-
(36)
commit to user
hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut sebagaimana temannya.
c. Alat untuk mengukur keberhasilan belajar
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
Pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mengidentifikasi besar kecilnya obyek atau gejala. Berbicara masalah pengukuran tidak bisa terlepas dari kegiatan evaluasi yang mana evaluasi yang mana evaluasi merupakan kelanjutan setelah Dilakukan prosesi pengukuran. Menurut winkel dalam Ridwan (2000), evaluasi berarti penentuan sampai berapa jauh sesuatu berharga bermutu atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh pebelajar dan terhadap proses belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar Itu sampai seberapa jauh keduanya dapat dinilai baik. Bloom telah menerapkan
(37)
commit to user
dua bentuk evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah penggunaan tes selama proses belajar mengajar masih berlangsung, sehingga diperoleh umpan balik mengenai kemajuan yang telah tercapai sedang yang dimaksud evalusi sumatif yaitu penggunaan tes tes pada akhir status periode pengajaran tertentu" yang meliputi beberapa unit pelajaran atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan mungkin pada saat satu bidang studi selesai dipelajari.
Fungsi evaluasi belajar adalah untuk menimbulkan motivasi pada siswa,memberikan umpan balik kepada siswa, memberi umpan balik pada tenaga pengajar, memberi informasi pada orang tua memperoleh informasi tentang kelulusan dan mempertanggungjawabkan suatu program studi. Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan dengan ujian tertulis, lisan, kuis, praktik maupun presentasi hasil dari penugasan. Hasil dari kegiatan evaluasi berupa nilai atau dinyatakan dalam indek prestasi (lP).
3. Konsep Pengetahuan a. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi rnelalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo Notoatmodjo, 1997 : 127-128).
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang
(38)
commit to user
untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain.
b. Aspek pengetahuan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2005:50-51) pengetahuan memiliki enam tingkatan yang bergerak dari sederhana sampai pada kompleks yaitu :
1) Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, "tahu" ini adalah rnerupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari orang lain: menyebutkan, menguraikan; mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan rnateri tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat rnenjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenamya. Aplikasi disini
(39)
commit to user
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan rnateri atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintetis (Synthetis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintetis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan terhadap suatu materi atau objek. Penilaian - penilaian itu didasarkan pada kriteria yang ditentukan sendiri atau rnenggunakan kriteria yang telah ada.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Faktor tersebut dapat dikategorikan dalam faktor internal dan faktor eskternal.
(40)
commit to user
1) Faktor internal
yaitu faktor yang terdapat dalam diri manusia/ individu. Faktor ini meliputi : umur dan tingkat perkembangan, pengalaman pribadi dan keluasan mendapat akses informasi, serta rnelalui pendidikan baik formal maupun nonformal (Suryosubroto, 2002:1 4).
Urnur dan tingkat perkembangan seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuannya, hal ini dikarenakan dua faktor yaitu faktor kematangan dan faktor pengalaman, Seorang yang sudah dewasa memiliki kematangan fungsi otak dan proses fikir sehingga mampu melakukan analisis, sintesis maupun melakukan evaluasi terhadap obyek. Sedangkan dari sisi pengalaman semakin tinggi umur seseorang maka kemungkinan untuk mendapatkan pengalaman yang memungkinkan bertambahnya pengetahuan seseorang.
Pengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan. Sebagaimana diungkapkan oleh Pitono Suparto, dkk (2000: 17) bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari relevasi dan common sense yang dapat terjadi manakala seseorang berinteraksi dengan lingkungan
Pendidikan adalah proses dimana seseorang mendapatkan ilmu dari suatu interaksi antara pengajar dan pebelajar untuk mencapai tujuan melalui metode dan cara-cara tertentu yang terencana. Melalui proses pendidikan memungkinkan terjadinya transfer pengetahuan, baik berupa ilmu pengetahuan maupun sharing pengalaman dan termasuk didalamnya upaya-upaya untuk rnendapatkan pengalaman baru
(41)
commit to user
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar tubuh manusia/ yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Adapun faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara lain : adat dan kebiasaan, hukum dan regulasi, media informasi, sumber informasi
Adat dan kebiasaan dalam masyarakat dapat menjadi norma dalam masyarakat dan dianggap sebagai sesuatu yang benar adanya. Adat dan tanggapan dalam masyarakat dapat diturunkan dan diwariskan sebagai pengetahuan. Hal ini sebagaimana diungkapkan Walitzer dalam Pitono Suparto dkk (2000:17) bahwa pengetahuan dapat diturunkan karena adanya kekuasaan.
Ketersediaan sumber informasi sangat mempengaruhi penerimaan informasi dan pengetahuan individu. Sumber informasi dapat berupa orang tua, guru, teman dan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Salah satu sumber informasi yang tidak kalah penting adalah petugas kesehatan dalam perannya sebagai pendidik. Petugas kesehatan berperan untuk memberikan informasri yang spesifik/ khusus mengenai masalah kesehatan dan perilaku sehat yang diperlukan bagi masyarakat.
Media informasi dapat mempengaruhi kedalaman pencapaian pengetahuan individu. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (1993: 109) semakin komplek media semakin besar mampu memberikan dampak bagi pebelajar. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu semakin jelas pula pengetahuan yang diperoleh. Sebagaimana terdapat dalam teori kerucut Edgard Dale, terdapat
(42)
commit to user
tingkatan-tingkatan kemampuan media dalam memberikan stimulus dan penerimaan bagi tiap individu.
4. Motivasi
a- Pengertian motivasi
Motivasi berpangkal dari kata rnotif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivita- aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan) (Sutikno, 2005).
Menurut Ahmad Sudradjat (2008) motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Menurut Ensiklopedi Wikipedia, motivasi adalah : the activation or energization of goal-oriented hehavior. Motivation is said to be intrinsic or
extrinsic, atau suatu aktivasi atau energy yang menggerakkan pencapaian tujuan,
yang terdiri atas motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Romano (2007) mengungkapkan bahwa kata motivasi berasal dari kata lain “movere", yang berarti menggerakkan. Motivasi didefinisikan sebagai:
internal drive that actives behavior and gives it direction and gives it direction,
atau dorongan interna yang mengaktifasi dan rnengarahkan perilaku.
Menurut Mc. Donald dalam sutikno (2005), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan,
(43)
commit to user
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Adanya keinginan dan kebutuhan diri individu memotivasi individu tersebut untuk memenuhinya. Individu yang merasa haus mengarahkan perilakunya untuk minum, demikian pula mahasiswa yang merasa perlu mendapat ilrnu akan berusaha untuk belajar.
Istilah yang lain yang sering digunakan dalam menggambarkan motivasi adalah motif. Motif rnerupakan suatu pengertian yang merupakan penggerak, keinginan, rangsangan, hasrat, pembangkit tenaga" alasan dan dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan dia berbuat sesuatu. Motif atau motive dalam bahasa inggris berasal dari kata "motion" yang berarti berakan atau sesuatu yang bergerak. Gerakan tersebut dikaitkan dengan sesuatu yang dilakukan manusia, yaitu perbuatan dan periiaku (Sunaryo, 2004:135).
b. Macam-Macam Motif
Menurut Sunaryo (2004:138) secara unum terdapat dua macam motif yaitu nrotif prirner dan motif sekunder. Motif primer atau motif dasar adalah motif yang tidak dapat dipelajari dan merupakan insting untuk mempertahankan kelangsungan hidup serta mengembangkan keturunan. Motif ini sering disebut dengan drive. Dorongan muncul dari dalam diri individu dengan tujuan untuk mempertahankan hidup misalnya dorongan untuk makan, karena adanya rasa lapar dorongan untuk berpakaian karena merasa dingin, dan dorongan seksual
(44)
commit to user
untuk mempertahankan keturunan. Dorongan dari luar, atau disebut juga dorongan umum dapat timbul sebagai respon terhadap lingkungan seperti rasa takut rasa ingin tahu serta kasih sayang.
Motif sekunder adalah motif yang dapat dimodifikasi, dikembangkan dan dipelajari seiring dengan pengalaman yang diperoleh individu. Misalnya motif mendapat nilai yang baik mendorong seorang siswa untuk belajar, dan sebagainya.
Abu Ahmadi (1999) mengungkapkan bahwa motif dapat digolongkan dalam tiga macam yaitu:
l) Motif biologis atau motif biogenetis
Motif biologis atau motif biogenetis adalah motif yang berkembang dalam diri individu yang berasal dari kebutuhan individu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sebagai mahluk sosial. Kebutuhan ini rnelingkupi seluruh mahluk hidup termasuk manusia. Yang termasuk motif ini adalah rasa haus, lapar, lelah, dingin dan sebagainya.
2) Motif sosiologis atau motif sosiogenetis
Adalah motif yang didapat dari lingkungan atau kebudayaan tempat individu berada dan berkembang serta dipelajari. Motif ini dapat juga diartikan sebagai motif yang dipelajari atas dasar interaksi individu sebagai mahluk social yang hidup di masyarakat. Motif jenis ini dapat dipelajari, dimodifikasi dan dikembangkan sesuai dengan corak budaya di lingkungan. Misalnya keinginan memiliki rumah bertingkat, ingin pergi ke dukun, makan Rawon dan sebagainya.
(45)
commit to user
3) Motif teologis atau teogenetis
Motif teogenetis adalah motif yang mendorong seseorang untuk berhubungan dengan yang maha pencipta atau sesuatu yang dianggap menguasai Cirinya. Misalnya : keinginan untuk beribadah haji, keinginan berdoa dan minta Pengampunan dosa, dan sebagainya.
Mod Worth dan Marquis dalam Abu Ahmadi (1999) membagi motif menjadi:
l) Motif yang berhubungan dengan organic dan berasal dari dalam diri, misalnya motif makan, minum, bernafas, seksual dan istirahat.
2) Motif yang berasal dari lingkungan, yaitu timbul setelah manusia melakukan interaksi dengan lingkungan dan berasal dari luar diri individu. Motif ini dibedakan lagi dalarn :
a) Motif Darurat
Motif darurat atau emergency motive adalah motif yang membutuhkan tindakan cepat dan segera dalam memenuhinya karena tuntutan situasi lingkungan. Misalnya motif melawan ancaman, motif melepaskan diri dari bahaya dan kesulitan serta motif berkompetisi
b) Motif Obyektif
Motif obyektif atau objective motive adalah motif yang terkait langsung dengan lingkungan baik orang maupun benda. Misalnya keinginan memiliki sepeda motor, ingin memiliki nilai baik, motif bahagia dan sebagainya
(46)
commit to user
Abraham Maslow dalam Sunaryo (2004:139) mengungkapkan motif dibagi menjadi:
1) Motif kekurangan
Motif kekurangan (deficit motive) adalah motif yang berfungsi untuk mengatasi peningkatan ketegangan organisme sebagai akibat kekurangan suatu hal. Motif ini menyangkut kebutuhan fisiologis dan rasa aman serta mendorong perilaku yang mendesak pada individu untuk memenuhinya. contoh motif ini adalah rasa lapar (kekurangan makanan), rasa sesak (kekurangan oksigen), rasa nyeri (gangguan organ) dan sebagainya.
2) Motif Pertumbuhan
Motif pertumbuhan atau being motives adalah motif yang mendorong individu mengungkapkan potensinya. Motif ini memperkaya kehidupan dengan banyak belajar dan mencari pengalaman sehingga menambah semangat hidup,misalnya belajar di sekolah atau mencari pengalaman di luar negeri. Motif pertumbuhan dapat menjdi motif utama apabila motif kekuranga sudah terpenuhi c. Teori Motivasi
Landy dan Becker dalam Stonner dkk (1996: 58) mengungkapkan terdapat lima macam teori motivasi. Teori ini meliputi teori kebutuhan, teori keadilan, penguatan, teori harapan dan teori pencapaian tujuan. Kelima teori motivasi ini mengmukakan bagaimana motivasi terbentuk, namun tidak semuanya benar - benar dapat diterima (Moreno,2007).
(47)
commit to user
l) Teori Kebutuhan
Teori kebutuhan memfokuskan pada apa yang dibutuhkan individu untuk hidup secara berkecukupan. Teori ini berfokus pada pemahaman bahwa seseorang menjadi termotivasi jika belum mencapai kebutuhan/ mencapai kepuasan tertentu dalam kehidupannya. Kebutuhan yang telah terpuaskan bukan lagi menjadi motivator bagi seseorang (Stonner, 1996 : 139).
Abraham Maslow mengembangkan hirarki kebutuhan, yang mengelompokkan kebutuhan menjadi lima macam sebagaimana digambarkan pada hirarki berikut:
Garnbar 2.1 Hirarki Kebutuhan maslow
Maslow berpendapat bahwa individu akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang paling menoniol atau paling kuat bagi mereka hingga kurun waktu tertentu; dimulai dari kebutuhan fisik yang paling mendasar dan seterusnya berjenjang sampai pada kebutuhan yang lebih tinggi.
Kebutuhan Sosial
Aktualisasi Diri
Harga Diri
Kebutuhan aman dan nyaman
(48)
commit to user
Maslow berpendapat bahwa jika seluruh kebutuhan terpenuhi maka individu akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dimana mereka akan mencari makna dan melakukan pengembangan pribadi dan secara aktif mencari tanggungjawab baru. Misalnya seorang siswa yang telah terpenuhi kebutuhan fisiknya, dan mendapat nilai yang baik mungkin berminat menjadi ketua OSIS agar rnendapat pengakuan dari lingkungan.
Clayton Alfelder dalam Stoner (1996) rnengungkapkan bahwa motivasi dapat diukur dengan hirarki kebutuhan, namun Alfelder menggunakan kategori kebutuhan yang berbeda yaitu:
a) Kebutuhan eksistensi
Yang dimaksud dengan kebutuhan eksistensi adalah kebutuhan dasar dari Maslow.
b) Kebutuhan keterkaitan yaitu kebutuhan untuk melakukan hubungan dengan orang lain
c) Kebutuhan pertumbuhan, yaitu kebutuhan akan kreatifitas pribadi atau pengaruh produktif.
Teori kebutuhan dari Alfelder inilah yang sering disebut juga sebagai teori ERG (Excistence, Relatedness and Growth). Alfelder menekankan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi mengalami kekecewaan maka kebutuhan yang lebih rendah akan kembali walaupun telah terpuaskan. Sementara menurut Maslow jika seseorang telah merasa mcncapai suatu kebutuhan maka kehilangan kekuatan maka memotivasi tingkah laku. Maslow memandang orang bergerak menapaki
(49)
commit to user
hirarki kebutuhan sementara Alfelder memandang orang bergerak naik turun pada hirarki kebutuhan dari waktu ke waktu (Stoner, 1996)
John W. Atkinson dalam Romano (2007) mengungkapkan bahwa ada tiga macam dorongan mendasar dalam diri seseorang yang termotivasi yaitu : kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement), kebutuhan kekuatan (need for power) serta kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation) Keseimbangan dari ketiga dorongan ini bervariasi dari satu orang ke orang lain,Ada orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang kuat dan pada orang lain rnemiliki kebutuhan afiliasi yang kuat.
Prof. Dr. David C. McClelland, psikolog dari Universitas Harvard pada tahun 1961 ,rnerilis sebuah teori yang disebut motivasi berprestasi. Teori ini bermakna suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji. Dari penelitiannya dapat disimpulkan terdapatnya hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan pencapaian prestasi. Artinya, manajer yang rnempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki prestasi kerja tinggi dan sebaliknya mereka yang prestasi kerjanya rendah dimungkinkan karena motivasi berprestasinya juga rendah. Dan ternyata, motivasi berprestasi seseorang sangat berhubungan dengan dua faktor, yaitu tingkat kecerdasan (lQ) dan kepribadian. Artinya, orang akan mempunyai motivasi berprestasi tinggi bila memiliki kecerdasam yang memadai dan kepribadian yang dewasa. Ia akan mampu mencapai prestasi rnaksimal. Hal ini karena ia didukung oleh dua kemampuan yang berasal dari kedua falrtor tersebut. IQ merupakan kemampuan
(50)
commit to user
potensi dan kepribadian mempakan kemampuan seseorang untuk mengintegrasikan fungsi psiko-fisiknya yang sangat menentukan dirinya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. David Mc Cleland melalui penelitiannya menunjukkan bahwa kebutuhan yang kuat untuk berprestasi, yaitu dorongan untuk berhasil dan unggul berkaitan dengan sejauh mana orang tersebut termotivasi untuk melaksanakan tugasnya. Orang dengan kebutuhan prestasi yang tinggi suka bertanggung jawab untuk memecahkan masalah; mereka cenderung untuk menetapkan sasaran yang cukup sulit untuk mereka sendiri dan mengambil resiko vang sudah diperhitungkan untuk mencapai sasaran ini. Mereka juga menghargai umpan balik tentang seberapa baik mereka bekerja. Dengan demikian, mereka yang mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi cenderung termotivasi dengan situasi kerja yang penuh tantangan dan persaingan; orang dengan kebutuhan prestasi yang rendah cenderung akan berprestasi jelek dalam situasi yang sama (Romano,2007).
Mc. Clelland juga mengungkapkan bahwa kebutuhan untuk berafiliasi adalah kebutuhan untuk ingin tetap bekerja di sekeliling rekan kerjanya. Individu memiliki kecenderungan untuk tetap berada dalam ..lingkungan kenyamanan yang dikenalnya dan dikuasai oleh dirinya.(Stoner, 1997)
2) Teori Keadilan
Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atas keadilan dari penghargaan yang diterima. Keadilan dapat didefinisikan sebagai rasio antara input usaha individu dengan hasil yang mereka dapatkan. Teori ini mengungkapkan bahwa seseorang akan
(51)
commit to user
memotivasi jika mereka mengalami kepuasan dengan yang mereka terima dari upaya dalam proporsi dengan usaha yang mereka telah lakukan. Orang menilai Keadilan dari imbalan yang mereka dapatkan dengan irnbalan yang diterima oleh orang lain untuk input yang serupa (Stoner,1996).Teori ini berasumsi bahwa motivasi dapat timbul akibat kondisi ketidakadilan. Ketidakadilan dapat dipersepsikan sebagai kondisi nyata ketidakadilan maupun scbagai ketidakadilan yang dipersepsi. Ketidakadilan nyata dapat terjadi akibat adanya diskriminasi hak dan kewajiban. Misalnya seorang anak pejabat mendapat fasilitas belajar yang lebih dibandingkan siswa lainnya, maka dapat menimbulkan kecemburuan dari siswa lainnya untuk rnelakukan sesuatu, misalnya melakukan protes ataupun berusaha belajar giat untuk menunjukkan bahwa dirinya memiliki hak yang sama dengan siswa lainnya.
Keadilan dapat juga merupakan sesuatu nilai yang dipersepsi oleh individu. Contohnya jika seorang siswa mendapatkan nilai yang kurang baik, sementara siswa lainnya mendapatkan nilai yang lebih baik; maka dia dapat menganggap bahwa terjadi "ketidakadilan" karena keduanya telah sama-sama berusaha belajar, sehingga timbul upayanya untuk mengejar dengan belajar lebih giat atau mengalihkan usahanya untuk mencapai prestasi yang lain.
3) Teori Penguatan
Teori penguatan sangat terkait dengan pemikiran dari B.F Skinner tentang tingkah laku, yaitu bahwa tingkah laku di masa lampau mempengaruhi tindakan di masa depan dalam proses belajar siklis. Proses ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
(52)
commit to user
Rangsangan Respons Konsekuensi Respon masa depan
Dalam pandangan ini, tingkah laku sukarela seseorang (respons) terhadap Suatu situasi atau peristiwa (rangsangan) rnerupakan penyebab dari konsekuensi tertentu. Bila konsekuensi itu positif, pada masa depan orang cenderung memberikan respons serupa dalam situasi serupa. Bila konsekuensi tidak menyenangkan orang akan mengubah tingkah lakunya untuk menghindari konsekuensi tadi.
Teori penguatan mengasumsikan bahwa motivasi dapat dimodifikasi akibat adanva faktor dorongan dari luar yaitu adanya penguatan dan pengekangan untuk melakukan atau untuk tidak melakukan sesuatu. Penguatan dapat diciptakan oleh lingkungan sosial atau oleh suatu regulasi yang mengatur individu. Penguatan Positif (Positive reinforcement) baik berupa hadiah atau peningkatan status untuk pencapaian sesuatu dapat mernbangkitkan motivasi individu untuk melakukan sesuatu. Sebaliknya adanya penguatan negative (negative
reinforcement) dapat menyebabkan seseorang berusaha untuk menghindari
sesuatu. Baik penguatan positif maupun penguatan negative kadang diperlukan dalam suatu sinergi sehingga mampu menggerakkan individu (Stoner, 1997) 4) Teori Harapan
Menurut teori harapan orang rnemilih cara bertingkah laku dari antara alternatif serangkaian tindakan, berdasarkan harapan mereka akan apa yang diperoleh dari setiap tindakan. Teori harapan mengasumsikan bahwa seseorang akan memiliki motivasi jika mereka memiliki cita-cita atau visi yang jelas tentang bagaimana mereka akan menjadi atau menuju. Cita-cita memberikan cerminan pada diri
(53)
commit to user
tentang hal-hal yang akan diraih oleh individu atau sekelompok orang yang nantinya akan memacu mereka untuk meraihnya. Gambaran akan masa depan memberikan arah dan tujuan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh individu, kriteria waktu pencapaian serta bagaimana mengatasi hambatan- hambatan dalam upaya mencapai tujuan tersebut.
David Nadler dan Edward Lawler dalam Stoner (1996:147) mengungkapkan empat macam asumsi berdasarkan pendekatan harapan:
a) tingkah laku ditentukan dari kombinasi faktor-faktor dalam individu dan faktor dalam lingkungan
b) individu secara sadar mernbuat keputusan mengenai tingkah laku mereka c) individu mempunyai kebutuhan, keinginan serta sasaran yang berbeda
d) individu memilih diantara altematif tingkah laku atas dasar harapan mereka bahwa suatu tingkah laku akan membawa hasil yang diinginkan.
Asumsi diatas menjadi dasar untuk model harapan yang mempunyai tiga komponen utarna yaitu:
a) Harapan hasil prestasi
Individu mengharapkan konsekuensi tertentu dari tingkah laku mereka. Harapan ini, nantinya akan mcmpengaruhi keputusan mereka tentang cara bertingkah laku. Misalnya seorang siswa yang mengharapkan mendapat nilai tinggi di sekolah, memutuskan untuk mengikuti kursus pelajaran tambahan, dan sebagainya.
(54)
commit to user
b) Valensi
Valensi adalah kekuatan untuk memotivasi. Hasil dari suatu tingkah laku tertentu mempunyai suatu valensi khusus. Misalnya adanya pemberian beasiswa bagi siswa yang berprestasi memiliki valensi yang tinggi bagi siswa miskin, namun valensi rendah bagi siswa yang relative kaya; bagi siswa yang kaya mungkin lebih baik mereka mendapat piala atau sertifikat.
c) Harapan prestasi usaha
Harapan individu mengenai hambatan dan kesulitan untuk melaksanakan tugas atau mencapai prestasi mempengaruhi keputusan mengenai tingkah laku mereka. Kalau. diberi pilihan, individu cenderung memilih tingkat pelaksanaan yang tampaknya memberi peluang terbaik untuk mencapai hasil yang mereka harapkan (Stoner, 1996: 148)
5) Teori Menentukan Sasaran
Teori menentukan sasaran memusatkan pada proses penentuan sasaran ini. Edwin Locke dalam Moreno (2007) mengungkapkan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk menentukan sasaran dan berusaha berjuang keras untuk mencapainya hanya bernanfaat kalau orang tersebut memaharni dan menerima sasaran tertentu. Seseorang tidak akan termotivasi bila mereka tidak mempunyai dan rnengetahui mereka tidak mempunyai ketrampilan yang diperlukan untuk mencapai kebutuhan tadi.
Menurut teori menentukan sasaran, orang termotivasi kalau mereka bertingkah laku dalam cara yang menggerakkan mereka ke sasaran tertentu yang Jelas yang mereka terima dan terdapat harapan cukup besar untuk dicapai. Jadi
(55)
commit to user
teori ini menggabungkan teori harapan dan teori penguatan sebagai cara berbeda untuk menjelaskan mengapa orang bertingkah laku seperti yang ditunjukkan.
Edwin Locke dalam Ahmad Sudradjat (2008) mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan- tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi- strategi dan rencana-rencana kegiatan
Christoper Earley dan christine Shalley dalam stoner (1996:152) mengungkapkan terdapat empat tahap proses menentukan sasaran:
a) menetapkan standar untuk dicapai
b) evaluasi apakah standar tersebut telah dicapai
c) evaluasi apakah standar sesuai clengan sasaran pribadi
d) standar diterima, dengan demikian sasaran ditetapakan dan tingkah laku diarahkan ke arah sasaran/tujuan.
d. Pengertian motivasi belajar
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalarn diri siswa yang rnenimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan,sebab seseorang yang tidak mempunyai rnotivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar (Sutikno, 2005)
Dengan adanya dorongan di atas, maka motivasi belajar erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai, maka keadaan yang menyebabkan timbulnya
(56)
commit to user
belajar mereka, sehingga adanya tujuan-tujuan baru yang akan dicapai lagi. Timbulnya kegiatan belajar biasanya didorong oleh suatu atau beberapa keinginan, hasrat, kemauan atau kebutuhan. Dengan demikian tampaklah betapa pentingnya motivasi belajar di dalam diri setiap murid.
Dalam melakukan aktivitas, seseorang didorong oleh adanya faktor-faktor kebutuhan biologis, instink, unsur-unsur kejiwaan yang lain serta adanya Pengaruh perkembangan budaya manusia. Sebenarnya semua faktor-faktor itu tidak dapat dipisahkan dari soal kebutuhan, kebutuhan dalam arti luas, baik kebutuhan yang bersifat biologis maupun psikologis.
e. Ciri-ciri Motivasi
Untuk rnelengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi, perlu dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Ridwan,2002):
1) tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-rnenerus dalarn waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
2) ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk beqprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
3) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa.
4) lebih senang bekerja rnandiri.
5) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang aktif.
(1)
commit to user
statistik signifikan ditunjukkan dengan mean rank VCD lebih tinggi daripada phantom yaitu 44,21 dan 32,79. Hal ini jelas bahwa media video merupakan media pendidikan yang memiliki unsur audio dan visual, unsur suara dan visual juga lebih dominan sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap informasi yang disampaikan. Kelebihan dari penggunaan media video sendiri antara lain dapat menunjukkan kembali gerakan – gerakan dengan menggunakan efek tertentu yang dapat mempengaruhi proses belajar mahasiswa. Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Sadiman 2002;75 bahwa kelebihan video adalah dapat menarik perhatian penonton,demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya sehingga penyajiannya menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang – ulang. Sedangkan menurut Dale, 1956,dikutip dari Anitah,2008; 55 mengatakan “pengalaman manusia digambarkan sebagai suatu kerucut, yang dimulai dari pengalaman langsung sampai dengan pengalaman yang paling abstrak yaitu belajar melalui lambang kata – kata”. Sehingga “jika pengalaman belajar semakin menuju tingkat kongkrit maka hasil yang dicapai akan semakin tinggi” (Dale dalam Anitah 2008;56-60). Dengan demikian, media pembelajaran (termasuk video pembelajaran breast care) dapat membuat proses pembelajaran menjadi proses yang aktif,dan pebelajar lebih termotivasi untuk belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya (Sadiman,dkk,2002) dan akan membuat proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berpengaruh positif terhadap perolehan pengetahuan.
(2)
commit to user
2. Perbedaan Motivasi Mahasiswa Yang Mendapat Pembelajaran dengan
Media Video dibanding Phantom pada pembelajaran Masase Payudara Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pada kedua kelompok pembelajaran dengan media video dan phantom tidak ada perbedaan motivasi yang bermakna hal ini dimungkinkan karena pada keduanya melibatkan kontak visual dan pada tingkat kognitif dianggap cukup untuk meningkatkan pengetahuan dan membantu proses belajar. Namun secara teknis penggunaan VCD lebih praktis dan dapat direproduksi serta relatif lebih murah dan dapat didistribusikan kepada seluruh siswa atau orang lain sehingga lebih baik.
Abdul Bari Djamarah dan Aswan Zain mengungkapkan bahwa alat bantu (media) mampu memberikan umpan balik serta penggunaan alat bantu yang akseptabel dapat membuat pebelajar lebih bergairah dalam belajar. Penggunaan media yang tepat diharapkan dapat meningkarkan perhatian pebelajar terhadap relevansi proses belajar, meningkatkan motivasi dan membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah serta memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual serta mendorong individu untuk belajar (Djamarah dan Zain, 2006).
Materi (2000) menyatakan bahwa banyak pendapat yang menyatakan bahwa media memberi kemanfaatan terhadap motivasi, namun bukti – bukti menunjukkan bahwa beberapa komponen penting dari motivasi bahkan mengalami penurunan. Dari studi dari Favriel Salomon yang dikutip oleh Materi (2000) menunjukkan hasil bahwa siswa menunjukkan ketertarikan yang kuat terhadap media atau gabungan berbagai media umumnya memiliki
(3)
commit to user
kecenderungan harapan untuk dapat mengurangi kebutuhan untuk belajar. Harapan ini menghasilkan rendahnya usaha mental dan rendahnya pen
capaian pengetahuan jika dibandingakan mereka yang mendapat
pembelajaran yang dipersepsikan lebih sulit.Materi (2000) juga
mengungkapkan bahwa siswa lebih merasa antusias dengan media yang lebih baru karena adanya pengharapan dan optimisme adanya kemudahan untuk mengakses dan belajar.
Berdasarkan pada kenyataan diatas, maka dimungkinkan penggunaan media video lebih baik walaupun tidak menimbulkan antusiasme yang berlebihan dan ekspektasi yang bermakna tetapi bisa meningkatkan hasil pengetahuan dalam pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkat pula prestasi mahasiswa.
H. Keterbatasan Penelitian
Setelah memperhatikan desain dan teknis penelitian, peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini banyak keterbatasan antara lain:
1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan satu
institusi pendidikan saja dan dilakukan hanya pada satu jenis mata kuliah sehingga hasilnya kurang dapat mewakili secara mutlak.
2. Kedua metode belajar yang diterapkan (baik phantom maupun VCD)
merupakan pembelajaran visual yang tidak memberikan kesempatan mahasiswa /pebelajar mencoba sendiri (mendemonstrasikan) teknik masase payudara. Kondisi ini memberikan efek yang berbeda
(4)
commit to user
dibandingkan dengan teknik demonstrasi pada umumnya yang dimungkinkan adanya uji coba langsung oleh mahasiswa.
3. Keterbatasan waktu penelitian menyebabkan penelitian hanya dapat
dilakukan untuk mengevaluasi satu sub pembelajaran saja dan belum dapat menggambarkan dampak luas pengaruh media terhadap peningkatan pengetahuan dan motivasi belajar.
(5)
commit to user
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan pengetahuan antara mahasiswa yang mendapat
pembelajaran melalui phantom dan melalui VCD, yaitu mahasiswa yang mendapat pembelajaran melalui VCD lebih meningkat pengetahuannya daripada mahasiswa yang mendapat pembelajaran dengan phantom.
2. Tidak terdapat perbedaan motivasi yang bermakna antara mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan media video dengan menggunakan media phantom pada pembelajaran masase Payudara di STIKES AnNur Purwodadi Prodi D – III Keperawatan Tingkat II.
B. Implikasi
1. Kepada Institusi Penyelenggara Pendidikan
Diharapkan Institusi Pendidikan dapat memberikan fasilitas bagi pengembangan dan pengadaan media belajar VCD untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa.
(6)
commit to user
2. Kepada Pendidik
Diharapkan dapat berinovasi dan mengembangkan diri dalam menciptakan media VCD serta mengembangkan teknik lain diluar pemakaian media untuk mempertahankan atau meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
3. Kepada mahasiswa
Diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan media belajar terutama VCD sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan.
C. Saran
1. Diharapkan Institusi pendidikan dapat mengembangkan media VCD yang
memadai untuk meningkatkan pengetahuan dan keefektifan proses belajar.
2. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut tentang perbedaan pembelajaran
terutama VCD dan Phantom untuk bidang kajian mata kuliah yang lain dan dengan sampel penelitian yang lebih luas sehingga dapat memperkuat khasanah justifikasi hasil dan pada akhirnya dapat digunakan untuk generalisasi hasil.
3. Diharapkan ada rentang waktu yang relatif panjang untuk dilakukan
penelitian sehingga dapat menilai pengaruh jangka panjang media pembelajaran terhadap motivasi.