LANDASAN TEORI Cara belajar dan prestasi belajar matematika siswa asrama kelas VII SMP ST. Aloysius Turi Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014.

pada bidang lain, dan sebagainya. Atas dasar pertimbangan itu maka ada beberapa definisi tentang matematika yaitu: 1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir 2. Matematika adalah ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak 3. Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan- hubungannya 4. Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis 5. Matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan pada observasi induktif tetapi diterima generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian secara deduktif. 6. Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat akhirnya ke dalil atau teorema. 7. Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Menurut KBBI, Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan 2011. Dari banyaknya definisi di atas, terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkumnya secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah: 1. Memiliki objek kajian abstrak 2. Bertumpu pada kesepakatan 3. Berpola pikir deduktif 4. Memiliki simbol yang kosong dari arti 5. Memperhatikan semesta pembicaraan 6. Konsisten dalam sistemnya Kekhasan yang ada dalam matematika ini menyebabkan materi matematika tidak mudah untuk dipahami dan disenangi olah banyak orang sehingga seseorang tidak mudah untuk secara langsung menaruh minat terhadap mata pelajaran tersebut. B. Prestasi Belajar Matematika Kata prestasi belajar mengandung dua kata yakni “prestasi” dan “belajar” yang mempunyai arti berbeda. Menurut Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar 2011, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Mulyasa, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar. Prestasi adalah penilaian tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Menurut Masidjo 1995:40, prestasi belajar berarti hasil yang telah dicapai seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas. Dapat diartikan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai pada waktu tertentu dalam melakukan usaha supaya mendapat kemajuan kegiatan belajar yang diukur dengan menggunakan tes yang telah distandarisasi. Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik” Djamarah, 2004:21. Belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya KBBI 2013:189. Belajar merupakan kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku ke arah yang baik. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar Hudojo, 1988:1. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri Muhibbin, 2003:63. Jadi, secara umum, prestasi belajar adalah bukti usaha yang dapat dicapai, atau perubahan yang terjadi pada siswa dalam bidang pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sebagai hasil dari proses belajar Winkel, 1996: 102. Pengertian prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika. Prestasi belajar matematika diukur dengan skor yang dicapai atau diperoleh dalam tes prestasi belajar matematika. Prestasi yang diperoleh berupa skor mengacu pada proses belajarnya. Yang dinilai dalam proses belajar itu adalah bagaimana langkah- langkah berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika Hudojo, 1988:8 Skor siswa yang telah diperoleh dalam tes prestasi belajar matematika dimaknai sebagai tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman adalah proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan 2008:998. Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari W.S. Winkel, 1996: 246. W.S Winkel mendefinisikan pemahaman berdasarkan Taksonomi Bloom, yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk mengklasifikasikan tujuan instruksional. Dalam ranah kognitif berdasar Taksonomi Bloom yang telah diperbaharui terdapat aspek mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Ranah kognitif berdasar Taksonomi Bloom tersebut, dijelaskan dengan tabel berikut: Tabel 2.1 Tabel Ranah Kognitif Berdasar Taksonomi Bloom yang telah direvisi KOGNITIF KETERANGAN 1. Mengingat K 1 Kemampuan menyebutkan kembali informasipengetahuan yang tersimpan dalam ingatan. 2. Memahami K 2 Kemampuan memahami instruksi dan menegaskan pengertianmakna yang telah diajarkan baik dalam bentuk lisan, tertulis, maupun grafisdiagram. 3. MenerapkanK3 Kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep dalam situasi tertentu. Sumber:http:www.bppk.depkeu.go.idwebpknattachments766_1Taksonomi 20Bloom20-20Retno-ok-mima.pdf Ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi yang terdapat dalam tabel di atas dijelaskan sebagai berikut: 1. Pada tingkat mengingat K 1 : siswa menjawab pertanyaan berdasarkan ingatan yang telah lampau saja. contoh: menyebutkan arti taksonomi. 2. Pada tingkat memahami K 2 : siswa dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu prinsip atau konsep. contoh: merangkum materi yang telah diajarkan dengan kata-kata sendiri. 3. Pada tingkat menerapkan K 3 : siswa dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam suatu situasi yang baru. contoh: melakukan proses pembayaran gaji sesuai dengan sistem yang berlaku. 4. Pada tingkat menganalisis K 4 : siswa diminta untuk memecahkan suatu masalah ke dalam beberapa bagian dan mencari keterkaitan dari tiap bagian bagaimana hal itu sampai menimbulkan permasalahan. contoh: menganalisis penyebab meningkatnya harga pokok penjualan dalam laporan keuangan dengan memisahkan komponen-komponennya. 4. Menganalisis K4 Kemampuan memisahkan konsep ke dalam beberapa komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh. 5. MengevaluasiK5 Kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria, atau patokan tertentu. 6. Mencipta K6 Kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk yang utuh dan koheren, atau membuat sesuatu yang orisinil. 5. Pada tingkat mengevaluasi K 5 : siswa memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yan g sudah ada untuk membuat kebijakan. contoh: membandingkan hasil ujian siswa dengan kunci jawaban. 6. Pada tingkat mencipta K 6 : siswa dituntut menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. contoh: membuat rangkuman dengan mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber Sumber:http:www.ikippgrimadiun.ac.idejournalsitesdefaultfiles Untuk mengukur tingkat prestasi siswa berdasarkan tes prestasi belajar dapat disusun berdasarkan Taksonomi Bloom yang direvisi tabel 2.1, ranah kognitif yang diamati dibatasi yaitu ranah mengingat K 1 , memahami K 2 , dan menerapkan K 3 . Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar. Tes prestasi belajar dapat didefinisikan sebagai cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian hasil belajar, yang berbentuk tugas atau soal-soal yang harus dijawab sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi belajar subjek; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai standar tertentu, atau dapat pula dibandingkan dengan nilai-nilai yang berhasil dicapai oleh subjek lainnya Anas, 2011:73. C. Sekolah Berasrama Zaman sekarang, hampir di setiap kota kita jumpai apa yang disebut asrama yang didirikan oleh suatu yayasan, sekolah, ataupun oleh perseorangan. Asrama adalah suatu rumah pemondokan yang agak besar, yang menerima banyak anakorang dan biasanya berkaitan dengan salah satu yayasan atau sekolah, yang mendirikan asrama itu mempunyai sesuatu tujuan tertentu. Dalam hal ini, maka kelompok yang diterima dalam asrama itu merupakan kelompok yang selektif terpilih yang mempunyai sifat-sifat kesamaan dalam berbagai hal, misalnya mengenai pandangan hidup, tingkat studi, umur, kepentingan, kebutuhan dan lain-lain. Berdasar ini pula, tiap- tiap asrama akan menunjukkan ciri yang khas pula yang berbeda satu dengan yang lain Aryatmi, 1990:540 Dalam KBBI 2011, asrama didefinisikan sebagai bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang kepala asrama. Sekolah menurut KBBI adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran menurut tingkatannya. Sekolah berasrama adalah lembaga untuk belajar dan mengajar yang memiliki asrama, sebagai satu kompleks yang dikhususkan untuk mendampingi kaum muda dimana unsur-unsur pendidikan formal, informal, sosialitas, religiusitas, humanitas, dan intelektualitas disatukan menjadi suatu bentuk pendidikan yang terpadu SMA Pangudi Luhur van Lith, 2003. Pendidikan yang diperoleh di sekolah dilanjutkan di asrama dan sebaliknya pendidikan yang tidak diperoleh di sekolah akan diberikan di asrama. Dengan demikian sekolah berasrama meliputi dua bidang yaitu bidang asrama dan bidang sekolah. Dalam sekolah berasrama tercakup kebutuhan hidup dan kebutuhan belajar Kompas, 20 Mei 2014 Menurut Ki Hajar Dewantara Pedoman Asrama Universitas Negeri Malang, 2010, ada tiga pusat pendidikan, yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat. Asrama dapat mewakili dua pusat pendidikan, yaitu: keluarga dan masyarakat. Kehidupan di asrama dapat dipandang sebagai kehidupan keluarga. Dalam asrama terjadi interaksi antar warga asrama sebagaimana interaksi sesama saudara dan interaksi antara warga asrama dengan pembina sebagai interaksi antara anak dengan orang tua. Asrama juga dapat dipandang sebagai kehidupan masyarakat. Sejumlah warga asrama datang dari berbagai daerah, dari berbagai kultur, dengan karakteristik berbeda- beda. Interaksi kehidupan dalam heterogenitas warga seperti di atas dapat menggambarkan kehidupan masyarakat. Pendidikan dengan kelengkapan asrama, merupakan bentuk pendidikan yang telah ada berabad-abad lamanya, telah digunakan di Indonesia seperti dalam wujud Pesantren PAI Pendidikan Agama Islam. Pendidikan di Indonesia, banyak menekankan prinsip kekeluargaan dan gotong royong. Para pendidik bukan hanya berperan sebagai guru atau pengajar tetapi juga pemimpin, teman dan contoh atau model Pedoman Asrama Universitas Negeri Malang. Aryatmi 1990:542 menuliskan beberapa ciri-ciri kesamaan berbagai jenis asrama, antara lain: 1. Asrama meterima anak dari berbagai keluarga. 2. Anak-anak masuk ke asrama dengan tujuan tertentu. 3. Mereka akan menjadi penghuni asrama untuk suatu waktu tertentu. Selain kesamaan di atas, ada pula perbedaan yang menyebabkan tidak dapat dihindari adanya sifat kompleks, diantaranya: 1. Latar belakang sosial kehidupan anak tidak sama. 2. Kehidupan kejiwaan, pendidikan, dan kepribadian. 3. Pandangan hidup. Tujuan didirikannya asrama: 1. Melengkapi pendidikan di sekolah yang bersangkutan. 2. Memberi pendampingan pada perkembangan pribadi anak. 3. Memberi bimbingan berdasarkan suatu kepercayaan pandangan hidup tertentu. Tujuan orang tuaanak dalam memasuki asrama: 1. Untuk memperoleh perumahan selama masa studi 2. Agar anaknya memperoleh pendampingan yang baik 3. Untuk mendapat perumahan yang dekat dengan sekolah D. Pendidikan Dalam Keluarga Keluarga secara universal dianggap sebagai sel utama dan sangat vital dari masyarakat. Tidaklah mungkin suatu masyarakat itu sehat tanpa keluarga yang sehat pula. Keluarga inti terdiri dari suami, istri yang bersatu dalam ikatan perkawinan bersama-sama dengan anak-anak yang lahir dari persatuan mereka. Keluarga, mempunyai akarnya dalam hakikat manusia dan yang telah terbukti selama berabad-abad menjadi landasan latihan atau pendidikan keutamaan-keutamaan kebajikan moral dan peradaban yang memberi sumbangan bagi penghormatan terhadap sesama, solidaritas serta kesejahteraan umum masyarakat Maurice, 2001:8. Keluarga sebagai komunitas pendidikan yang utama dan mendasar, merupakan sarana yang istimewa bagi penerusan nilai-nilai agama dan budaya yang membantu seseorang memperoleh identitasnya sendiri. Keluarga adalah sarana yang paling efektif untuk memanusiakan dan mempribadikan masyarakat, memberikan keutamaan-keutamaan kebajikan dan nilai-nilai, menghormati hak-hak dan martabat pribadi, yang demikian penting bagi masyarakat modern yang anonim. Oleh karena itu, keluarga merupakan sekolah yang utama untuk kehidupan sosial, memberikan contoh dan rangsangan untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas Maurice, 2001:13. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia di mana ia belajar dan menyatakan dirinya sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Keluarga adalah suatu kesatuan sosial yang terkecil yang terdiri atas suami, isteri, dan jika ada anak-anak dan didahului oleh perkawinan Suardiman, 1990:120. Keluarga adalah lingkungan hidup pertama dan utama bagi setiap anak Aryatmi, 1990:513. Keluarga menurut Fachtiah 2009:47 adalah dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan mempunyai ikatan darah, pernikahan, kekerabatan dan atau pengadopsian yang didalamnya terdapat suatu sistem yang saling mengikat satu sama lain seperti adanya aturan- aturan, perbedaan budaya, dan perbedaan peran setiap anggota. Keluarga adalah lingkungan dimana seorang anak untuk pertama kalinya mengenal orang-orang disekitarnya sebelum berafiliasi ke masyarakat secara luas. Keluarga adalah tempat seseorang bergantung, baik secara ekonomi maupun untuk kehidupan lainnya, sekaligus juga berperan dominan dalam menentukan dan mengambil suatu keputusan Fatchiah, 2009:46. E. Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Matematika Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut “attitude” digunakan untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Attitude atau sikap timbul dari adanya interaksi manusia dan obyek tertentu. Sikap tidak hanya sesuatu tindakan atau jawaban-jawaban tertentu dari seseorang akan tetapi keseluruhan tindakan dimana satu sama lain saling berhubungan Suardiman, 1990:60. Sikap dapat dipandang sebagai 1 kesiapan bereaksi terhadap suatu objek stimulus dengan cara-cara tertentu dan 2 konstelasi dan komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku Kartika, 2008:44. Menurut Slameto 2010: 188, sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana individu berreaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek yang disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang mempunyai sikap positif terhadap suatu obyek yang dipandang bernilai baginya dan orang akan bersikap negatif terhadap obyek yang dianggapnya tidak bernilai atau merugikannya. Sikap oleh Secord dan Backman Azwar, 2013:15 didefinisikan sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan afeksi, pemikiran kognisi, dan predisposisi tindakan konasi seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Ada hubungan yang erat antara perasaan siswa dan sikap siswa terhadap pengalaman belajar di sekolah, baik terhadap seluruh atau salah satu mata pelajaran tertentu. Perasaan siswa yang satu dengan yang lain berbeda-beda, sehingga sikap merekapun akan berbeda-beda terhadap suatu obyek. Sikap siswa terhadap pelajaran matematika adalah kecenderungan untuk menerima atau menolak berbagai kegiatan yang berkaitan dengan matematika. Penerimaan terhadap pelajaran matematika dapat ditunjukkan melalui keberanian siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan ketekunan siswa untuk mengikuti seluruh proses pembelajaran dnegan utuh. Sikap mengandung tiga komponen Slameto, 2010: 188 yaitu: 1. Aspek kognitif Aspek kognitif memuat kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Kepercayaan tersebut datang dari apa yang telah dilihat dan diketahuinya. Berdasarkan apa yang telah dilihatnya itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu obyek. Tapi kadang- kadang, kepercayaan dapat terbentuk karena kurang adanya informasi yang benar mengenai obyek yang dihadapinya. Dalam belajar matematika, aspek kognitif berupa apa yang dipikirkan, diidekan dan dipercayai oleh pemilik sikap mengenai matematika. 2. Aspek afektif Aspek afektif menunjukkan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Reaksi emosional yang merupakan aspek afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar bagi obyek termaksud. Dalam belajar matematika, aspek afektif berupa apa yang dirasakan oleh pemilik sikap dalam emosinya terhadap matematika. 3. Aspek konatif Aspek konatif menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya. Dalam matematika, aspek konatif berupa kesediaan bertingkah laku atau kecenderungan berbuat terhadap matematika. Faktor-faktor yang membentuk sikap, antara lain Slameto, 2010: 189 adalah pengalaman, imitasi, sugesti, dan identifikasi. Sedangkan menurut Kompetensi sikap dalam kurikulum 2013, mencakup sikap spiritual dan sikap sosial. Berikut ini beberapa sikap sosial yang terdiri dari beberapa aspek pembentuknya yaitu: 1. Jujur adalah perilaku yang menunjukkan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Indikatornya: mengerjakan sendiri, menuliskan hasil percobaan, menyimpulkan hasil percobaan 2. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada ketentuan dan peraturan. Indikatornya: tepat waktu, taat aturan, kehadiran 3. Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial, budaya, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Indikatornya: menyiapkan alat, membersihkan alat, mengembalikan alat, mengganti kerusakanhilang. 4. Pedulitoleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Indikatornya: membantu teman, memberitahu teman, tidak mengganggu teman. 5. Kerjasama adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas. Indikatornya: menyumbangkan idependapat, meminta pendapat, mempertahankan dan menyatakan pendapat, menghargai pendapat orang lain, menjadi penengah perbedaan pendapat, membagi tugas, dan mendiskusikan. 6. Sopan santun: adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa maupun tingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif artinya norma kesantunan yang diterima bisa berbeda-beda diberbagai tempat, lingkungan atau waktu. Indikatornya: menghormati, berkata dengan sopan dan ramah, meminta ijin jika menggunakan barang orang lain. 7. Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Indikatornya: berani berpendapat, berani bertanya atau menjawab pertanyaan, membuat keputusan dengan cepat, tidak mudah putus asa, tidak canggung dalam bertindak. Dalam penelitian ini yang menggunakan beberapa dari aspek sikap di atas, yang dimaksud dengan sikap siswa terhadap matematika adalah kecenderungan untuk menerima atau menolak berbagai kegiatan yang berkaitan dengan matematika. Kecenderungan tersebut dapat terlihat dari keinginannya untuk tahu atau belajar lebih banyak dan dari kemauannya untuk lebih terlibat atau melibatkan diri dalam belajar matematika. Semakin siswa banyak melibatkan diri dalam berbagai kegiatan matematika berarti semakin positif sikapnya, semakin siswa enggan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan matematika berarti semakin negatif sikapnya. F. Cara Belajar Siswa Cara kamus Pelajar, 2011 adalah adat, kebiasaan, jalan aturan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan belajar KBBI, 2011 adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi, cara siswa adalah adat kebiasaan yang telah digunakan dalam jangka waktu tertentu dimana dengan kebiasaan tersebut siswa dapat menemukan keberanian, ketekunan, kenyamanan, dan pemahaman dalam proses pembelajaran. Banyak siswa Djamarah, 2011:81 melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar. Dalam belajar Djamarah, 2011:38, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Setiap situasi dimanapun dan kapanpun memberikan kesempatan belajar kepada seseorang. Berikut ini beberapa contoh aktivitas belajar: mendengarkan, memandang, merabamenyentuh, membau, mencecap, menulismencatat, membaca, membuat ringkasan, mengamati tabeldiagrambagan, menyusun paper, mengingat, berpikir, latihan atau praktek. Belajar akan lebih bermakna apabila kegiatan itu terpola dalam perbuatan individu yang sedang belajar. Belajar merupakan suatu proses sehingga tidak bisa langsung jadi. Cara belajar yang baik akan menjadi kebiasaan yang positif. Kebiasaan belajar yang baik bukan bakat yang dibawa sejak lahir melainkan merupakan kecakapan yang dapat dimiliki setiap orang melalui latihan. Bloom mengatakan bahwa jumlah waktu yang dihabiskan untuk belajar sangat kuat hubungannya dengan prestasi belajar yang dicapai sekaligus menunjukkan minat dan sikap seseorang dalam belajar. Cara belajar matematika menurut Hudojo 1988:5-7 adalah seluruh perilaku siswa yang ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam mempelajari matematika, baik perilaku sebelum menerima pelajaran matematika, sewaktu menerima pelajaran matematika, setelah menerima pelajaran matematika, dan dalam menghadapi ulangan atau tes matematika. Menurut Surakhmad 1982:61 ada beberapa kebiasaan dalam belajar. Pertama, kebiasaan sebelum mengikuti pelajaran matematika yang ditunjukkan dengan mempelajari materi pelajaran sebelum materi tersebut dibahas oleh guru. Selain itu, dengan mengulang kembali materi yang telah dibahas oleh guru dan mencatat persoalanpertanyaan untuk ditanyakan pada guru. Kedua, kebiasaan yang selama mengikuti pelajaran matematika seharusnya adalah memperhatikan kata-kata pengantar dari guru ketika memulai pelajaran, sehingga siswa akan mempunyai gambaran tentang pelajaran yang akan dibahas oleh guru. Selain itu, memperhatikan penjelasan guru dan mencatat bahan pelajaran yang diberikan oleh guru hal-hal yang penting. Apabila perlu, bertanya pada guru tentang hal yang kurang dimengerti dan sedapat mungkin tidak menunda-nunda pertanyaan tersebut. Ketiga, kebiasaan yang perlu dikembangkan setelah mengikuti pelajaran matematika sebaiknya adalah mengulangi kembali apa yang telah dipelajari agar bahan pelajaran yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Siswa dapat juga mempelajari sejenak materi yang dipelajari hari ini sambil melengkapi catatan, membuat ringkasan, mencatat pertanyaan, dan mengerjakan tugasPR. Keempat, kebiasaan dalam menghadapi ulangan atau tes matematika terdiri dari beberapa hal yakni keseriusan siswa dalam belajar saat tidak ada ulangan matematika. Siswa dipersiapkan jauh-jauh hari dengan mempelajari bahan untuk menghadapi ulangan matematika, bukan sistem “kebut semalam”. Siswa Slameto, 2010:73 dapat dibantu dalam mengelola waktu belajar yang dimilikinya dengan cara belajar yang efektif. Berikut ini dibahas bagaimana cara belajar yang efektif. Berikut ini dibahas bagaimana cara belajar yang efektif. 1. Ada yang membimbing dan mengarahkan 2. Memperhatikan kondisi dan strategi belajar a. Kondisi internal: yaitu kondisi yang ada dalam diri siswa itu sendiri misalnya, kesehatannya, keamanannya, dan sebagainya. b. Kondisi eksternal: adalah kondisi yang ada di luar pribadi manusia, misalnya kebersihan rumah, penerangan, dan keadaan lingkungan yang lain. c. Strategi belajar adalah cara yang digunakan agar belajar menjadi efektif dan efisien. Hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan jasmani, emosional dan sosial, keadaan lingkungan, saat memulai belajar, saat belajar, membuat rencana kerja sesuai waktu, ada kontrol, sikap optimistis, konsentrasi, cara membaca dan memahami isi buku. 3. Metode Belajar Metode adalah carajalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan. Cara untuk mencapainya akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang mempengaruhi belajar yang disebutkan sebagai berikut. a. Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya b. Membaca dan membuat catatan c. Mengulangi bahan pelajaran d. Konsentrasi e. Mengerjakan tugas G. Motivasi Siswa Terhadap Pelajaran Matematika Dari Kamus Pelajar 2011, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Secara psikologi, motivasi adalah usaha yang dapat meyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Eysenck merumuskan motivasi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap, dan sebagainya Slameto, 2010:170. Motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Hilgard Wina, 2008:250 mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertantu. Jadi, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk melakukan berbagai usaha dan aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi dengan kegiatan belajar siswa sangat berkaitan erat, karena motivasi berperan memberikan dorongan ke dalam diri siswa untuk belajar. Motivasi siswa terhadap pelajaran matematika adalah daya penggerak atau serangkaian usaha dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pelajaran matematika dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar matematika demi mencapai tujuan yang diinginkan. Slameto membedakan motivasi menjadi dua golongan yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik 2010:173. 1. Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, seperti Winkel, 1996:150: a. Perasaan senang: keadaan batin yang muncul ketika berhasil menghadapi tantangan atau kesulitan. b. Kemauan: keinginankehendak untuk melakukan sesuatu yang dipengaruhi oleh hal baru, mengejutkan, unik, dan menarik c. Kecerdasan: perkembangan akal budi yang berkaitan dengan kepandaian dan ketajaman pikiran. d. Kemandirian: tidak bergantung pada orang lain, dapat berdiri sendiri, melaksanakan tugas dengan target yang jelas, memiliki tujuan yang jelas dan menantang. e. Kepercayaan diri: keyakinan bahwa yang dipercayaidiperbuat itu benar dan sesuai dengan harapannya, berusaha mengungguli orang lain. contoh: Seseorang yang senang matematika, tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin latihan soal-soal matematika, mencari buku-buku matematika untuk dipelajari, karena ia ingin mendapat pengetahuan, keterampilan tentang matematika bukan karena ingin mendapat mendapat pujian teman dan guru. 2. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada rangsangan dari luar. Yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain: a. Belajar karena kewajiban: hal yang tidak bisa dihindari b. Menghindari hukuman: menghindari ganjaran atas penolakanperbuatan yang kurang baik c. Hadiahpujian: kebutuhan akan perhatian, dorongan, hubungan antarpribadi. d. Gengsi sosial: kebutuhan akan pengakuan orang lain dan keinginan pemenuhan diri e. Tuntutan materi: kebutuhan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan penghargaan, aktualisasi diri, dan memiliki keinginan untuk berprestasi sebaik mungkin. Contoh: Seseorang yang melakukan kegiatan belajar matematika karena besok paginya akan ulangan dengan harapan mendapat nilai baik sehingga akan mendapat hadiah atau pujian dari orang tuanya. Pembelajaran akan berhasil ketika siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru yang baik akan berusaha mendorong siswa untuk beraktivitas mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, motivasi siswa terhadap pelajaran matematika sebagai data penggerak atau serangkaian usaha dalam diri siswa siswa untuk melakukan aktivitas- aktivitas yang berhubungan dengan pelajaran matematika dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar matematika demi mencapai suatu tujuan yang diinginkan. H. Keadaan Lingkungan Sekitar Siswa Dalam KBBI 2011, keadaan diartikan sebagai sifat, perihal, suasana, situasi yang sedang berlaku. Sedangkan lingkungan adalah semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan. Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Suatu situasi yang dihadapi siswa setiap hari yang akan mempengaruhi gerak dan dinamika siswa dalam kehidupan sehari-hari. Situasi yang ada dapat membuat siswa giat belajar atau sebaliknya Slameto, 2010:71. Lingkungan adalah ruang dan waktu yang menjadi tempat eksistensi manusia. Dalam konsep ajaran pendidikan, lingkungan yang baik adalah lingkungan yang kondusif dan strategis untuk melaksanakan proses pembelajaran. Lingkungan pendidikan terdiri atas tiga macam yaitu: 1. Lingkungan keluarga: Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dalam proses pendidikan. Selain itu, lingkungan keluarga merupakan dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Namun tidak semua pendidikan dapat dilaksanakan oleh keluarga, terutama dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan. Kondisi lingkungan keluarga yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang salah satunya adalah keadaan ekonomi orang tua siswa. Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya Ahmadi dan Supriyono, 1991:83. 2. Lingkungan Sekolah Merupakan tempat bekal keahlian dan ilmu pengetahuan 3. Lingkungan masyarakat Merupakan tempat praktik dari bekal yang diperoleh dalam keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan Tatang, 2012: 154. Masyarakat merupakan lingkungan yang paling luas dan menantang. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat dimulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar pendidikan sekolah. Dengan demikian, pengaruh lingkungan tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan Tatang, 2012:158. I. Materi Pembelajaran Garis dan Sudut 1. Garis Garis Diktat UNM, adalah himpunan titik-titik pada bidang atau dalam ruang. Titik tidak didefinisikan, tidak berbentuk dan tidak mempunyai ukuran. Titik merupakan suatu ide yang abstrak karena tidak mempunyai ukuran, tidak memiliki panjang, lebar, ataupun tebal, memiliki letak posisi. Dalam Nuharini, 2008: 200 garis merupakan bangun paling sederhana dalam geometri, karena garis adalah bangun berdimensi satu. Perhatikan garis AB pada gambar 2.1. Di antara titik A dan B dapat dibuat satu garis lurus AB. Di antara dua titik pasti dapat ditarik satu garis lurus. Ga mbar 2.1 a. Kedudukan dua garis 1 Dua garis sejajar dua garis atau lebih dikatakan sejajar apabila garis-garis tersebut terletak pada satu bidang datar dan tidak akan pernah bertemu atau berpotongan jika garis tersebut diperpanjang sampai tak berhingga. Gambar 2.2 2 Dua garis berpotongan Dua garis dikatakan saling berpotongan apabila garis tersebut terletak pada satu bidang datar garis AB dan CD dan mempunyai satu titik potong. Gambar 2.3 A B m n A B C D 3 Dua garis berimpit Dua garis dikatakan saling berimpit apabila garis tersebut terletak pada satu garis lurus, sehingga hanya terlihat sebagai satu garis lurus saja 4 Dua garis bersilangan Dua garis dikatakan bersilangan apabila garis-garis tersebut tidak terletak pada satu bidang datar dan tidak akan berpotongan apabila diperpanjang. Gambar 2.5 menunjukkan sebuah balok ABCD.EFGH. perhatikan garis AC dan garis HF. Tampak kedua garis tersebut tidak terletak pada satu bidang datar. Garis AC terletak pada bidang ABCD, sedangkan garis HF terletak pada bidang EFGH. Jika kedua garis tersebut diperpanjang, keduanya tidak akan bertemu atau tidak punya titik potong. Kedudukan garis yang demikian dinamakan pasangan garis yang saling bersilangan. Gambar 2.5 A C B D F D A H G E B C Gambar 2.4 b. Garis horisontal dan garis vertikal Arah garis horisontal mendatar dan arah garis vertikal tegak lurus dengan garis horisontal. c. Sifat-sifat garis sejajar 1 Melalui satu titik di luar sebuah garis dapat ditarik tepat satu garis yang sejajar dengan garis itu. 2 Jika sebuah garis memotong salah satu dari dua garis yang sejajar maka garis itu juga akan memotong garis yang kedua. 3 Jika sebuah garis sejajar dengan dua garis lainnya maka kedua garis itu sejajar pula satu sama lain. 2. Sudut a. Pengertian Sudut adalah daerah yang dibentuk oleh pertemuan antara dua buah sinar atau dua buah garis lurus b. Besar suatu sudut dapat dinyatakan dalam satuan derajat , menit ‘, dan detik “ dengan hubungan diantara ketiganya sebagai berikut: 1 derajat = 60 menit, dinotasikan 1 = 60’ 1 menit = 60 detik, dinotasikan 1’ = 60” 1 adalah besarnya sudut yang dihasilkan oleh perputaran sejauh 360 1 Keliling lingkaran. Jadi, 1 = 360 1 putaran c. Penjumlahan dan pengurangan dalam satuan sudut Untuk menjumlahkan atau mengurangkan satuan sudut, masing- masing satuan derajat, menit, dan detik harus diletakkan dalam satu jalur. contoh: Tentukan hasil penjumlahan satuan sudut berikut ini. 1 24 46’ + 57 35’ 2 18 56’48” + 29 27’36” Penyelesaian: Gunakan cara bersusun pendek sebagai berikut 1 2 3. Menggambar dan Memberi Nama Sudut a. Mengukur Besar Suatu Sudut Langkah-langkah dalam mengukur besar suatu sudut sebagai berikut. Perhatikan Gambar 2.6 berikut 21 82 21 1 81 21 60 81 81 81 81 81 35 57 46 24          24 24 48 36 27 29 48 56 18 24 24 48 24 1 23 1 47 24 1 23 1 47 24 60 23 60 47 84 83 47 84 83 47 36 27 29 48 56 18                     Jadi O A B Jadi, 18 56’48” + 29 27’36” = 48 24’24” Jadi, 24 46’ + 57 35’= 82 21’ Gambar 2.6 1 Letakkan busur derajat pada sudut AOB sehingga a Titik pusat lingkaran busur derajat berimpit dengan titik O b Sisi horisontal busur derajat berimpit dengan sinar garis OA 2 Perhatikan angka nol 0 pada busur derajat yang terletak pada garis OA. Jika angka nol berada pada skala bawah, perhatikan angka pada skala bawah yang terletak pada kaki sudut OB. Dari gambar tampak bahwa garis OB terletak pada angka 75 . Jadi, besar sudut AOB = 75 . b. Menggambar Besar Suatu Sudut Misalkan kita akan melukis sudut PQR yang besarnya 60 . Langkah- langkah untuk melukis sudut PQR yang besarnya 60 sebagai berikut: 1 Buatlah salah satu kaki sudutnya yang horisontal, yaitu kaki sudut PQ 2 Letakkan busur derajat sehingga a Titik pusat lingkaran busur derajat berimpit dengan titik Q b Sisi lurus busur derajat berimpit dengan garis PQ 3 Perhatikan angka nol 0 pada busur derajat yang terletak pada garis PQ. Jika angka nol 0 terletak pada skala bawah maka angka 60 yang berada dibawah yang digunakan. Jika angka nol 0 terletak pada skala atas maka angka 60 yang berada di atas yang digunakan. Berilah tanda pada angka 60 dan namakan titik R. 4 Hubungkan titik Q dan R. daerah yang dibentuk oleh garis PQ dan QR adalah sudut PQR dengan besar PQR = 60 . 4. Jenis-jenis sudut Secara umum, ada lima jenis sudut, yaitu: a. Sudut siku-siku : sudut yang besarnya 90 b. Sudut lurus : sudut yang besarnya 180 c. Sudut lancip : sudut yang besarnya antara 0 dan 90 d. Sudut tumpul : sudut yang besarnya antara 90 dan 180 e. Sudut refleks : sudut yang besarnya lebih dari 180 dan kurang dari 360 5. Hubungan Antarsudut a. Pasangan sudut yang saling berpelurus bersuplemen Perhatikan Gambar 2.8 Pada gambar di atas, garis AB merupakan garis lurus, sehingga besar AOB = 180 . Pada garis AB, drai titik O dibuat garis melalui C, sehingga terbentuk sudut AOC dan sudut BOC. Sudut AOC O A a C B b R P Q Gambar 2.8 Gambar 2.7 merupakan pelurus atau suplemen dari sudut BOC. Demikian pula sebaiknya, BOC merupakan pelurus atau suplemen AOC, sehingga diperoleh  AOC +  BOC =  AOB 180   b a Atau dapat ditulis 180 b a   dan a b   180 Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: jumlah dua sudut yang saling berpelurus bersuplemen adalah 180 . Sudut yang satu merupakan pelurus dari sudut yang lain. Contoh: Perhatikan gambar di samping. Hitunglah nilai a dan tentukan pelurus dari sudut a . Gambar 2.9 Penyelesaian: Berdasarkan gambar diperoleh bahwa 144 36 180 36 5 180 180 5 180 2 3         a sudut Pelurus a a a a b. Pasangan sudut yang saling berpenyiku berkomplemen Perhatikan Gambar 3a 2a Pelurus sudut Pada gambar di samping terlihat PQR merupakan sudut siku-siku, sehingga besar PQR = 90 0. Jika pada PQR ditarik garis dari titik sudut Q, akan membentuk dua sudut yaitu sudut PQS dan sudut RQS. Dalam hal ini dikatakan bahwa PQS merupakan penyiku komplemen dari RQS, demikian pula sebaliknya. Sehingga diperoleh: 90   y x Dengan 90 90 x y dan y x     Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Jumlah dua sudut yang saling berpenyiku berkomplemen adalah 90 . Sudut yang satu merupakan penyiku dari sudut yang lain. Contoh: Perhatikan gambar di samping. a. Hitunglah nilai x b. Berapakah penyiku sudutx . c. Berapakah pelurus dari penyiku x Penyelesaian: Berdasarkan gambar diperoleh bahwa y x Q P S R dan 3 x x Gambar 2.11 Gambar 2.10 2 1 112 2 1 67 180 . 2 1 67 2 1 22 90 . 144 36 180 2 1 22 4 90 90 4 90 3 .              adalah x penyiku dari Pelurus c x dari Penyiku b a sudut Pelurus x x a x a c. Pasangan sudut yang saling bertolak belakang Perhatikan Gambar 2.12 Pada gambar di atas, garis KM dan LN saling berpotongan di titik O. Dua sudut yang letaknya saling membelakangi disebut dua sudut saling bertolak belakang, sehingga diperoleh KON bertolak belakang dengan LOM; dan NOM bertolak belakang dengan KOL. Bagaimana besar sudut yang saling bertolak belakang? Agar dapat menjawabnya, perhatikan uraian berikut. KOL + LOM = 180 berpelurus LOM = 180 - LOM …………………..i NOM + MOL = 180 berpelurus NOM = 180 - MOL …………………ii L K O N M Gambar 2.12 Pelurus sudut b. Penyiku dari c. Pelurus dari penyiku x adalah Dari persamaan i dan ii diperoleh KOL = NOM = 180 - LOM Jadi, besar KOL = besar NOM Dengan cara yang sama, dapat dibuktikan bahwa Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Jika dua garis berpotongan maka dua sudut yang letaknya saling membelakangi titik potongnya disebut dua sudut yang bertolak belakang. Dua sudut yang saling bertolak belakang adalah sama besar. contoh: Gambar 2.13 Perhatikan gambar di atas. Diketahui besar SOP = 45 . Tentukan besar a. b. c. Penyelesaian: Diketahui: SOP = 45 a. ROQ = SOP bertolak belakang = 45 S P O Q R b.  SOP +  SOR =180 berpelurus  SOR = 180 -  SOP = 180 - 45 = 135 c.  POQ =  SOR bertolak belakang = 135 J. Kerangka Berpikir Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar, dibutuhkan pengelolaan proses belajar yang baik. Proses belajar setiap siswa didasari oleh pengaruh lingkungan dimana ia berada. Proses belajar siswa diwarnai oleh keluarga, daerah, latar belakang, dan budaya yang merupakan tempat asal mula seseorang berkembang akal budinya. Belajar adalah proses perubahan ke arah yang baik yang dilakukan setiap siswa untuk lebih mengenali, mengerti, dan memahami suatu mata pelajaran kemudian menerapkannya dalam memecahkan suatu masalah. Salah satu bentuk dari proses belajar adalah cara belajar yang biasanya berupa kebiasaan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu untuk memahami suatu materi. Pada prinsipnya cara belajar mengandung unsur-unsur atau ciri-ciri yang berkaitan satu dengan lainnya, salah satunya sikap dan motivasi belajar. Pemahaman tentang sikap dan motivasi belajar siswa akan mempengaruhi cara belajar dan prestasi belajarnya. Pada umumnya seseorang yang motivasinya tinggi akan menumbuhkan sikap yang positif dalam belajar. Siswa akan mengetahui bagaimana agar dapat mencapai nilai yang baik. Apa yang harus dilakukan agar waktu belajar yang disediakan efektif, sehingga tidak ada tugas atau PR yang terbengkalai. Motivasi berasal dari dalam diri siswa sedangkan sikap merupakan tanggapan yang muncul dari dari luar dan dalam diri siswa. Dari uraian di atas, dapat diperkirakan bahwa siswa yang motivasi belajarnya tinggi akan menumbuhkan sikap yang bernilai positif dan benar dalam mengelola proses belajar akan nampak dalam usahanya dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Aturan atau jadwal harian di asrama, membuat siswa asrama akan lebih disiplin dan teratur dalam mengelola antara kebutuhan belajar dan waktu yang ada. Berkaitan dengan cara belajar, siswa asrama dapat mendahulukan tugas yang paling mendesak. Selain itu, siswa dapat menerapkan jadwal harian ke dalam cara belajar yaitu dengan mengatur mata pelajaran dengan porsi waktu yang sama. Dengan mengetahui cara-cara belajar yang tepat melalui pengelolaan proses belajar, siswa diharapkan dapat membiasakan diri untuk hidup disiplin, teratur, dewasa, dan dapat bekerjasama dalam usaha saling membantu dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi terutama berkaitan dengan bidang akademik. Kehadiran seorang pendamping secara khusus, dapat membantu siswa untuk berani bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan. Kekhususan yang ada dalam asrama dapat membawa pengaruh yang baik tidak hanya bagi siswa yang tinggal di asrama tetapi juga dapat memberi contoh bagi siswa di luar asrama. Tempat belajar menjadi sarana yang dapat memotivasi untuk lebih mandiri dan disiplin dalam belajar, sehingga membuahkan prestasi yang membanggakan. 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan bantuan pendekatan kuantitatif untuk melakukan penghitungan. Penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian deskriptif mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaannya dengan fenomena lain Sukmadinata, 2008:72. Peneliti akan mendeskripsikan data hasil observasi dan wawancara dalam bentuk uraian, sedangkan data yang menunjukkan angka-angka seperti hasil angket dan hasil tes prestasi akan dianalisis secara kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Penelitian ini merupakan salah satu bentuk dari penelitian kuantitatif, dan boleh dikatakan sebagai penelitian kuantitatif yang paling dasar, yang menggunakan jumlah atau frekuensi Sukmadinata, 2008:72. Menurut Furchan 2004:447, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperimen. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif karena penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai cara belajar matematika dan prestasi belajar matematika siswa asrama kelas VII di SMP St. Aloysius Turi semester II tahun pelajaran 20132014. B. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa asrama kelas VII SMP St. Aloysius Turi. Siswa asrama kelas VII berjumlah 19 siswa terdiri atas 3 putri dan 16 putra yang terbagi menjadi 3 kelas yaitu kelas VIIA berjumlah 7 siswa, VIIB berjumlah 5 siswa, dan VIIC berjumlah 7 siswa. SMP St. Aloysius terletak di Desa Donokerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang didirikan oleh umat Paroki Somohitan. Sekolah ini ber status Terakreditasi A, berdiri sejak 1967. SMP St. Aloysius dan asrama, keduanya dikelola oleh Bruder-bruder Kongregasi St. Aloysius CSA. C. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah hasil tes matematika, observasi di kelas dan di asrama, angket, dan wawancara yang semuanya itu meliputi cara belajar, sikap, motivasi, lingkungan, dan keluarga. D. Data Penelitian Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Hasil tes pelajaran matematika 2. Sikap siswa terhadap pelajaran matematika 3. Motivasi siswa terhadap pelajaran matematika