LANDASAN TEORI Cara belajar dan prestasi belajar matematika siswa asrama kelas VII SMP ST. Aloysius Turi Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014.
pada bidang lain, dan sebagainya. Atas dasar pertimbangan itu maka ada beberapa definisi tentang matematika yaitu:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir 2. Matematika adalah ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak
3. Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan- hubungannya
4. Matematika berkenaan
dengan ide-ide,
struktur-struktur, dan
hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis 5. Matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang
didasarkan pada observasi induktif tetapi diterima generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian secara deduktif.
6. Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma
atau postulat akhirnya ke dalil atau teorema. 7. Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,
besaran, dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Menurut KBBI, Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan 2011. Dari banyaknya definisi di atas, terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat
merangkumnya secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah: 1. Memiliki objek kajian abstrak
2. Bertumpu pada kesepakatan 3. Berpola pikir deduktif
4. Memiliki simbol yang kosong dari arti 5. Memperhatikan semesta pembicaraan
6. Konsisten dalam sistemnya Kekhasan yang ada dalam matematika ini menyebabkan materi
matematika tidak mudah untuk dipahami dan disenangi olah banyak orang sehingga seseorang tidak mudah untuk secara langsung menaruh minat
terhadap mata pelajaran tersebut. B. Prestasi Belajar Matematika
Kata prestasi belajar mengandung dua kata yakni “prestasi” dan “belajar” yang mempunyai arti berbeda. Menurut Kamus Bahasa Indonesia
untuk Pelajar 2011, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Mulyasa, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang
setelah menempuh kegiatan belajar. Prestasi adalah penilaian tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan
bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Menurut Masidjo 1995:40, prestasi belajar berarti
hasil yang telah dicapai seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas. Dapat diartikan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai
pada waktu tertentu dalam melakukan usaha supaya mendapat kemajuan
kegiatan belajar yang diukur dengan menggunakan tes yang telah distandarisasi.
Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta,
rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik” Djamarah, 2004:21. Belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan
seseorang untuk memenuhi kebutuhannya KBBI 2013:189. Belajar merupakan kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku ke
arah yang baik. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri
merupakan hasil belajar Hudojo, 1988:1. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar
yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri Muhibbin, 2003:63.
Jadi, secara umum, prestasi belajar adalah bukti usaha yang dapat dicapai, atau perubahan yang terjadi pada siswa dalam bidang pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap sebagai hasil dari proses belajar Winkel, 1996: 102. Pengertian prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil
yang dicapai siswa dalam belajar matematika. Prestasi belajar matematika diukur dengan skor yang dicapai atau diperoleh dalam tes prestasi belajar
matematika. Prestasi yang diperoleh berupa skor mengacu pada proses
belajarnya. Yang dinilai dalam proses belajar itu adalah bagaimana langkah- langkah berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika Hudojo,
1988:8 Skor siswa yang telah diperoleh dalam tes prestasi belajar
matematika dimaknai sebagai tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman
adalah proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan 2008:998. Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari
bahan yang dipelajari W.S. Winkel, 1996: 246. W.S Winkel mendefinisikan pemahaman berdasarkan Taksonomi Bloom, yaitu suatu
taksonomi yang
dikembangkan untuk
mengklasifikasikan tujuan
instruksional. Dalam ranah kognitif berdasar Taksonomi Bloom yang telah diperbaharui
terdapat aspek
mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Ranah kognitif berdasar
Taksonomi Bloom tersebut, dijelaskan dengan tabel berikut:
Tabel 2.1 Tabel Ranah Kognitif Berdasar Taksonomi Bloom yang telah direvisi
KOGNITIF KETERANGAN
1. Mengingat K
1
Kemampuan menyebutkan kembali informasipengetahuan yang tersimpan dalam ingatan.
2. Memahami K
2
Kemampuan memahami
instruksi dan
menegaskan pengertianmakna yang telah diajarkan baik dalam bentuk lisan,
tertulis, maupun grafisdiagram. 3. MenerapkanK3
Kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep dalam situasi tertentu.
Sumber:http:www.bppk.depkeu.go.idwebpknattachments766_1Taksonomi 20Bloom20-20Retno-ok-mima.pdf
Ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi yang terdapat dalam tabel di atas dijelaskan sebagai berikut:
1. Pada tingkat mengingat K
1
: siswa menjawab pertanyaan berdasarkan ingatan yang telah lampau saja. contoh: menyebutkan arti taksonomi.
2. Pada tingkat memahami K
2
: siswa dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu prinsip atau konsep.
contoh: merangkum materi yang telah diajarkan dengan kata-kata sendiri.
3. Pada tingkat menerapkan K
3
: siswa dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam suatu situasi yang baru. contoh: melakukan proses
pembayaran gaji sesuai dengan sistem yang berlaku. 4. Pada tingkat menganalisis K
4
: siswa diminta untuk memecahkan suatu masalah
ke dalam beberapa bagian dan mencari keterkaitan dari tiap bagian bagaimana hal itu sampai menimbulkan permasalahan. contoh:
menganalisis penyebab meningkatnya harga pokok penjualan dalam laporan keuangan dengan memisahkan komponen-komponennya.
4. Menganalisis K4 Kemampuan memisahkan konsep ke dalam beberapa
komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh.
5. MengevaluasiK5 Kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma,
kriteria, atau patokan tertentu. 6. Mencipta K6
Kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk yang utuh dan koheren, atau membuat sesuatu yang orisinil.
5. Pada tingkat mengevaluasi K
5
: siswa memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yan g sudah ada untuk membuat kebijakan. contoh:
membandingkan hasil ujian siswa dengan kunci jawaban. 6.
Pada tingkat mencipta K
6
: siswa dituntut menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola
yang berbeda dari sebelumnya. contoh: membuat rangkuman dengan mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber
Sumber:http:www.ikippgrimadiun.ac.idejournalsitesdefaultfiles Untuk mengukur tingkat prestasi siswa berdasarkan tes prestasi
belajar dapat disusun berdasarkan Taksonomi Bloom yang direvisi tabel 2.1, ranah kognitif yang diamati dibatasi yaitu ranah mengingat K
1
, memahami K
2
, dan menerapkan K
3
. Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar. Tes
prestasi belajar dapat didefinisikan sebagai cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian hasil belajar, yang berbentuk tugas atau soal-soal
yang harus dijawab sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi belajar subjek; nilai mana dapat dibandingkan
dengan nilai-nilai standar tertentu, atau dapat pula dibandingkan dengan nilai-nilai yang berhasil dicapai oleh subjek lainnya Anas, 2011:73.
C. Sekolah Berasrama Zaman sekarang, hampir di setiap kota kita jumpai apa yang
disebut asrama yang didirikan oleh suatu yayasan, sekolah, ataupun oleh perseorangan. Asrama adalah suatu rumah pemondokan yang agak besar,
yang menerima banyak anakorang dan biasanya berkaitan dengan salah satu yayasan atau sekolah, yang mendirikan asrama itu mempunyai sesuatu
tujuan tertentu. Dalam hal ini, maka kelompok yang diterima dalam asrama itu merupakan kelompok yang selektif terpilih yang mempunyai sifat-sifat
kesamaan dalam berbagai hal, misalnya mengenai pandangan hidup, tingkat studi, umur, kepentingan, kebutuhan dan lain-lain. Berdasar ini pula, tiap-
tiap asrama akan menunjukkan ciri yang khas pula yang berbeda satu dengan yang lain Aryatmi, 1990:540
Dalam KBBI 2011, asrama didefinisikan sebagai bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas
sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang kepala asrama. Sekolah menurut KBBI adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar
serta tempat menerima dan memberi pelajaran menurut tingkatannya. Sekolah berasrama adalah lembaga untuk belajar dan mengajar yang
memiliki asrama, sebagai satu kompleks yang dikhususkan untuk mendampingi kaum muda dimana unsur-unsur pendidikan formal, informal,
sosialitas, religiusitas, humanitas, dan intelektualitas disatukan menjadi suatu bentuk pendidikan yang terpadu SMA Pangudi Luhur van Lith,
2003. Pendidikan yang diperoleh di sekolah dilanjutkan di asrama dan sebaliknya pendidikan yang tidak diperoleh di sekolah akan diberikan di
asrama. Dengan demikian sekolah berasrama meliputi dua bidang yaitu bidang asrama dan bidang sekolah. Dalam sekolah berasrama tercakup
kebutuhan hidup dan kebutuhan belajar Kompas, 20 Mei 2014
Menurut Ki Hajar Dewantara Pedoman Asrama Universitas Negeri Malang, 2010, ada tiga pusat pendidikan, yaitu: keluarga, sekolah dan
masyarakat. Asrama dapat mewakili dua pusat pendidikan, yaitu: keluarga dan masyarakat. Kehidupan di asrama dapat dipandang sebagai kehidupan
keluarga. Dalam asrama terjadi interaksi antar warga asrama sebagaimana interaksi sesama saudara dan interaksi antara warga asrama dengan pembina
sebagai interaksi antara anak dengan orang tua. Asrama juga dapat dipandang sebagai kehidupan masyarakat. Sejumlah warga asrama datang
dari berbagai daerah, dari berbagai kultur, dengan karakteristik berbeda- beda. Interaksi kehidupan dalam heterogenitas warga seperti di atas dapat
menggambarkan kehidupan masyarakat. Pendidikan dengan kelengkapan asrama, merupakan bentuk
pendidikan yang telah ada berabad-abad lamanya, telah digunakan di Indonesia seperti dalam wujud Pesantren PAI Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan di Indonesia, banyak menekankan prinsip kekeluargaan dan gotong royong. Para pendidik bukan hanya berperan sebagai guru atau
pengajar tetapi juga pemimpin, teman dan contoh atau model Pedoman Asrama Universitas Negeri Malang.
Aryatmi 1990:542 menuliskan beberapa ciri-ciri kesamaan berbagai jenis asrama, antara lain:
1. Asrama meterima anak dari berbagai keluarga. 2. Anak-anak masuk ke asrama dengan tujuan tertentu.
3. Mereka akan menjadi penghuni asrama untuk suatu waktu tertentu.
Selain kesamaan di atas, ada pula perbedaan yang menyebabkan tidak dapat dihindari adanya sifat kompleks, diantaranya:
1. Latar belakang sosial kehidupan anak tidak sama. 2. Kehidupan kejiwaan, pendidikan, dan kepribadian.
3. Pandangan hidup. Tujuan didirikannya asrama:
1. Melengkapi pendidikan di sekolah yang bersangkutan. 2. Memberi pendampingan pada perkembangan pribadi anak.
3. Memberi bimbingan berdasarkan suatu kepercayaan pandangan hidup tertentu.
Tujuan orang tuaanak dalam memasuki asrama: 1. Untuk memperoleh perumahan selama masa studi
2. Agar anaknya memperoleh pendampingan yang baik 3. Untuk mendapat perumahan yang dekat dengan sekolah
D. Pendidikan Dalam Keluarga Keluarga secara universal dianggap sebagai sel utama dan sangat
vital dari masyarakat. Tidaklah mungkin suatu masyarakat itu sehat tanpa keluarga yang sehat pula. Keluarga inti terdiri dari suami, istri yang bersatu
dalam ikatan perkawinan bersama-sama dengan anak-anak yang lahir dari persatuan mereka. Keluarga, mempunyai akarnya dalam hakikat manusia
dan yang telah terbukti selama berabad-abad menjadi landasan latihan atau pendidikan keutamaan-keutamaan kebajikan moral dan peradaban yang
memberi sumbangan bagi penghormatan terhadap sesama, solidaritas serta kesejahteraan umum masyarakat Maurice, 2001:8.
Keluarga sebagai komunitas pendidikan yang utama dan mendasar, merupakan sarana yang istimewa bagi penerusan nilai-nilai agama dan
budaya yang membantu seseorang memperoleh identitasnya sendiri. Keluarga adalah sarana yang paling efektif untuk memanusiakan dan
mempribadikan masyarakat, memberikan keutamaan-keutamaan kebajikan dan nilai-nilai, menghormati hak-hak dan martabat pribadi, yang demikian
penting bagi masyarakat modern yang anonim. Oleh karena itu, keluarga merupakan sekolah yang utama untuk kehidupan sosial, memberikan contoh
dan rangsangan untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas Maurice, 2001:13.
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia di mana ia belajar dan menyatakan dirinya sebagai
manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Keluarga adalah suatu kesatuan sosial yang terkecil yang terdiri atas suami, isteri, dan
jika ada anak-anak dan didahului oleh perkawinan Suardiman, 1990:120. Keluarga adalah lingkungan hidup pertama dan utama bagi setiap anak
Aryatmi, 1990:513. Keluarga menurut Fachtiah 2009:47 adalah dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan mempunyai ikatan darah,
pernikahan, kekerabatan dan atau pengadopsian yang didalamnya terdapat suatu sistem yang saling mengikat satu sama lain seperti adanya aturan-
aturan, perbedaan budaya, dan perbedaan peran setiap anggota.
Keluarga adalah lingkungan dimana seorang anak untuk pertama kalinya mengenal orang-orang disekitarnya sebelum berafiliasi ke
masyarakat secara luas. Keluarga adalah tempat seseorang bergantung, baik secara ekonomi maupun untuk kehidupan lainnya, sekaligus juga berperan
dominan dalam menentukan dan mengambil suatu keputusan Fatchiah, 2009:46.
E. Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Matematika Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut “attitude”
digunakan untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Attitude atau sikap timbul dari adanya interaksi manusia dan obyek tertentu. Sikap tidak
hanya sesuatu tindakan atau jawaban-jawaban tertentu dari seseorang akan tetapi keseluruhan tindakan dimana satu sama lain saling berhubungan
Suardiman, 1990:60. Sikap dapat dipandang sebagai 1 kesiapan bereaksi terhadap suatu objek stimulus dengan cara-cara tertentu dan 2 konstelasi
dan komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku Kartika,
2008:44. Menurut Slameto 2010: 188, sikap merupakan sesuatu yang
dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana individu berreaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap
selalu berkenaan dengan suatu obyek yang disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang mempunyai sikap positif terhadap suatu obyek yang
dipandang bernilai baginya dan orang akan bersikap negatif terhadap obyek
yang dianggapnya tidak bernilai atau merugikannya. Sikap oleh Secord dan Backman Azwar, 2013:15 didefinisikan sebagai keteraturan tertentu dalam
hal perasaan afeksi, pemikiran kognisi, dan predisposisi tindakan konasi seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.
Ada hubungan yang erat antara perasaan siswa dan sikap siswa terhadap pengalaman belajar di sekolah, baik terhadap seluruh atau salah
satu mata pelajaran tertentu. Perasaan siswa yang satu dengan yang lain berbeda-beda, sehingga sikap merekapun akan berbeda-beda terhadap suatu
obyek. Sikap siswa terhadap pelajaran matematika adalah kecenderungan untuk menerima atau menolak berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
matematika. Penerimaan terhadap pelajaran matematika dapat ditunjukkan melalui keberanian siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan
ketekunan siswa untuk mengikuti seluruh proses pembelajaran dnegan utuh. Sikap mengandung tiga komponen Slameto, 2010: 188 yaitu:
1. Aspek kognitif Aspek kognitif memuat kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Kepercayaan tersebut datang dari apa yang telah dilihat dan diketahuinya. Berdasarkan apa
yang telah dilihatnya itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu obyek. Tapi kadang-
kadang, kepercayaan dapat terbentuk karena kurang adanya informasi yang benar mengenai
obyek yang dihadapinya. Dalam belajar
matematika, aspek kognitif berupa apa yang dipikirkan, diidekan dan dipercayai oleh pemilik sikap mengenai matematika.
2. Aspek afektif Aspek afektif menunjukkan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap
sesuatu. Reaksi emosional yang merupakan aspek afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar
bagi obyek termaksud. Dalam belajar matematika, aspek afektif berupa apa yang dirasakan oleh pemilik sikap dalam emosinya terhadap
matematika. 3. Aspek konatif
Aspek konatif menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap
yang dihadapinya. Dalam matematika, aspek konatif berupa kesediaan bertingkah laku atau kecenderungan berbuat terhadap matematika.
Faktor-faktor yang membentuk sikap, antara lain Slameto, 2010: 189 adalah pengalaman, imitasi, sugesti, dan identifikasi. Sedangkan menurut
Kompetensi sikap dalam kurikulum 2013, mencakup sikap spiritual dan sikap sosial. Berikut ini beberapa sikap sosial yang terdiri dari beberapa
aspek pembentuknya yaitu: 1. Jujur adalah perilaku yang menunjukkan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Indikatornya: mengerjakan sendiri, menuliskan hasil percobaan,
menyimpulkan hasil percobaan
2. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada ketentuan dan peraturan. Indikatornya: tepat waktu, taat aturan,
kehadiran 3. Tanggung jawab
adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan alam, sosial, budaya, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Indikatornya: menyiapkan alat, membersihkan alat, mengembalikan alat,
mengganti kerusakanhilang. 4. Pedulitoleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Indikatornya: membantu teman, memberitahu
teman, tidak mengganggu teman. 5. Kerjasama adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk
mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas. Indikatornya: menyumbangkan idependapat,
meminta pendapat, mempertahankan dan menyatakan pendapat,
menghargai pendapat orang lain, menjadi penengah perbedaan pendapat, membagi tugas, dan mendiskusikan.
6. Sopan santun: adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa maupun tingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif artinya norma
kesantunan yang diterima bisa berbeda-beda diberbagai tempat, lingkungan atau waktu. Indikatornya: menghormati, berkata dengan
sopan dan ramah, meminta ijin jika menggunakan barang orang lain.
7. Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan
sesuatu tindakan. Indikatornya: berani berpendapat, berani bertanya atau menjawab pertanyaan, membuat keputusan dengan cepat, tidak mudah
putus asa, tidak canggung dalam bertindak. Dalam penelitian ini yang menggunakan beberapa dari aspek sikap
di atas, yang dimaksud dengan sikap siswa terhadap matematika adalah kecenderungan untuk menerima atau menolak berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan matematika. Kecenderungan tersebut dapat terlihat dari keinginannya untuk tahu atau belajar lebih banyak dan dari kemauannya
untuk lebih terlibat atau melibatkan diri dalam belajar matematika. Semakin siswa banyak melibatkan diri dalam berbagai kegiatan matematika berarti
semakin positif sikapnya, semakin siswa enggan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan matematika berarti semakin negatif sikapnya.
F. Cara Belajar Siswa Cara kamus Pelajar, 2011 adalah adat, kebiasaan, jalan aturan
untuk melakukan sesuatu. Sedangkan belajar KBBI, 2011 adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; berubah tingkah laku atau tanggapan
yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi, cara siswa adalah adat kebiasaan yang telah digunakan dalam jangka waktu tertentu dimana dengan kebiasaan
tersebut siswa dapat menemukan keberanian, ketekunan, kenyamanan, dan pemahaman dalam proses pembelajaran.
Banyak siswa Djamarah, 2011:81 melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar
yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus
menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar
secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.
Dalam belajar Djamarah, 2011:38, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa
yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan
kemudian. Setiap situasi dimanapun dan kapanpun memberikan kesempatan belajar kepada seseorang. Berikut ini beberapa contoh aktivitas belajar:
mendengarkan, memandang, merabamenyentuh, membau, mencecap, menulismencatat,
membaca, membuat
ringkasan, mengamati
tabeldiagrambagan, menyusun paper, mengingat, berpikir, latihan atau praktek.
Belajar akan lebih bermakna apabila kegiatan itu terpola dalam perbuatan individu yang sedang belajar. Belajar merupakan suatu proses
sehingga tidak bisa langsung jadi. Cara belajar yang baik akan menjadi kebiasaan yang positif. Kebiasaan belajar yang baik bukan bakat yang
dibawa sejak lahir melainkan merupakan kecakapan yang dapat dimiliki
setiap orang melalui latihan. Bloom mengatakan bahwa jumlah waktu yang dihabiskan untuk belajar sangat kuat hubungannya dengan prestasi belajar
yang dicapai sekaligus menunjukkan minat dan sikap seseorang dalam belajar.
Cara belajar matematika menurut Hudojo 1988:5-7 adalah seluruh perilaku siswa yang ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu
dalam mempelajari matematika, baik perilaku sebelum menerima pelajaran matematika, sewaktu menerima pelajaran matematika, setelah menerima
pelajaran matematika, dan dalam menghadapi ulangan atau tes matematika. Menurut Surakhmad 1982:61 ada beberapa kebiasaan dalam
belajar. Pertama, kebiasaan sebelum mengikuti pelajaran matematika yang ditunjukkan dengan mempelajari materi pelajaran sebelum materi tersebut
dibahas oleh guru. Selain itu, dengan mengulang kembali materi yang telah dibahas oleh guru dan mencatat persoalanpertanyaan untuk ditanyakan
pada guru. Kedua, kebiasaan yang selama mengikuti pelajaran matematika seharusnya adalah memperhatikan kata-kata pengantar dari guru ketika
memulai pelajaran, sehingga siswa akan mempunyai gambaran tentang pelajaran yang akan dibahas oleh guru. Selain itu, memperhatikan
penjelasan guru dan mencatat bahan pelajaran yang diberikan oleh guru hal-hal yang penting. Apabila perlu, bertanya pada guru tentang hal yang
kurang dimengerti dan sedapat mungkin tidak menunda-nunda pertanyaan tersebut.
Ketiga, kebiasaan yang perlu dikembangkan setelah mengikuti pelajaran matematika sebaiknya adalah mengulangi kembali apa yang telah
dipelajari agar bahan pelajaran yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Siswa dapat juga
mempelajari sejenak materi yang dipelajari hari ini sambil melengkapi catatan, membuat ringkasan, mencatat pertanyaan, dan mengerjakan
tugasPR. Keempat, kebiasaan dalam menghadapi ulangan atau tes matematika terdiri dari beberapa hal yakni keseriusan siswa dalam belajar
saat tidak ada ulangan matematika. Siswa dipersiapkan jauh-jauh hari dengan mempelajari bahan untuk menghadapi ulangan matematika, bukan
sistem “kebut semalam”. Siswa Slameto, 2010:73 dapat dibantu dalam mengelola waktu
belajar yang dimilikinya dengan cara belajar yang efektif. Berikut ini dibahas bagaimana cara belajar yang efektif. Berikut ini dibahas bagaimana
cara belajar yang efektif. 1. Ada yang membimbing dan mengarahkan
2. Memperhatikan kondisi dan strategi belajar a. Kondisi internal: yaitu kondisi yang ada dalam diri siswa itu
sendiri misalnya, kesehatannya, keamanannya, dan sebagainya. b. Kondisi eksternal: adalah kondisi yang ada di luar pribadi manusia,
misalnya kebersihan rumah, penerangan, dan keadaan lingkungan yang lain.
c. Strategi belajar adalah cara yang digunakan agar belajar menjadi
efektif dan efisien. Hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan jasmani, emosional dan sosial, keadaan lingkungan, saat memulai
belajar, saat belajar, membuat rencana kerja sesuai waktu, ada kontrol, sikap optimistis, konsentrasi, cara membaca dan
memahami isi buku. 3. Metode Belajar
Metode adalah carajalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap,
kecakapan dan keterampilan. Cara untuk mencapainya akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang mempengaruhi belajar yang disebutkan
sebagai berikut. a. Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya
b. Membaca dan membuat catatan c. Mengulangi bahan pelajaran
d. Konsentrasi e. Mengerjakan tugas
G. Motivasi Siswa Terhadap Pelajaran Matematika Dari Kamus Pelajar 2011, motivasi adalah dorongan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Secara psikologi, motivasi adalah usaha
yang dapat meyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau
mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Eysenck merumuskan motivasi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas,
konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep
diri, sikap, dan sebagainya Slameto, 2010:170. Motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku
tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Hilgard Wina, 2008:250 mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan yang
terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertantu. Jadi, motivasi dapat
diartikan sebagai dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk melakukan berbagai usaha dan aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan
untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi dengan kegiatan belajar siswa sangat berkaitan erat,
karena motivasi berperan memberikan dorongan ke dalam diri siswa untuk belajar. Motivasi siswa terhadap pelajaran matematika adalah daya
penggerak atau serangkaian usaha dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pelajaran matematika dalam
rangka memenuhi kebutuhan belajar matematika demi mencapai tujuan yang diinginkan.
Slameto membedakan motivasi menjadi dua golongan yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik 2010:173.
1. Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, seperti Winkel,
1996:150: a. Perasaan senang: keadaan batin yang muncul ketika berhasil
menghadapi tantangan atau kesulitan. b. Kemauan: keinginankehendak untuk melakukan sesuatu yang
dipengaruhi oleh hal baru, mengejutkan, unik, dan menarik c. Kecerdasan: perkembangan akal budi yang berkaitan dengan
kepandaian dan ketajaman pikiran. d. Kemandirian: tidak bergantung pada orang lain, dapat berdiri
sendiri, melaksanakan tugas dengan target yang jelas, memiliki tujuan yang jelas dan menantang.
e. Kepercayaan diri: keyakinan bahwa yang dipercayaidiperbuat itu benar dan sesuai dengan harapannya, berusaha mengungguli orang
lain. contoh:
Seseorang yang senang matematika, tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin latihan soal-soal matematika,
mencari buku-buku matematika untuk dipelajari, karena ia ingin mendapat pengetahuan, keterampilan tentang matematika bukan karena
ingin mendapat mendapat pujian teman dan guru.
2. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena ada rangsangan dari luar. Yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain:
a. Belajar karena kewajiban: hal yang tidak bisa dihindari b. Menghindari
hukuman: menghindari
ganjaran atas
penolakanperbuatan yang kurang baik c. Hadiahpujian: kebutuhan akan perhatian, dorongan, hubungan
antarpribadi. d. Gengsi sosial: kebutuhan akan pengakuan orang lain dan keinginan
pemenuhan diri e. Tuntutan materi: kebutuhan yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan penghargaan, aktualisasi diri, dan memiliki keinginan untuk berprestasi sebaik mungkin.
Contoh: Seseorang yang melakukan kegiatan belajar matematika karena besok
paginya akan ulangan dengan harapan mendapat nilai baik sehingga akan mendapat hadiah atau pujian dari orang tuanya.
Pembelajaran akan berhasil ketika siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru yang baik akan berusaha mendorong siswa
untuk beraktivitas mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, motivasi siswa terhadap pelajaran matematika sebagai data penggerak
atau serangkaian usaha dalam diri siswa siswa untuk melakukan aktivitas-
aktivitas yang berhubungan dengan pelajaran matematika dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar matematika demi mencapai suatu tujuan
yang diinginkan. H. Keadaan Lingkungan Sekitar Siswa
Dalam KBBI 2011, keadaan diartikan sebagai sifat, perihal, suasana, situasi yang sedang berlaku. Sedangkan lingkungan adalah semua yang
mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan. Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Suatu situasi yang
dihadapi siswa setiap hari yang akan mempengaruhi gerak dan dinamika siswa dalam kehidupan sehari-hari. Situasi yang ada dapat membuat siswa
giat belajar atau sebaliknya Slameto, 2010:71. Lingkungan adalah ruang dan waktu yang menjadi tempat eksistensi manusia.
Dalam konsep ajaran pendidikan, lingkungan yang baik adalah lingkungan yang kondusif dan strategis untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Lingkungan pendidikan terdiri atas tiga macam yaitu: 1. Lingkungan keluarga:
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dalam proses pendidikan. Selain itu, lingkungan keluarga merupakan dasar
pembentukan sikap dan sifat manusia. Namun tidak semua pendidikan dapat dilaksanakan oleh keluarga, terutama dalam ilmu pengetahuan dan
keterampilan. Kondisi lingkungan keluarga yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang salah satunya adalah keadaan ekonomi
orang tua siswa. Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting
karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya Ahmadi dan Supriyono, 1991:83.
2. Lingkungan Sekolah Merupakan tempat bekal keahlian dan ilmu pengetahuan
3. Lingkungan masyarakat Merupakan tempat praktik dari bekal yang diperoleh dalam keluarga dan
sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan Tatang, 2012: 154.
Masyarakat merupakan lingkungan yang paling luas dan menantang. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat dimulai ketika anak-anak untuk
beberapa waktu lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar pendidikan sekolah. Dengan demikian, pengaruh lingkungan tampaknya lebih luas.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat meliputi
segala bidang,
baik pembentukan
kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat, maupun pembentukan
kesusilaan dan keagamaan Tatang, 2012:158. I. Materi Pembelajaran
Garis dan Sudut 1. Garis
Garis Diktat UNM, adalah himpunan titik-titik pada bidang atau dalam ruang. Titik tidak didefinisikan, tidak berbentuk dan tidak mempunyai
ukuran. Titik merupakan suatu ide yang abstrak karena tidak mempunyai ukuran, tidak memiliki panjang, lebar, ataupun tebal, memiliki letak
posisi. Dalam Nuharini, 2008: 200 garis merupakan bangun paling sederhana dalam geometri, karena garis adalah bangun berdimensi satu.
Perhatikan garis AB pada gambar 2.1. Di antara titik A dan B dapat dibuat satu garis lurus AB. Di antara dua titik pasti dapat ditarik satu garis
lurus.
Ga
mbar 2.1
a. Kedudukan dua garis 1 Dua garis sejajar
dua garis atau lebih dikatakan sejajar apabila garis-garis tersebut terletak pada satu bidang datar dan tidak akan pernah bertemu
atau berpotongan jika garis tersebut diperpanjang sampai tak berhingga.
Gambar 2.2
2 Dua garis berpotongan Dua garis dikatakan saling berpotongan apabila garis tersebut
terletak pada satu bidang datar garis AB dan CD dan mempunyai satu titik potong.
Gambar 2.3 A
B
m n
A B
C
D
3 Dua garis berimpit Dua garis dikatakan saling berimpit apabila garis tersebut terletak
pada satu garis lurus, sehingga hanya terlihat sebagai satu garis lurus saja
4 Dua garis bersilangan Dua garis dikatakan bersilangan apabila garis-garis tersebut tidak
terletak pada satu bidang datar dan tidak akan berpotongan apabila diperpanjang.
Gambar 2.5 menunjukkan sebuah balok ABCD.EFGH. perhatikan garis AC dan garis HF. Tampak kedua garis tersebut
tidak terletak pada satu bidang datar. Garis AC terletak pada bidang ABCD, sedangkan garis HF terletak pada bidang EFGH.
Jika kedua garis tersebut diperpanjang, keduanya tidak akan bertemu atau tidak punya titik potong. Kedudukan garis yang
demikian dinamakan pasangan garis yang saling bersilangan.
Gambar 2.5 A
C B
D
F D
A H
G E
B C
Gambar 2.4
b. Garis horisontal dan garis vertikal Arah garis horisontal mendatar dan arah garis vertikal tegak lurus
dengan garis horisontal. c. Sifat-sifat garis sejajar
1 Melalui satu titik di luar sebuah garis dapat ditarik tepat satu garis yang sejajar dengan garis itu.
2 Jika sebuah garis memotong salah satu dari dua garis yang sejajar maka garis itu juga akan memotong garis yang kedua.
3 Jika sebuah garis sejajar dengan dua garis lainnya maka kedua garis itu sejajar pula satu sama lain.
2. Sudut a. Pengertian
Sudut adalah daerah yang dibentuk oleh pertemuan antara dua buah sinar atau dua buah garis lurus
b. Besar suatu sudut dapat dinyatakan dalam satuan derajat , menit ‘,
dan detik “ dengan hubungan diantara ketiganya sebagai berikut: 1 derajat = 60 menit, dinotasikan 1
= 60’ 1 menit = 60 detik, dinotasikan 1’ = 60”
1 adalah besarnya sudut yang dihasilkan oleh perputaran sejauh
360 1
Keliling lingkaran. Jadi, 1 =
360 1
putaran
c. Penjumlahan dan pengurangan dalam satuan sudut Untuk menjumlahkan atau mengurangkan satuan sudut, masing-
masing satuan derajat, menit, dan detik harus diletakkan dalam satu jalur.
contoh: Tentukan hasil penjumlahan satuan sudut berikut ini.
1 24
46’ + 57 35’
2 18 56’48” + 29
27’36” Penyelesaian:
Gunakan cara bersusun pendek sebagai berikut 1
2
3. Menggambar dan Memberi Nama Sudut a. Mengukur Besar Suatu Sudut
Langkah-langkah dalam mengukur besar suatu sudut sebagai berikut. Perhatikan Gambar 2.6 berikut
21 82
21 1
81 21
60 81
81 81
81 81
35 57
46 24
24 24
48 36
27 29
48 56
18 24
24 48
24 1
23 1
47 24
1 23
1 47
24 60
23 60
47 84
83 47
84 83
47 36
27 29
48 56
18
Jadi
O A
B
Jadi, 18 56’48” + 29
27’36” = 48 24’24”
Jadi, 24 46’ + 57
35’= 82 21’
Gambar 2.6
1 Letakkan busur derajat pada sudut AOB sehingga
a Titik pusat lingkaran busur derajat berimpit dengan titik O b Sisi horisontal busur derajat berimpit dengan sinar garis OA
2 Perhatikan angka nol 0 pada busur derajat yang terletak pada
garis OA. Jika angka nol berada pada skala bawah, perhatikan angka pada skala bawah yang terletak pada kaki sudut OB. Dari
gambar tampak bahwa garis OB terletak pada angka 75 . Jadi,
besar sudut AOB = 75 .
b. Menggambar Besar Suatu Sudut Misalkan kita akan melukis sudut PQR yang besarnya 60
. Langkah- langkah untuk melukis sudut PQR yang besarnya 60
sebagai berikut: 1
Buatlah salah satu kaki sudutnya yang horisontal, yaitu kaki sudut PQ
2 Letakkan busur derajat sehingga
a Titik pusat lingkaran busur derajat berimpit dengan titik Q b Sisi lurus busur derajat berimpit dengan garis PQ
3 Perhatikan angka nol 0 pada busur derajat yang terletak pada
garis PQ. Jika angka nol 0 terletak pada skala bawah maka angka 60 yang
berada dibawah yang digunakan. Jika angka nol 0 terletak pada skala atas maka angka 60 yang
berada di atas yang digunakan. Berilah tanda pada angka 60 dan namakan titik R.
4 Hubungkan titik Q dan R. daerah yang dibentuk oleh garis PQ
dan QR adalah sudut PQR dengan besar PQR = 60
.
4. Jenis-jenis sudut
Secara umum, ada lima jenis sudut, yaitu: a. Sudut siku-siku : sudut yang besarnya 90
b. Sudut lurus : sudut yang besarnya 180
c. Sudut lancip : sudut yang besarnya antara 0
dan 90 d. Sudut tumpul
: sudut yang besarnya antara 90 dan 180
e. Sudut refleks : sudut yang besarnya lebih dari 180
dan kurang dari 360
5. Hubungan Antarsudut
a. Pasangan sudut yang saling berpelurus bersuplemen Perhatikan Gambar 2.8
Pada gambar di atas, garis AB merupakan garis lurus, sehingga besar AOB = 180
. Pada garis AB, drai titik O dibuat garis melalui C, sehingga terbentuk sudut AOC dan sudut BOC. Sudut AOC
O A
a C
B b
R
P Q
Gambar 2.8 Gambar 2.7
merupakan pelurus atau suplemen dari sudut BOC. Demikian pula sebaiknya,
BOC merupakan pelurus atau suplemen AOC,
sehingga diperoleh
AOC + BOC = AOB
180
b
a
Atau dapat ditulis
180 b
a
dan
a b
180
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: jumlah dua sudut yang saling berpelurus bersuplemen adalah 180
. Sudut yang satu merupakan pelurus dari sudut yang lain.
Contoh: Perhatikan gambar di samping.
Hitunglah nilai a dan tentukan
pelurus dari sudut a .
Gambar 2.9
Penyelesaian: Berdasarkan gambar diperoleh bahwa
144 36
180 36
5 180
180 5
180 2
3
a sudut
Pelurus a
a a
a
b. Pasangan sudut yang saling berpenyiku berkomplemen Perhatikan Gambar
3a 2a
Pelurus sudut
Pada gambar di samping terlihat PQR merupakan sudut siku-siku,
sehingga besar PQR = 90
0.
Jika pada PQR ditarik garis dari titik sudut Q, akan
membentuk dua sudut yaitu sudut PQS dan sudut RQS. Dalam hal
ini dikatakan
bahwa PQS
merupakan penyiku
komplemen dari RQS, demikian pula sebaliknya. Sehingga
diperoleh:
90
y
x
Dengan 90
90 x
y dan
y x
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Jumlah dua sudut yang saling berpenyiku berkomplemen
adalah 90 . Sudut yang satu merupakan penyiku dari sudut yang
lain. Contoh:
Perhatikan gambar di samping. a. Hitunglah nilai x
b. Berapakah penyiku sudutx .
c. Berapakah pelurus dari penyiku x Penyelesaian:
Berdasarkan gambar diperoleh bahwa y
x Q
P S
R
dan
3 x
x Gambar 2.11
Gambar 2.10
2 1
112 2
1 67
180 .
2 1
67 2
1 22
90 .
144 36
180 2
1 22
4 90
90 4
90 3
.
adalah x
penyiku dari
Pelurus c
x dari
Penyiku b
a sudut
Pelurus x
x a
x a
c. Pasangan sudut yang saling bertolak belakang
Perhatikan Gambar 2.12 Pada gambar di atas, garis KM dan LN saling berpotongan di
titik O. Dua sudut yang letaknya saling membelakangi disebut dua sudut saling bertolak belakang, sehingga diperoleh
KON bertolak belakang dengan LOM; dan
NOM bertolak belakang dengan KOL.
Bagaimana besar sudut yang saling bertolak belakang? Agar dapat menjawabnya, perhatikan uraian berikut.
KOL + LOM = 180
berpelurus
LOM = 180 -
LOM …………………..i NOM +
MOL = 180 berpelurus
NOM = 180 -
MOL …………………ii
L
K O
N M
Gambar 2.12
Pelurus sudut b. Penyiku dari
c. Pelurus dari penyiku x adalah
Dari persamaan i dan ii diperoleh KOL =
NOM = 180 -
LOM Jadi, besar
KOL = besar NOM
Dengan cara yang sama, dapat dibuktikan bahwa
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Jika dua garis berpotongan maka dua sudut yang letaknya saling
membelakangi titik potongnya disebut dua sudut yang bertolak belakang. Dua sudut yang saling bertolak belakang adalah sama
besar. contoh:
Gambar 2.13
Perhatikan gambar di atas. Diketahui besar
SOP = 45 . Tentukan besar
a. b.
c. Penyelesaian:
Diketahui: SOP = 45
a. ROQ =
SOP bertolak belakang
= 45
S
P O
Q R
b.
SOP + SOR =180 berpelurus
SOR = 180
- SOP = 180
- 45 = 135
c.
POQ = SOR bertolak belakang = 135
J. Kerangka Berpikir Dalam
upaya meningkatkan
prestasi belajar,
dibutuhkan pengelolaan proses belajar yang baik. Proses belajar setiap siswa didasari
oleh pengaruh lingkungan dimana ia berada. Proses belajar siswa diwarnai oleh keluarga, daerah, latar belakang, dan budaya yang merupakan tempat
asal mula seseorang berkembang akal budinya. Belajar adalah proses perubahan ke arah yang baik yang dilakukan setiap siswa untuk lebih
mengenali, mengerti, dan memahami suatu mata pelajaran kemudian menerapkannya dalam memecahkan suatu masalah. Salah satu bentuk dari
proses belajar adalah cara belajar yang biasanya berupa kebiasaan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu untuk memahami suatu materi.
Pada prinsipnya cara belajar mengandung unsur-unsur atau ciri-ciri yang berkaitan satu dengan lainnya, salah satunya sikap dan motivasi
belajar. Pemahaman tentang sikap dan motivasi belajar siswa akan mempengaruhi cara belajar dan prestasi belajarnya. Pada umumnya
seseorang yang motivasinya tinggi akan menumbuhkan sikap yang positif dalam belajar. Siswa akan mengetahui bagaimana agar dapat mencapai nilai
yang baik. Apa yang harus dilakukan agar waktu belajar yang disediakan efektif, sehingga tidak ada tugas atau PR yang terbengkalai. Motivasi berasal
dari dalam diri siswa sedangkan sikap merupakan tanggapan yang muncul dari dari luar dan dalam diri siswa.
Dari uraian di atas, dapat diperkirakan bahwa siswa yang motivasi belajarnya tinggi akan menumbuhkan sikap yang bernilai positif dan benar
dalam mengelola proses belajar akan nampak dalam usahanya dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Aturan atau jadwal harian di asrama,
membuat siswa asrama akan lebih disiplin dan teratur dalam mengelola antara kebutuhan belajar dan waktu yang ada. Berkaitan dengan cara belajar,
siswa asrama dapat mendahulukan tugas yang paling mendesak. Selain itu, siswa dapat menerapkan jadwal harian ke dalam cara belajar yaitu dengan
mengatur mata pelajaran dengan porsi waktu yang sama. Dengan mengetahui cara-cara belajar yang tepat melalui
pengelolaan proses belajar, siswa diharapkan dapat membiasakan diri untuk hidup disiplin, teratur, dewasa, dan dapat bekerjasama dalam usaha saling
membantu dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi terutama berkaitan dengan bidang akademik. Kehadiran seorang pendamping secara khusus,
dapat membantu siswa untuk berani bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan. Kekhususan yang ada dalam asrama dapat
membawa pengaruh yang baik tidak hanya bagi siswa yang tinggal di asrama tetapi juga dapat memberi contoh bagi siswa di luar asrama. Tempat
belajar menjadi sarana yang dapat memotivasi untuk lebih mandiri dan disiplin dalam belajar, sehingga membuahkan prestasi yang membanggakan.
51