Pengaruh pendidikan taman kanak-kanak terhadap prestasi belajar matematika siswa

(1)

Dini Rahayu, “Pengaruh Pendidikan Taman Kanak-Kanak terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa”, skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Cimone Tangerang. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan Taman Kanak-Kanak terhadap Prestasi Belajar Matematika. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Ex-post facto. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Dengan jumlah item sebanyak 20 butir, dengan tipe pilihan ganda. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik Mann Whithney (U- test).

Berdasarkan hasil pengujian tersebut didapat kesimpulan bahwa pendidikan Taman Kanak-Kanak dalam proses pembelajaran tidak berpengaruh secara signifikansi terhadap prestasi belajar matematika siswa.

Kata kunci : (Pendidikan Taman Kanak-Kanak, Prestasi Belajar Matematika)


(2)

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan Taufik dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kendala yang dialami penulis, namun berkat doa, kesungguhan hati, kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Tidak ada kata yang dapat penulis ucapkan lagi, kecuali hanyalah terima kasih yang tidak terkira atas bimbingan, dorongan serta masukan-masukan positif atas penyusunan skripsi ini, lebih khusus lagi penulis ucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyahdan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai pembimbing I. Dengan kesabaran dan keikhlasannya telah membimbing, memberikan saran, masukan serta mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Otong Suhyanto, M. Si., sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika.

4. Bapak Drs. R. Bambang, M. Pd., sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasihat, dan arahan kepada penulis.

5. Seluruh dosen yang telah membimbing, mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis selama penulis masih melaksanakan perkuliahan dan sahabatku Dede Komariah terima kasih sudah membntu penulis dalam mengurusi segala


(3)

6. Kepada Ibuku yang tidak henti-hentinya terus memberikan dorongan moril maupun materil serta doa yang tak henti-hentinya sampai penyusunan skripsi ini. Semoga amal ibadahnya menjadi dibalas dengan pahala yang berlipat ganda.

7. Sahabat-sahabatku yang sudah lulus, Imas, Wati, Aat yang selalu memberikan motivasi dan kenangan yang tak terlupakan.

8. Semua pihak yang terkait yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu nama, jabatan serta sumbangsihnya, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Hanya doa yang penulis hanturkan semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan dan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Akhirnya penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya. Amiin Yaa Rabbal ’Alamin.

Jakarta, Agustus 2009

Penulis


(4)

ABSTARAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Indentifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 5

BAB II PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 6

A. Deskripsi Teoritik ... 6

1. Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 6

a. Pengertian Belajar ... 6

b. Pengertian Matematika ... 10

c. Pembelajaran Matematika ... 12

2. Pengertian Prestasi Belajar ... 13

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar .... 15

4. Pendidikan dan Perkembangan Anak ... 18

5. Pendidikan Taman Kanak-Kanak ... 26

6. Pendidikan Sekolah Dasar ... 32

B. Kerangka Berpikir ... 35


(5)

v

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel... 38

C. Metode dan Desain Penelitian ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

E. Teknik Analisis Data... 43

F. Hipotesis Statistik... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45

A. Deskripsi Data ... 45

B. Pengujian Hipotesis ... 48

C. Interprestasi Hasil Penelitian ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA... 5 6 LAMPIRAN LAMPIRAN ... 58


(6)

2. Prestasi Pelajar Siswa yang Melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak ... 46

3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa yang Melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak ... 46

4. Prestasi Belajar Siswa yang Tidak Melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak ... 47

5. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa yang Tidak Melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak ... 48

6. Prestasi Belajar Siswa yang Melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Siswa yang Tidak Melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak ... 49

7. Uji Validitas Tes Instrumen Penelitian ... 63

8. Perhitungan Uji Validitas... 64

9. Uji Reliabilitas tes Instrumen Penelitian... 65

10.Taraf Kesukaran Butir-Butir Soal ... 67

11.Perhitungan Daya Beda Soal... 68

12.Perhitungan Nilai Statistik Deskriptif Prestasi Belajar Siswa yang Melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak ... 69

13.Perhitungan Nilai Statistik Deskriptif Prestasi Belajar Siswa yang Tidak Melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak ... 70


(7)

pendidikan taman kanak-kanak ... 47 2. Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Matematika yang tidak melalui

pendidikan taman kanak-kanak ... 49


(8)

2. Soal Instrumen Tes ... 59

3. Kunci Jawaban Soal ... 62

4. Perhitungan Validitas Soal Uji Coba ... 63

5. Hasil Perhitungan Validitas Soal ... 64

6. Perhitungan Reliabilitas Soal ... 65

7. Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal ... 66

8. Tabel Taraf Kesukaran Soal ... 67

9. Perhitungan Daya Beda ... 68

10.Daftar Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak ... 69

11.Daftar Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Tidak Melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak ... 70

12.Tabel Kurva ... 71


(9)

Disusun oleh

DINI RAHAYU

NIM: 101017020994

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009


(10)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting bagi manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak bagi setiap orang, baik lingkungan keluarga maupun bangsa dan Negara. Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh perkembangan bangsa itu.

Pendidikan dan pengajaran merupakan suatu proses yang dinamis dan berkembang terus menerus sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat perhatian penuh sejak anak masih balita., sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya

Mengingat sangat pentingnya pendidikan tiap orang, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya, sehingga memperoleh generasi muda yang berbobot dan berbibit dengan dibekali IMTAK dan IPTEK, seperti dijelaskan dalam Al- Qur'an Surat An-Nissa ayat 9:

VÝd‹mދˆ

[àÕµŽ

܉Œ

‰ÊoŒ"

ÚGµ%

Ù2´Nµáß `a

A‡’e³OsÎn

žá¡`Ϋ°

‰ÎߌU

Ü1´NÞl„ Ì

‰Æ’*‹mß Œß

Ž

‰Ê‰Æ‹mދˆ

AŠÜ‰Œ

škeµk`Z

­¸®

Artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Pendidikan tanggung jawab pemerintah, orang tua dan masyarakat. Sejak kecil anak sudah mendapatkan pendidikan yang bersifat nonformal dari orang tua dan lingkungannya, karena kedua faktor tersebutlah yang pertama membentuk pribadi seorang anak. Sedangkan pendidikan formal merupakan


(11)

Jenjang pendidikan yang berlaku terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Tertera dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yaitu:

"Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerclaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia., sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis.1

Pada saat ini ada kecenderungan bahwa pendidikan prasekolah yang berbentuk Taman Kanak-Kanak merupakan syarat untuk memasuki sekolah dasar. Ini berarti anak-anak yang masuk sekolah tanpa melalui lembaga Taman Kanak-Kanak tertinggal satu tingkat jenjang pendidikan dibandingkan mereka yang melalui Taman Kanak-Kanak. Yang menjadi kendala bagi prang tua adalah biaya untuk memasuki lembaga, tersebut masih tergolong mahal bagi mereka yang berekonomi menengah ke bawah.

Pada kenyataannya lingkungan keluarga atau lingkungan rurnah tidak selalu mampu memberikan pengalaman yang terbaik bagi perkembangan anak. Kemiskinan, lingkungan yang terisolasi dan tuntutan hidup yang, tidak dapat dipenuhi menjadi penghambat bagi perkembangan anak yang optimal.

Pendidikan dan pengajaran pada Taman Kanak-Kanak bertujuan menuntun tumbuhnya rohani dan jasmani anak-anak sebelum mereka masuk sekolah dasar, serta terbentuknya sosialisasi yang baik pada anak, sehingga canggung menerima masyarakat sekolah. Kemampuan sosialisasi adalah hasil belajar, bukan hasil dari kematangan saja.2 Dengan melalui kegiatan TK, dapat dikembangkan minat dan sikap anak terhadap orang lain atau dapat bersosialisasi dengan baik. Kemampuan sosialisasi ini memerlukan adanya

1

Redaksi Bumi Aksara, (Undang-Undang Sisdiknas, Jakarta: Sinar Grafika,2003), Cet. III h. 4

2

Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke -2. h.12


(12)

motivasi yang baik dan kuat dari lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga maupun dari lingkuangan luar keluarga.

Namun demikian anak dapat mengembangkan konsep diri yang positif, keterampilan sosial, dan kesiapan belajar formal. Sehingga ketika memasuki sekolah dasar, anak-anak benar-benar siap dan matang untuk menerima pelajaran yang akan diberikan atau diajarkan serta memperoleh prestasi yang baik di sekolahnya.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan tempat bermain sambil belajar. Dengan kegiatan bermain mendukung perkembangan keterampilan gerakan kasar dan halus, perkembangan kognitif, sosial dan emosional. Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah, belajar menampilkan emosi yang diterima lingkungannya dan juga belajar bersosialisasi agar kelak dapat menyelesaikan diri dalam kelompok teman.

Di TK tidak diberikan pelajaran membaca, menulis dan berhitung seperti di SD. Yang diberikan di TK adalah usaha persiapan permulaan membaca dan menulis serta berhitung. Setelah anak mengikuti program pendidikan TK, anak diharapkan telah memiliki kematangan dan kesiapan fisik, sosial dan mental untuk dapat mengikuti pelajaran di sekolah dasar.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan Taman Kanak-Kanak sangat penting. Walaupun hal tersebut tidak rnenjadi prasyarat untuk masuk pendidikan dasar sebagaimana penjelasan UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 28 ayat 1 bahwa pendidikan usia dini diselenggarakan sejak lahir sampai dengan 6 tahun dan bukan menjadi prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar".3 Kajian-kajian sebelumnya mengenai anak yang melalui pendidikan Taman Kanak-Kanak cenderung mendapatkan nilai-nilai yang relatif baik, menunjukkan sikap dan perilaku bekerja sama dalam sebuah kelompok. Berdasarkan hal-hat tersebut di atas maka perlu kiranya diadakan penelitian mengenai sejauhmana " Pengaruh Pendidikan Taman Kanak-Kanak Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa”.

3


(13)

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang diidentifikasikan penulis adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses belajar siswa yang melalui pendidikan Taman Kanak-Kanak dalam pembelajaran bidang studi matematika?

2. Bagaimanakah proses belajar matematika siswa yang tidak melalui pendidikan Taman Kanak-Kanak dalam pembelajaran bidang studi matematika?

3. Adakah perbedaan antara prestasi belajar matematika siswa yang melalui Taman Kanak-Kanak dan siswa yang tidak melalui Taman Kanak-Kanak pada siswa kelas I SDN Cimone 2 Tangerang?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan situasi dan kondisi di atas, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada siswa Sekolah Dasar kelas I (satu) SDN Cimone 2 Tangerang

2. Prestasi belajar siswa diambil dari nilai tes yang diberikan penulis pada siswa setelah mempelajari matematika kelas I semester 1 bidang studi matematika tahun 2008

Adapun perumusan masalahnya antara lain:

1. Bagaimanakah prestasi belajar matematika siswa yang melalui Taman Kanak-Kanak dan yang tidak melalui Taman Kanak-kanak?

2. Apakah terdapat perbedaan Prestasi belajar matematika siswa yang melalui Taman kanak dan yang tidak melalui Taman Kanak-kanak?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalab di atas, penelitian ini bertujuan:

1. Mendeskripsikan prestasi matematika siswa yang melalui Taman Kanak-Kanak dan yang tidak melalui Taman Kanak-Kanak.


(14)

siswa yang melalui Taman Kanak-Kanak dan yang tidak melalui Taman Kanak-Kanak.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dari hash penelitian ini: 1. Bagi siswa dan orang tua

Penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan orang tua bagi pendidikan anak, terutama berkembaugnya kemampuan motorik kasar dan halus, kemampuan kognitif, sosial, dan emosional

2. Bagi sekolah.

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru ataupun pemegang kebijakan sekolah dalam peningkatkan pembelajaran matematika.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi peneliti bahwa pendidikan anak usia dini merupakan masa yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya.


(15)

A. Deskripsi Teoritis

I. Belajar dan Pembelajaran Matematika a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan dan kebutuhan bagi setiap orang. dengan belajar, seseorang akan mengetahui sesuatu hal tidak diketahui sebelumnya. Untuk lebih memperdalam pengertian–pengertian belajar berikut ini akan disampaikan sebagai berikut:

1) Belajar menurut W.S Winkel adalah suatu aktivitas mental/prilaku yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterarnpilan, dan sikap perubahan itu bersikap relative, konstan dan berbekas1

2) Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam reaksi dengan lingkungan.2

3) Nana Sudjana berpendapat bahwa belajar adalah proses yang aktif, belajar merupakan suatu proses mereaksikan terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses melihat, mengamati, memahami sesuatu. Apabila kita berbicara tentang belajar, maka kita akan berbicara sebagaimana merubah tingkah laku seseorang.3

1

W.S Winkel, Psikologi Pengajaran ( Jakarta, Grasindo) hal. 52

2

Slameto, Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 198) cet ke I h.2

3'

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar mengajar, (Bandung: Sinar Baru,1988) cet ke 1, h 37


(16)

4 )Menurut Morgan, dalam buku Introduction to Psycology mengemukakan : Belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman4

5) Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of learning seperti yang dikutip oleh Ngalim Purwanto mengemukakan belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat di.jelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)5

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri – ciri belajar adalah:

1) Adanya suatu perubahan yang terjadi melalui usaha atau latihan dan kegiatan yang dilakukan sebelumnya disebut dengan pengalaman. 2) Perubahan itu dapat dilihat dengan adanya kemampuan baru dan

berlangsung dalam waktu yang lama.

3) Adanya perubahan dalam tingkah laku secara fisik maupun psikis yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berlangsung terus menerus berupa pemahaman, pemikiran, kebiasaan atau sikap.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1. Faktor internal (faktor-faktor dalam diri siswa), yakni kondisi/keadaan jasmani dan rohani siswa.

a. Aspek Fisiologi

Kondisi umum jasmani dan tonus (ketegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

4

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan , (Bandung: Remaja Rosda Karya,2002), cet.19 h. 84

5


(17)

mempengaruhi: semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah kognitif. Sehingga materi yang dipelajarinya kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola-pola rnakan minum dan istirahat akin menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.

b. Aspek Psikologi

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologi yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.

2. Faktor Eksternal ( faktor-faktor dari luar diri siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

a. Lingkungan sosial

1) Sekolah, seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas.

2) Masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa.

3) Orang tua dan keluarga siswa b. Lingkungan nonsosial

1).Gedung sekolah dan letaknya.

2).Rumah tepat tinggal keluarga siswa dan letaknya. 3).Alat-alat belajar siswa.


(18)

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.

Ada empat pendekatan yang paling berpengaruh dalam pengajaran matematika , yaitu pendekatan belajar yang bersifat perkembangan, tuntas, strategi belajar, pemecahan masalah:

a. Pendekatan urutan belajar yang bersifat perkembangan, menekankan pada pengukuran kesiapan belajar siswa, penyediaan pengalaman dasar, dan pengajaran keterampilan matematika.

b. Pendekatan belajar tuntas, menekankan pada pengajaran matematika melalui pembelajaran langsung.

c. Pendekatan strategi belajar, memusatkan pada pengajaran bagaimana belajar matematika.

d. Pendekatan pemecahan masalah, menekankan pada pengajaran untuk berpikir tentang cara memecahkan masalah dan pemprosesan tentang informasi matematika untuk membantu siswa.

Dari empat pendekatan tersebut dapat digunakan secara gabungan untuk membantu untuk anak yang mengalami kesulitan belajar matematika. Namun, semua hal di atas tidak akan berjalan sebagaimana mestinya jika tidak ada faktor-faktor lain yang mendukungnya. Dalam teori Gestalt, John Dewey, mengemukan bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini:

a. Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian.

b. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan kesiapan intelektual siswa.

c. Mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar.

Oleh karena itu hal terpenting dalam proses belajar mengajar di sekolah adalah belajar, karena dengan belajar, proses belajar mengajar akan lebih efektif.


(19)

b. Pengertian Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, mathematike, Yang berarti relating to learning. Mathematike berasal dari kata

mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science).

Berdasarkan etimologis matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dari penalaran.6 Matematika lebih rnenekankan hasil dalam rasio (penalaran).

Menurut Johnson dan Rising (1972), mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir , pola mengorganisasikan, pembuktian yang logic. Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan yang cermat, jelas dan akurat, refresentasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada bunyi.7

Menurut Suriasuniantri mengatakan bahwa matematika adalah bahwa yang melambangkan serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial (buatan) yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna, diberikan padanya.8

Menurut Johnson dan Myklebust, Matematika adalah Bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan. Sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.9

Berdasarkan definisi-definisi matematika diatas dapat disimpulkan, matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang logik yang berhubungan dengan bilangan-bilangan serta. menggunakan aturan tertentu, dan juga sebagai bahasa simbol yang mempunyai makna. Matematika juga diajarkan secara berjenjang dan bertahap, yaitu dimulai

6

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia) h.16

7

Erman Superman, Strategi Pembelajaran… h 17

8

Joula Ekaningsih, Agar anak Pintar Matematika,(Jakarta: Puspaswara,1998), h.17

9

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2003) cet. Ke-2 h.252


(20)

dari hal-hal yang konkret sampai ke hal yang abstrak.

Di sekolah, matematika mempunyai peranan sebagai pendukung bagi mata pelajaran lainnya. Seseorang siswa yang telah menguasai matematika dengan baik akan memiliki cara berpikir yang logis dan sistematis, dan dapat memecahkan masalah sehari-hari, misalnya dapat berhitung, dapat menghitung isi dan berat.

Matematika dijadikan mata pelajaran wajib dalam setiap jenjang pendidikan. Matematikayang diberikan di sekolah-sekolah dasar/menengah atau yang sering sebagai matematika sekolah sedikit berbeda dengan matematika secara luas. Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan untuk membentuk pribadi siswa serta berpandu kepada perkembangan Iptek.10

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran, geometri, aljabar, dan trigonometri. Dan juga matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika, grafik, tabel dan diagram. Ada banyak alasan yang menyebabkan sekolah perlu mengajarkam matematika kepada siswa. Cockroft mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena.11

1. Selalu digunakan dalam segi kehidupan.

2. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai.

3. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas.

4. Dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dalam berbagai

10

Mochammad Nordin, dkk., Pedoman Buku Matematika, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), h.4

11

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,(Jakarta: Rineka Cipta,2003) cet. Ke-2 h.253


(21)

cara.

5. Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan.

6. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

c. Pembelajaran Matematika

Menurut Corey bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus untuk menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.12

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata pembelajaran berasal dari kata belajar yang berarti berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.13

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa tujuan pembelajaran dipusatkan agar terjadinya proses belajar pada siswa, guru hanya merangsang dan mengelola lingkungan belajar siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menjelasakan bahwa pebelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.14Bahwa pembelajaran merupakan pengorganisasian suatu belajar siswa dalam memilih, menetapkan dan mengembangkan metode serta strateginya guna mencapai hasil belajar yang optimal dan sesuai diinginkan.

Matematika merupakan kumpulan dari sistem simbolik yang

12

Ismail dkk, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998), cet ke-1, h.1.3

13

Tim Penyusun kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), cet ke-2, edisi ke- 3 h. 17

14

Luluk Asmawati, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Secara Islami ( Jakarta, STIT Insida) h. 114


(22)

paling berkaitan dan diperlukan sebagai bahasa untuk ilmu lain. Aturan-aturan dalam sains yang menjadi landasan teknologi sejauh ini hanya dapat dituangkan dalam bahasa matematika pada umumnya menggunakan simbol-simbol yang merupakan bahasa universal.

Peserta didik diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat ukur untuk memahami dan atau menyampaikan suatu informasi misalnya melalui persamaan atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian. Dengan demikian peserta didik akan terlatih untuk menyelesaikan masalah matematika dengan mudah dalam bentuk sederhana namun tersampaikan informasinya.

Pembelajaran matematika pada hakikatnya adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar.

Penekanan pembelajaran matematika tidak hanya melatih keterampilan dan hafal fakta, tetapi pada pemahaman konsep. Tidak hanya kepada bagaimana suatu soal harus diselesaikan, tetapi juga pada mengapa soal tersebut diselesaikan dengan cara tertentu. Dalam pelaksanaanya tentu saja disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa.

Jadi pada dasarnya belajar matematika tidak sekedar learning to know (hanya untuk mengetahui sesuatu), tetapi juga. harus belajar melakukan (learning to do), belajar menjiwai (learning to be), dan belajar bersosialisasi dengan sesama teman (learning together). Dengan demikian akan terjadi komunikasi antar siswa kelompok belajar bersama antar siswa. Siswa pun dapat mengaitkan konsep lain yang relevan.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Secara terniinologi, prestasi berarti hasil yang telah dicapai dari apa yang di kerjakan, dilakukan dan sebagainya.15 Dilihat dari akar katanya, prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie yang

15


(23)

memiliki pengertian apa yang diciptakan, hasil belajar, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja.16 Prestasi secara sederhana dan umum dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat diraih oleh seseorang keberhasilan dalam meraih sesuatu tersebut dapat diukur dalam bentuk indikator-indikator yang diverbalkan sesuai dengan hal yang diraihnya.

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.17 Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah seseorang melakukan kegiatan-kegiatan belajar yang optimal berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berguna bagi perkembangan diri selanjutnya.

Belajar merupakan suatu proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu, sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil proses belajar. Belajar bukan sekedar pengalaman, namun belajar merupakan suatu proses, bukan suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dengan menggunakan berbagai bentuk perubahan untuk mencapai suatu tujuan.

Jadi dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah seseorang melakukan kegiatan belajar yang optimal berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berguna bagi perkembangan diri selanjutnya. Dengan kata lain bahwa prestasi belajar siswa juga dipandang sebagai kemampuan yang terjadi setelah siswa belajar dalam penguasaan materi pelajaran matematika dan keterampilan yang membuktikan melalui tes hasil belajar dan dinyatakan dengan nilai atau skor.

16

Habeyb, Kamus Populer , (Jakarta) h.284

17


(24)

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Secara umum, Herman Hudoyo menjelaskan ada empat faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran matematika, yaitu: peserta didik, pengajar, sarana dan prasarana, serta penilaian.18

1). Peserta Didik

Faktor ini meliputi dua aspek: a) aspek fisiologis; b) aspek. psikologis a. Aspek fisiologi

Kondisi umum jasmani yang sehat dapat mempengaruhi semangat siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organg tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas kognitif sehingga materi yang dipelajari pun kurang dipahami. Kondisi organ-organ khusus, seperti indra pengelihatan, sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi pengetahuan.

b. Aspek psikologis

Faktor-faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi perolehan pembelajaran siswa adalah sebagai berikut: i) Tingkat kecerdasan / Intelegensi siswa

Intelegensi sebenarnya bukan hanya kemampuan otak saja melainkan juga kualitas oragan-organ tubuh lainnya. Akan tetapi memang harus diakui peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya. Menurut Reber, seperti dikutip Muhibin Syah, bahwa intelegensi akan kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.19

ii) Sikap dan minat

Sikap merupakan gejala internal berupa kecenderungan untuk merepons dengan cara yang relatif terhadap objek orang, barang, dan sebagainya. Sikap siswa yang positif merupakan pertanda

18

Herman Hudoyo, Strategi Mengajar belajar Matematika, (Malang: IKIP Malang, 1990), cet ke -2, h.9

19


(25)

awal yang baik bagi proses belajar siswa itu.

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar dalam bidang-bidang tertentu.

iii) Bakat

Bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi dalam kapasitas masing-masing. Seorang siswa yang tidak mempunyai bakat dalam mata pelajaran matematika akan sukar baginya untuk mempelajari matematika secara mendalam. Sehingga berkuranglah kemungkinan untuk mencapai prestasi tinggi dalam mata pelajaran tersebut. Namun sebaliknya, siswa yang mempunyai bakat maka akan lebih mudah bagi dirinya untuk mempelajari matematika secara mendalam, sehingga besar kemungkinanya dapat mencapai prestasi yang tinggi.

iv) Motivasi siswa

Motivasi merupakan keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi bisa berasal dari diri siswa yang mendorongnya untuk belajar dan dapat berasal dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.

2). Pengajar

Mengingat belajar matematika memerlukan mental yang tinggi, pengajar sebagai fasilitator memegang peranan penting dalam membelajarkan peserta didik. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengajar dalam proses pembelajaran adalah kompetensi profesionalisme, kepribadian, motivasi dan pengalaman belajar dalam proses pembelajaran.20

20

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), h. 225


(26)

3). Faktor Sarana dan Prasarana

Faktor ini meliputi gedung dan ruang tempat belajar, buku-buku teks, dan fasilitas lainnya.

4). Penilaian

Penilaian dalam istilah lain dikenal dengan evaluasi. Penilaian dalam pembelajaran matematika lebih diutamakan pada proses, karena dalam proses itulah langkah-langkah peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika bisa dilihat dan analisis untuk kemudian dijadikan sebagai acuan untuk perbaikan dan peningkatan pembelajaran selanjutnya.21 Menurut Ralp Tyler, sebagaimana dikutip oleh Suharsimi dalam bukunya dasar-dasar evaluasi pendidikan, bahwa evaluasi merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.22 Penilaian (evaluasi) pendidikan pada hakikatnya merupakan alat kontrol terhadap pelaksanaan pendidikan atau memberikan informasi bagi usaha dan pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Oleh sebab itu evaluasi pendidikan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Membangkitkan motivasi. 2. Mengetahui prestasi murid.

3. Mengetahui kelemahan, kesulitan dan bagaimana mengatasinya. 4. Mengadakan seleksi yang meliputi kenaikan kelulusan, dll.

5. Memberikan laporan tentang kemajuan atau perkembangan murid kepada orang tua.

6. Sebagai feed back kurikulum pendidikan yang bersangkutan.23

Pada umumnya evaluasi dilakukan karena pendidikan ingin tahu apakah murid-murid telah belajar dengan baik atau belum.Tetapi

21

Herman Hudoyo, Strategi mengajar……h 9

22

Suharsimi Arikunto, DasarDasar Evaluasi Pendidkan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999) cet ke-4, h. 3

23

Abd. Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, ( Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1993), cet ke 4, h. 155


(27)

dengan alat evaluasi harus di teliti pula apakah semua bagian dari seluruh bahan telah diterangkan dengan baik apa belum. Prestasi belajar matematika tidak bisa didapat begitu saja tanpa ada proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar matematika, yang dapat mengajarkan siswa tentang matematika tidak hanya guru tetapi dapat berasal dari sumber lain seperti televisi, lingkungan sekitar dan sumber-sumber lainnya. Untuk belajar matematika, diperlukan motivasi pada diri anak didik. Seseorang anak atau siswa yang tidak berhasil dalam belajar matematika bukan berarti mereka bodoh karena ketidakberhasilan mereka kemungkinan. disebabkan kurangnya motivasi untuk belajar matematika.

4. Pendidikan dan Perkembangan Anak

Pendidikan merupakan fenomena yang fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. "Pendidikan berasal dari kata didik, mendapat awalan pen dan akhiran an, yang berarti proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan".24 Menurut Langeved, pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.25

Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang atau kelornpok. orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat

24

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1988), h.204

25

Hasbuilah, Dasar-Dasar I1mu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2006), Cet Ke-5 h.2


(28)

hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dan juga untuk mengembangkan kepribadian yang dimiliki seseorang agar dapat tumbuh dan berkembang kearah kedewasaan yang diharapkan.

Menurut Zuhairini, pendidikan adalah aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain, bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas tetapi berlangsung di luar kelas. Pendidikan bukan bersifat formal saja, namun mencakup aspek non formal.26

Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal samping secara formal di sekolah, madrasah, dan institusi-institusi lainnya.

John Dewey memformulasikan pengertian pendidikan sebagai berikut:

Pendidikan adalah pengalaman yang terus menerus, termasuk perbaikan dan penyusunan kembali pengalaman. Karena kehidupan itu adalah merupakan proses pertumbuhan, maka pendidikan membatu pertumbuhan atau kehidupan yang tepat tanpa dibatasi usia. Proses pendidikan itu suatu proses penyesuaian yang terus menerus, pada setiap fase yang menambah kecakapan di dalam pertumbuhan seseorang.27

Dari pengertian tersebut, maka pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara terus sesuai dengan perkembangan di pengaruhi oleh kematangan dan latihan atau belajar, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan dapat membantu menambah kecakapan pada setiap fase pertumbuhan dan perkembangan.

Pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, sekolah dan masyarakat sehingga dalam pelaksanaannya memerlukan keterlibatan semuanya. Keluarga, sekolah, dan masyarakat disebut juga lingkungan

26

Zuhairini, et.al, Filsafat Pendidikan IsIam, (Jakarta: Bumi Aksara,1995), cet.2 h.149

27


(29)

pendidikan. Keluarga adalah lingkungan pendidikan yang utama dan pertama dalam pembentukan pribadi anak. Ini berarti bahwa keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Fungsi keluarga, dalam pendidikan adalah memberikan pengaruh positif dalam pembentukan pribadi anak dan pengkondisian lingkungan keluarga.

Sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kedua bukan berarti mengambil alih peranan dan fungsi orang tua dalam mendidik anaknya dalam lingkungan keluarga, tetapi sekolah bersama-sama dengan orang tua membantu mendidik anak. Sehingga peranan dan fungsi sekolah yang pertama adalah membantu pendidikan anak di sekolah. Di dalam keluarga anak dibina, di sekolah anak dikembangkan dan ditingkatkan agar lebih mampu melanjutkan kehidupan diri dan bangsa.

Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak-anak sesuai dengan keberadaannya. Tidak semua ilmu pengetahuan sikap keterampilan maupun perfomans dapat dikembangkan di sekolah ataupun dalam lingkungan keluarga. Kekurangan yang ada dapat dilengkapi oleh lingkungan masyarakat dalam membina kepribadian anak didik secara utuh dan terpadu. Pendidikan dalam lingkungan masyarakat akan berfungsi sebagai pelengkap, penganti, dan tambahan terhadap pendidikan yang diberikan oleh lingkungan yang lain.

Patmonodewo menyatakan bahwa perkembangan anak tidak sama dengan pertumbuhannya. Keduanya paling berkaitan dan dalam penggunaan kedua pengertian tersebut sering kali dikacaukan satu sama lain. Bila pertumbuhan menjelaskan perubahan dalam ukuran, sedangkan perkembangan adalah perubahan dalam kompleksitas dan fungsinya.28 Menurut Shabri perkembangan dalam pengertian umum sebagai “Serangkaian perubahan dalam susunan yang belangsung secara teratur,

28

Soemiart Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta:PT Rineka Cipta,2002), Cet. Ke - 2, h.20


(30)

progresif, jalin menjalin dan terarah kepada kematangan dan kedewasaan. Perkembangan secara secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspekaspek mental psikologis. Sedangkan pertumbuhan diartikan sebagai Perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif yang menyangkut jasmaniah".29

Perkembangan manusia sejak pranatal sampai mati prosesnya terjadi secara bertahap melalui berbagai fase perkembangan, dimana dalam setiap fase perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan tertentu, yang berbeda dengan fase sebelum dan sesudahnya. Hurlock telah membagi fase perkembangan manusia dalam sepuluh fase atau masa perkembangan, yaitu:

1. Masa sebelum lahir (prenatal) selama 280 hari. Pada masa ini menunjukkan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dan luas.

2. Masa bayi baru lahir (new born) usia 0,0 – 2 minggu merupakan masa tidak terjadi pertumbuhan dan perkembangan.

3. Masa bayi (babyhood) usia 2 minggu – 2,0 tahun. Masa ini dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian, karena masa ini merupakan periode dimana dasar-dasar kepribadian pada masa ini diletakkan.

4. Masa kanak-kanak awal (early childhood) usia 2,0 – 6,0 tahun. Masa ini disebut usia main, karena besar hidup anak waktunya dihabiskan dengan bermain. Para pendidik menyebut anak masa ini dengan usia prasekolah yaitu sebagai anak yang belum matang untuk sekolah atau masa persiapan untuk masuk sekolah dasar.

5. Masa kanak-kanak akhir( later childhood) usia 6,0 – 12,0 tahun disebut juga anak sekolah dasar dan usia kritis atau periode kritis, disebut periode kritis dalam dorongan prestasi karena pada masa ini

29

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet ke-2 h. I I


(31)

kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses dibentuk. Sekali kebiasaan prestasi ini dibentuk akan cenderung menetap selamanya.

6. Masa puber (puberly) 11,0/12,0 – 15,0/16,0 tahun merupakan masa tumpang tindih karena mencakup akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja.

7. Masa remaja (adolescence) usia 15,0/16,0 – 21,0 tahun. Masa ini adalah masa yang penting dalam rentang kehidupan. Masa ini dikenal sebagai suatu periode peralihan, suatu masa perubahan yang sangat pesat, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas usia yang menakutkan masa tidak realistic dan masa ambang dewasa. 8. Masa dewasa awal (early adulthood) usia 21,0 – 40,0 tahun. 9. Masa dewasa madya ( middle adulthood) usia 40,0 – 60,0 tahun. 10. Masa usia lanjut ( later adulthood).usia 60,0 - ... tahun.30

Piaget mengemukakan bahwa manusia tumbuh, beradaptasi dan berubah melalui perkembangan fisik dan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sebagian besar tergantung kepada seberapa jauh anak aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan kognitif manusia itu tumbuh secara kronologis melalui 4 tahap yang berurutan, yaitu:

1. Tahap sensori motor sejak lahir sampai kira-kira 2 tahun. 2. Tahap praoperasional kira-kira umur 2 sampai 7 tahun. 3. Tahap operasi konkrit kira – kira 7 sampai 12 tahun.

4. Tahap operasional formal sejak umur belasan sampai dewasa.

Secara terinci perkembangan intelektual Jean Piaget dipaparkan oleh Ismail, dkk sebagai berikut:

1. Tahap sensori motor. Anak pada tahap ini memperoleh pengalaman melalui berbuat dengan sensori. Anak berpikir melalui perbuatan (tindakan), gerak dan reaksi yang spontan.

30

John L Marks, et al, Metode Pengajaran Matematika Sekolah Dasar, (Jakarta: Erlangga, 1988), h.29


(32)

2. Tahap praoperasi. Merupakan tahap persiapan' untuk mengorganisasikan operasi konkret. Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkret dari pada pemikiran logic.

3. Tahap operasi konkret. Anak pada tahap ini sudah lebih jauh dapat berpikir atau berbuat daripada anak pada tahap praoperasi. Pada tahap ini anak mampu berbuat lebih dari sekedar dapat berbahasa, memanipulasi benda konkret, dan berpikir internal.

4. Tahap operasi formal.Tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif manusia. Mampu memandang dari banyak'segi secara simultan, menilai tindakannya secara objektif dan menelusuri kembali proses berpikirnya dan mulai dapat merumuskan hipotesis atau perkiraan sebelum ia berbuat.

Menurut Locke, bahwa pendidikan bagi anak merupakan faktor yang menentukan dalam perkembangan.31Sedangkan tugas perkembangan anak sekolah menurut Havigurst diantaranya belajar membaca, menulis, berhitung, belajar pengertian-pengertian kehidupan sehari-hari.

Berapa aspek psikologi dan fisik yang penting dalam perkembangan pada masa anak sekolah diuraikan antara lain

a. Perkembangan intelektual

Menurut Gagne perkembangan intelektual anak pada masa ini melalui urutan hirarki dari masing-masing kemampuan seperti persepsi, konsep, kaidah dan prinsip.

b. Perkembangan Bahasa

Pada masa ini perkembangan bahasa diawali adanya kebutuhan anak terhadap keinginan bergaul, keinginan memperoleh informasi, keinginan menyatakan pendapat/kemampuan. Perkembangan bahasa anak sangat erat hubungannya dengan tahap-tahap perkembangan fisik maupun psikis anak itu.

31


(33)

c. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik mengikuti pola perkembangan tertentu, terjadilah diferensiasi yang makin luas dari fungsi-fungsi dan sifat-sifat.

d. Perkembangan Emosi

Perkembangan emosi erat hubungannya dengan fase-fase perkembangan fisik maupun psikis seseorang anak. Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan seseorang individu baik dari dalam dan luar akan membentuk sifat khas emosi dari individu itu.

Perkembangan pribadi manusia merupakan hasil atau akibat dari pada kematangan dan belajar. Kematangan yang dimaksud adalah kematangan potensi fisik atau mental psikologis yang telah dicapai dalam tahap pertumbuhan atau perkembangan. Kematangan potensi fisik seperti kematangan otak pada umur 6 atau 7 tahun merupakan prequisite untuk perkembangan intelektual di SD. Kematangan mental psikologis yang dicapai di SD merupakan prequisite untuk keberhasilan perkembangan mental psikologis di sekolah lanjutan. Dalam halnya belajar, semua kemampuan dan tingkah laku manusia sebagai hasil perkembangan yang diperoleh melalui proses belajar.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan yaitu:

1) Faktor Intrinsik

Faktor instrinsik yang mempengaruhi kegagalan berkembang terutama berkaitan dengan terjadinya penyakit pada anak, yaitu: Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner), kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid, kekurangan hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya. Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kesulitan dalam pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan keterlambatan pertumbuhan. Kelainan


(34)

pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan gangguan mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh. Anemia atau penyakit darah lainnya. Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi atau hilangnya enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi. Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan faktor lingkungan (ekstrinsik). Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini adalah bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, suku bangsa/bahasa, gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor ini, sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain di akibatkan oleh faktor genetik juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal.

2) Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik meliputi, antara lain:

a. Faktor psikis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat penolakan atau kekerasan dari orang tua).

b. Depresi bisa menyebabkan nafsu makan anak berkurang.

Depresi bisa terjadi jika anak tidak mendapatkan rangsangan sosial yang cukup, seperti yang dapat terjadi pada bayi yang diisolasi dalam suatu inkubator atau pada anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya.

c. Faktor ekonomi (dapat mempengaruhi masalah pemberian makanan kepada anak, tempat tinggal dan perilaku orang tua). Keadaan ekonomi yang pas-pasan dapat menyebabkan anak tidak memperoleh gizi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhannya.


(35)

d. Faktor lingkungan (termasuk pemaparan oleh infeksi, parasit atau racun). Lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan “bio-psiko-fisiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.

3) Faktor Pendukung

Faktor – faktor pendukung perkembangan anak, antara lain : a. Terpenuhi kebutuhan gizi pada anak tersebut

b. Peran aktif orang tua

c. Lingkungan yang merangsang semua aspek perkembangan anak

d. Peran aktif anak

e. Pendidikan orang tua (Soetjiningsih, 1998).

Perkembangan terjadi karena faktor kematangan dan belajar. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam (bawaan) dan faktor luar (lingkungan, pengalaman, pengasuhan). Jadi sekalipun semua orang mengikuti pola perkembangan yang kurang lebih sama, kecepatan perkembangan pada suatu aspek pada tiap orang berbeda-beda. Perbedaan dalam perkembangan ini banyak hubungannya dengan faktor kematangan, belajar atau pengalaman, bawaan dan faktor lingkungan .

Para ahli psikologi perkembangan sering mengulang pernyataannya mengenai pentingnya tahun-tahun pertama sebagai tahun pembentukan atas dasar-dasar kepribadian anak. Lima tahun pertama dianggap sebagai tahun yang penting untuk menerima rangsangan, termasuk rangsangan-rangsangan untuk memperkembangkan dan mengaktualisasikan potensi-potensi mental yang ada sebaik-baiknya. Vann Kyuk berpendapat bahwa pelajaran mengenai pembentukan. pengertian, cara berpikir, keterampilan menyatakan sesuatu, dan keterampilan


(36)

berhitung harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.

5. Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Pengertian “ Taman” pada Taman Kanak-kanak mengandung makna “tempat yang aman dan nyaman untuk ” . Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 BAB I pasal 1 ayat 14 yaitu: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.32

Usia anak prasekolah dapat dikatakan sebagai karena setiap waktunya diisi dengan kegiatan bermain. Kegiatan bermain bagi anak dapat mendukung berkembangnya kemampuan motorik kasar dan halus, kemampuan kognitif, sosial dan emosional. Kebutuhan bermain anak akan mampu mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah, belajar menampilkan emosi yang diterima lingkungannya dan juga belajar bersosialisasi agar kelak terampil dan berhasil menyesuaikan diri dalam kelompok teman.

Kebutuhan bermain anak tidak cukup terpenuhi di rumah, karena itu orang tua, merasa perlu memasuki anaknya ke sekolah. Dalam beberapa hal bermain di sekolah berbeda dari bermain di rumah. Di sekolah memiliki kesempatan bermain dalam kelompok yang lebih besar bila dibandingkan di rumah, materi dan alat permainanya pun jauh berbeda, anak belajar menyesuaikan diri, berbagi alat permainan, dan mengatasi gangguan di sekolah. Kegiatan, waktu, ruang dan materi bermain sambil belajar di sekolah lebih terencana atau terprogram.

Menurut Mallory dan New berpendapat bahwa jika anak belajar melalui bermain, maka anak memperoleh kesempatan untuk

32

Luluk Asmawati, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Secara Islami ( Jakarta, STIT Insida) h. 24


(37)

mempraktikkan keterampilan-keterampilan yang baru diperolehnya dan juga fungsi kecakapan sosialnya untuk menerima pesan sosial yang baru dan mencoba tugas baru yang menantang. Sedangkan menurut Brewer, manfaat belajar dari bermain adalah :

1) mendorong peserta didik belajar tentang pakaian yang sesuai dengan musim atau acara tertentu.

2) Mendorong peserta didik belajar membuat warna sekunder.

3) Mendorong peserta didik untuk mendemonstrasikan kecakapannya dalam mengklarifikasi.

4) Mendorong peserta didik belajar tentang karakteristik ukuran tiga dimensi.

5) Mendorong peserta didik belajar tentang gejala alam, misalnya erosi dan lain-lain.33

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar melalui bermain memiliki manfaat antara lain:

1) Peserta didik belajar untuk menerima, mengekspresikan dan menguasai perasaan mereka secara positif dan konstruktif.

2) Peserta didik belajar tentang diri mereka sendiri, mengembangkan jati diri, kepercayaan diri, ketenangan diri, dan harga diri.

3) Peserta didik belajar tentang tingkah laku, seperti berbicara, bekerja sama, berbagi dan saling membantu.

4) Peserta didik belajar menjadi penengah, bernegosiasi, dan menyelesaikan konflik.

5) Peserta didik belajar mengungkapkan ide dan perasaannya secara verbal, menyimak tuntunan orang lain, memahami sudut pandang orang lain, belajar memutuskan rencana kegiatan untuk memecahkan masalah. 6) Peserta didik belajar menghargai dan memperdulikan orang lain.

7) Peserta didik mengembangkan keterampilan berbahasa serta mengembangkan kosa kata.34

33

Luluk Asmawati, Dasar-Dasar Pendidikan Anak ... h. 59

34


(38)

Bagi anak usia dini bermain adalah sarana untuk mengubah kekuatan potensial di dalam dirinya menjadi berbagai kemampuan dan kecakapan. Bermain juga dapat menjadi sarana penyaluran energi yang sangat baik bagi anak usia dini. Namun pada kenyataannya lingkungan keluarga atau lingkungan rumah tidak selalu mampu memberikan pengalaman yang terbaik bagi perkembangan anak. Kemiskinan, lingkungan yang terisolasi dan tuntunan hidup yang tidak dapat dipenuhi akan menjadi penghambat bagi perkembangan anak.

Oleh karena itu, wadah yang paling tepat untuk menyalurkan kreativitas dan perkembangan anak adalah melalui pendidikan Taman Kanak-Kanak yang merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik sesuai dengan sifat alami anak. Sebagaimana diketahui dalam menuju kedewasaan, setiap anak memerlukan kesempatan untuk mengembangkan diri. Sedangkan kesempatan. untuk mengembangkan diri memerlukan fasilitas dan sarana yang mendukung dalam berbagai bentuk seperti sarana pendidikan yang menunjang. Semua fasilitas dan kesempatan mengembangkan diri anak tersebut tersedia di TK.

Dalam peraturan pemerintah No.27/1990 tentang pendidikan prasekolah pasal 1 bahwa pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar yang diselenggarakan di jalur pendidikan prasekolah atau di luar sekolah.35

Pendidikan Taman Kanak- kanak merupakan salah satu pendidikan anak usia dini untuk umur anak sampai 6 tahun. Sebagaimana dijelaskan pada pasal 28 ayat 1 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: "pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan

35

Prof. DR. Dedi Supriadi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, ( Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya) h.38


(39)

prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar".36

Berdasarkan penjelasan undang-undang tersebut dikatakan, bahwa Taman kanak-kanak boleh dilalui oleh anak-anak sebelum memasuki sekolah dasar, tetapi yang perlu diperhatikan adalah bahwa pendidikan tersebut tidak menjadi syarat bagi anak untuk langsung memasuki sekolah dasar. Dengan demikian, anak yang tidak melalui Taman Kanak-Kanak juga dibolehkan memasuki Sekolah Dasar, dengan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Tujuan pendidikan Taman Kanak-Kanak sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Republik Indonesia antara lain:

(1) Membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (pasal 1.14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003); (2) Mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik (pasal 28 ayat 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003); (3) Membantu meletakan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya (pasal 3 Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1990).37

Berdasarkan tujuan Taman Kanak-Kanak tersebut di atas, ternyata pendidikan TK merupakan tempat bagi anak untuk mengembangkan potensi yang ada sesuai dengan perkembangannya. Di TK akan terlihat bagaimana sikap anak terhadap teman sebaya, guru, dan lingkungan sosial. Selain itu pengetahuan anak akan bertambah, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, serta dapat mengembangkan daya imajinasi yang ada pada diri anak, seperti terlihat kemampuannya untuk menggambar, memberi

36

Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (PT. Kloang Klede Putra Timur) h.15

37

http://komunitaspers.blog.dada.net/post/1207085089/ Dasar Penyelenggaraan Pendidikan Taman Kanak-Kanak


(40)

warna, membuat keterampilan, melipat kertas atau yang lainnya sesuai dengan kemampuannya. Dasar-dasar pengetahuan keterampilan dan sikap yang diletakkan pada pendidikan Taman Kanak-Kanak bukan hanya berpengaruh pada tingkat Sekolah Dasar melainkan sepanjang hayat.

Pakasi di dalam buku. Anak dan Perkembangannya menjabarkan arti belajar di Taman Kanak -Kanak tersebut sebagai sarana untuk mengekspresikan diri melalui bahasa dan media lain, mengakui dan menerima perbedaan dirinya dengan temannya, menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya serta mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran membaca, berhitung, dan menulis, serta pengetahuan lainnya.38

Lama pendidikan di Taman Kanak-Kanak, satu atau dua tahun sesuai dengan usia anak . Jika suatu TK memilih program satu tahun, TK tersebut dapat menyelenggarakan Kelompok, A(4-5 tahun) atau Kelompok B(5-6 tahun).

Program kegiatan belajar TK merupakan satu kesatuan program kegiatan belajar yang utuh mencakup:

1. Program kegiatan belajar dalam rangka pembentukan.prilaku melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari di TK yang meliputi pengembangan moral pancasila, agama, disiplin, perasaan/emosi, dan kemampuan bermasyarakat.

2. Program kegiatan belajar dalam rangka pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru, meliputi pengembangan kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, dan keterampilan jasmani.39

Bidang pengembangan moral mengarah kepada pembentukan moral yang sesuai dengan pancasila, seperti anak belajar memahami tentang kegiatan yang baik dan tidak baik. Bidang kemampuan berbahasa melatih anak untuk mengekspresikan keinginannya, menghafal melantunkan lagu dan puisi, serta melatih anak untuk dapat mernbaca, dan menulis sebagai

38

Soepartinah Pakasi, Anak dan Perkembangannya, (Jakarta: Gramedia, 198 1), h.24

39

Depdikbud, Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak: Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar, (Jakarta:Depdikbud,1994), h.1


(41)

persiapan untuk di SD. Bidang pengembangan perasaan, kemasyarakatan, dan kesadaran lingkungan mengarah kepada pembentukan pribadi anak sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Misalnya anak belajar mengakui dan menerima adanya perbedaan antara dirinya dan anak lain, belajar menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Bidang pengembangan daya cipta mengarah kepada pembentukan imajinasi dan kreativitas anak, yaitu lancar dalam bertutur kata, berpikir, berolah tangan, dan berolah tubuh sebagai latihan motorik halus dan motorik kasar. Dan juga mengenai bidang kemampuan matematika tetapi masih terbatas pada obyek perhitungan, mengetahui angka-angka tertulis, dan mempelajari bentuk-bentuk geometri dasar, seperti segi empat, lingkaran dan. segitiga.

Taman Kanak-Kanak bukan sekolah, tetapi tempat bermain sambil belajar. TK adalah usaha/kegiatan persiapan membaca dan menulis permulaan serta berhitung. Pendidikan TK sangat besar pengaruhnya pada perkembangan anak sehingga melalui pendidikan tersebut anak. dapat bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungannya. Serta anak dapat memiliki pengalaman di TK yang merupakan jembatan antara rumah dengan sekolah, yaitu menciptakan kesinambungan pengalaman antara dunia anak-anak dalam keluarga dengan kehidupan dan tuntutan belajar di SD. Dari uraian tersebut ternyata pada pendidikan TK, anak telah diperkenalkan dengan matematika sebagai persiapan untuk memasuki sekolah dasar.

6. Pendidikan Sekolah Dasar

Pendidikan sekolah dasar berlangsung pada. usia 6 sampai 12-13 tahun. Para pendidik mengenal masa ini sebagai "masa sekolah", karena pada masa ini anak diharapkan memperoleh pengetahuan dasar yang sangat penting bagi persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan di masa dewasa. Masa anak sekolah diawali dengan tercapainya kematangan sekolah pada anak.


(42)

diartikan dengan kesiapan anak untuk belajar atau masuk SD karena anak sudah memiliki kemampuan atau kesanggupan untuk belajar atau mengikuti pelajaran dengan baik di SD dan dengan kondisi kematangannya itu maka si anak akan dapat dengan mudah untuk diajar dan dilatih sehingga mereka akan berhasil dengan baik belajar di SD.40

Pada usia sekolah dasar daya pikirnya sudah berkembang kearah berpikir konkret dan rasional ( dapat diterima akal ) Piaget menamakannya sebagai operasi konkret. Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu: mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun dan mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka.41

Masa usia sekolah sering pula disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Secara relative anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelumnya. Masa keserasian bersekolah ini dapat dirinci menjadi dua fase:

1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, antara 6-7 tahun sampai 9-10 tahun.

2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, antara. 9-10 tahun sampai 12-13 tahun.42

Sifat-sifat khas kelas rendah antara lain: (1) Kesehatan dan pertumbuhan jasmani sangat berkaitan dengan prestasi; (2) mematuhi peraturan-peraturan permainan tradisional; (3) memuji dirinya sendiri; (4) membandingkan dirinya dengan yang lain; (5) togas yang tidak terselesaikan dianggap tidak penting pada usia 6 sampai 8 tahun menghendaki nilai yang baik tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas baik atau tidak.

Sifat-sifat khas kelas tinggi antara lain: (1) Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, realitis, ingin tabu, dan ingin

40

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet ke-2 h.11

41

Syamsuri Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja ( Bandung; remaja Rosda Karya, 2000) h.178

42

S.C Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999) cet. ke-3 h.4


(43)

belajar (2) masa akhir minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus; (3) sebelum usia 11 tahun membutuhkan orang lain dan setelah usia 11 tahun sudah dapat menyelesaikan sendiri; (4) nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah; (5) gemar membentuk kelompok sebaya. Tahap di sekolah dasar ini juga sesuai dengan perkembangan anak sehingga pada sekolah dasar sikap dan kemampuan anak dikembangkan dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar pada mereka sesuai dengan perkembangannya.

Sebagaimana jenjang pendidikan formal lainnya, pada sekolah dasar juga memiliki kurikulum yang disusun sebagai acuan pelaksanaannya, sehingga tidak menyimpang dari tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.

Pendidikan dasar SD menggunakan kurikulum yang disusun departemen pendidikan nasional sehingga pada tingkat SD memiliki 10 pelajaran, yaitu:

Tabel 1

Pelajaran Pada Tingkat SD

No Pelajaran Jumlah jam pelajaran dalam seminggu

1 Pengetahuan alam/Sains 6

2 Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan

7

3 Matematika 8

4 Bahasa Indonesia 8

5 Teknologi Informasi dan Kesehatan 2 6 Kerajinan Tangan dan Kesenian 2

7 Pendidikan Jasmani 2

8 Pendidikan Agama 2

9 Bahasa Inggris 2


(44)

Pembelajaran matematika di SD mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran matematika di SD yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah benar sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika adalah:

1. Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut.

2. Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.

3. Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.43

Berdasarkan tujuan dari pembelajaran matematika yang diberikan sekolah sangat penting untuk pembentukan sikap siswa dan memberikan penataan daya nalar. Selanjutnya juga memberikan keterampilan matematika pada kehidupan sehari-hari maupun membantu dalam mempelajari ilmu pengetahuan lainnya, dan tujuan ini dapat dicapai dengan baik ketika siswa dipersiapkan sebaik mungkin di sekolah sebelum mereka masuk Sekolah Dasar. Pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep matematika yang akan diajarkan. Dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep yang lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep yang lain.

43

Heruman, S.Pd., M.Pd, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007) Cet. Ke-1 h. 3


(45)

B. Kerangka Berpikir

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia dan juga sebagai salah satu kebutuhan. Pendidikan dilaksanakan sesuai dengan perkembangan anak, karena pengalaman dan pendidikan seseorang anakmerupakan faktor yang paling menentukan dalam perkembangan anak.

Usia anak prasekolah adalah usia dimana perkembangan sangat cepat, dan juga peka terhadap sekitarnya dalam hal meniru. Agar perkembangan kognitif dan motorik berkembang secara optimal, dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman-pengalaman yang aktif dengan menggunakan benda sekitarnya tahap perkembangan kognitif anak pada usia prasekolah berada pada tahap praoperasional yaitu kemampuan mengelompokkan dan penggunaan simbol- simbol. Berikut fase-fase perkembangan anak antara lain: (1) Masa sebelum lahir, menunjukan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dan luas, (2) Masa bayi baru lahir, pada masa ini tidak terjadi pertumbuhan dan perkembangan, (3) Masa bayi, masa ini dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian, (4) Masa Kanak-kanak awal, sebagai usia prasekolah, (5) Masa kanak-kanak akhir, merupakan masa sekolah dasar dan usia kritis, (6) Masa puber, merupakan masa tumpang tindih antara akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja, (7) Masa remaja, dikenal sebagai suatu periode peralihan, (8) Masa dewasa awal, (9) Masa dewasa madya, (10) Masa usia lanjut. Anak usia dini berada pada fase masa kanak-kanak awal, dimana pada fase ini anak lebih banyak belajar melalui bermain, antara lain mengenal benda-benda yang kongkrit untuk mengasah perkembangan motorik dan kognitif anak.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu pendidikan prasekolah yang mempunyai tujuan untuk membantu perkembangan anak agar tumbuh secara optimal dalam aspek fisik, keterampilan, pengetahuan, sikap dan perilaku sosialnya. Pengalaman anak-anak di TK berfungsi sebagai "jembatan" antara rumah dan sekolah. Di Taman Kanak-Kanak, anak mengenal membaca, menulis dan berhitung (calistung) dilakukan melalui


(46)

pendekatan bermain dan disesuaikan dengan tugas perkembangan anak.

Belajar akan menghasilkan hasil belajar berupa prestasi belajar. Prestasi belajar akan optimal apabila siswa untuk menerima pelajaran dan mempunyai daya sosialisasi yang baik terhadap lingkungan belajarnya. Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (1) peserta didik yaitu meliputi aspek fisiologis dan psikologis seperti bakat, intelegensi dan motivasi siswa. (2) pengajar, (3) sarana dan prasarana, yaitu meliputi gedung dan ruang tempat belajar, buku-buku serta fasilitas lainya, (4) penilaian. Dari keempat faktor diatas yang menjadi fokus keberhasilan pendidikan adalah peserta didik. Berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran dapat diukur dari prestasi belajar siswa. Banyak cara untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah salah satunya dengan mengikuti pendidikan prasekolah (pendidikan Taman Kanak-kanak) sebagai proses pengembangan keterampilan dan bakat siswa sebelum memasuki Sekolah Dasar.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat adanya keterkaitan antara pendidikan Taman Kanak-Kanak dengan prestasi belajar matematika. Dengan demikian diduga bahwa ada pengaruh pendidikan Taman Kanak-Kanak terhadap prestasi belajar matematika.


(47)

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 02 Cimone Tangerang. Sedangkan waktu pelaksanaanya pada tanggal 4 Agustus s/d 8 September 2008.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian1. Populasi dalam

penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas I SDN 02 Cimone Tangerang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive random sampling. Yang dimaksud dengan purposive adalah penarikan sampel yang berada dilokasi penelitian dipilih berdasarkan kriteria/karakteristik tertentu sesuai denngan tujuan penelitian. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 30 siswa.

C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ex-post facto. Ex-post facto berarti apa yang dikerjakan setelah kenyataan. Penelitian ex-Ex-post facto merupakan peneitian dimana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian. Penelitian ini disebut sebagai penelitian sesudah kejadian. Pada penelitian ini, penulis memberikan tes hasil belajar kepada sampel yang dituju untuk memperoleh skor prestasi belajar.

1Prof. DR. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2002)

Cet Ke-12, h.108


(48)

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis tes sebagai instumen penelitian. Tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda yang terdiri dari 25 butir soal untuk mengukur hasil belajar matematika siswa.

Alat ukur tes sebelum diberikan kepada siswa harus diketahui lebih dahulu apakah tes tersebut baik dan sudah siap diberikan kepada siswa untuk diambil datanya pada penelitian ini. Sebelum digunakan soal (tes) tersebut maka diujicobakan untuk mengetahui apakah soal-soal tersebut memenuhi standar persyaratan validitas, reabilitas, dan taraf kesukaran.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Adapun validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu tes yang dibuat berdasarkan tujuan khusus tertentu yang sama dengan isi pelajaran yang telah diberikan di kelas. Untuk itu instrument tes harus diujikan untuk mendapatkan validitas butir soal atau validitas item, untuk mengukurnya peneliti akan mengukur rumus Korelasi Point Biserial2.

q p SD

M M rpbi = pt

Rpbi = koefisien korelasi biserial

Mp = rerata skor pada tes dari peserta tes yang mewakili jawaban benar

Mt = rerata skor total

SD = standar devisiasi skor total

2Sumarna Supranata, Analisis, Validitas, Reabilitas, dan Interprestasi Hasil Tes, (


(49)

P = proporsi peserta tes yang jawabannya benar pada soal

q = (1 – p)

Setelah dilakukan uji validitas sebanyak 25 soal, maka terdapat 5 soal yang tidak valid. Jumlah soal yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar yaitu 20 soal yang valid ( lihat lampiran 5 hal 63 )

2. Reliabilitas

Suatu instrument (tes) dapat dipercaya untuk sebagai alat pengumpul data, jika tes tersebut telah diuji reliabilitasannya. Untuk mencari reliabilitas terhadap tes perlu dilakukan analisis pada butir-butir soal dari tes tersebut. Dan untuk menentukan reabilitas suatu tes tergantung dari bentuk soal-soalnya.

Untuk mencari reliabilitas tes yang dalam bentuk objektif, penulis menggunakan rumus K-R. 20

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢

⎢ ⎣

⎡ −

⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡

=

2

2

1 S

pq S

k k rii

r11 = reabilitas secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (1-p)

∑ pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

k = banyaknya item yang valid

S = standar devisiasi dari tes3

3Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta; Bumi


(50)

Perhitungan reliabilitas dilakukan terhadap 20 soal yang dianggap valid, dari hasil perhitungan diperoleh nilai reliabilitas sebesar r11= 0,8.

Maka instrument dianggap reliable ( lihat lampiran 7 hal 65 )

3. Taraf Kesukaran

Disamping reliabel dan valid perlu juga diperlukan tingkat kesukaran dari soal tersebut. Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui taraf kesukaran adalah:

P =

JS B

P = indeks kesukaran

B =banyaknya siswa yang menjawab dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes4

Dengan klasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut: IK = 0,00 : soal terlalu sukar.

0,00 < IK 0,30 : soal sukar ≤ 0,30 < IK 0,70 : soal sedang ≤ 0,70 < IK 1,00 : soal mudah ≤

IK = 1,00 : soal terlalu mudah

Sesuai dengan kriteria indeks kesulitan soal, maka diperoleh 6 soal mudah, 13 soal sedang dan 1 soal sukar ( lihat 8 lampiran hal 66)

4

M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, ( Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), cet. I, h. 133


(51)

4. Pengujian daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

kemampuan siswa. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminan yang berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada indeks diskriminan ini dikenal tanda negatif yang berarti bahwa suatu soal itu terbalik dalam mengukur kemampuan siswa. Rumus indeks diskriminan adalah:

D = Pa Pb

Jb Bb Ja Ba

− = −

Keterangan :

D = Indeks daya pembeda soal

Ja = Banyaknya peserta kelompok atas Jb = Banyaknya peserta kelompok bawah

Ba= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

Bb= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

Pa =

Ja Ba

adalah proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

Pb =

Jb Bb

adalah proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar


(52)

Untuk mengetahui penilaian daya pembeda tiap-tiap soal, indeks diskriminan diklafikasikan sebagai berikut:

DP = 0,00 : soal terlalu sukar.

0,00 < DP 0,20 : soal sukar ≤

0,20 < DP 0,40 : soal sedang ≤

0,40 < DP 0,70 : soal mudah ≤

0,70 < DP 1,00 : soal terlalu mudah≤ 5

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik Mann- Whitney (U- Test). Teknik ini dipakai untuk menguji signifikasi perbedaan antara dua sampel independen. Teknik U- Test yang digunakan adalah U–Test dengan skala sampel besar dimana n 20. Teknik ini berfungsi sebagai alternatif penggunaan Uji-t bilamana persyaratan-persyaratan parametriknya tidak terpenuhi, dan bila datanya berskala ordinal. Adapun formulasi rumus Mann- Whitney tes adalah sebagai berikut:

U1 = n1 n2 +

2 ) 1 ( 1

1 n +

n

-∑R1

U2 = n1 n2 +

2 ) 1 ( 2

2 n +

n

-∑R2

n1 = jumlah kasus kelompok 1

n2 = jumlah kasus kelompok 2

∑ R1 = jumlah jenjang/rangking pada kelompok 1

5


(53)

∑ R2 = jumlah jenjang/rangking pada kelompok 26

Teknik analisis untuk menguji U- Test dengan skala sampel besar menggunakan harga kritik Z dengan rumus sebagai berikut:

Z =

12 ) 1 (

2

2 1 2 1

2 1

+ + −

n n n n

n n U

n1 = jumlah kasus kelompok 1

n2 = jumlah kasus kelompok 27

F. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik yang akan diuji pada penelitian ini adalah: Ho : Z = Z α

Ha : Z > Z α

Keterangan:

Z = nilai z hasil penghitungan Uji “U” Z α = nilai z pada taraf signifikansi α = 0,05 Kriteria Pengujian ;

Jika p < α, maka tolak Ho

Jika p > α, maka terima Ha

6

Bambang Soepeno, Statistik Terapan, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 1997), Cet. I, h.191

7


(54)

A. Deskripsi Data

Berdasarkan penelitian ini, berikut akan disajikan deskripsi data yang diperoleh dari hasil instrumen berupa tes prestasi belajar yang telah diberikan peneliti. Instrumen tersebut telah diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitasnya.

Setelah dilakukan uji validitas, terdapat 20 soal yang dinyatakan valid. Dari uji realibilitas diperoleh koefisien realibilitas sebesar 0,8. Berdasarkan interpretasi koefisien realibilitas yang telah diuraikan sebelumnya, maka instrumen tersebut reliabel.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas satu SDN Cimone 02 Tangerang, yang berjumlah 30 orang dengan rincian 13 siswa yang berasal dari Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan 17 siswa yang tidak melalui pendidikan Taman Kanak-Kanak. Adapun deskripsi data prestasi belajar yang berasal dari pendidikan Taman Kanak-Kanak dan yang tidak melalui pendidikan Taman Kanak-Kanak dijelaskan sebagai berikut.

1. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa yang Melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Dari data prestasi belajar siswa yang melalui pendidikan Taman

Kanak-Kanak 13 siswa diperoleh data sebagai berikut dalam bentuk distribusi frekuensi.


(55)

Tabel 2

Prestasi Belajar Siswa yang Melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Nilai Frekuensi Frekuensi Kumulatif

55 1 1

60 2 3

65 1 4

70 3 7

75 2 9

80 1 10

85 1 11

90 1 12

95 1 13

Jumlah 13

Berdasarkan data di atas, dapat di interpretasikan bahwa dari 13

orang siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata sebanyak 46,2% yaitu 6 siswa, sedangkan yang memperoleh nilai di bawah rata-rata sebanyak 53,8% yaitu 7 siswa. Data prestasi belajar matematika siswa yang melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 3

Prestasi Belajar Siswa yang Melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Deskripsi Nilai Maksimum 95

Minimum 55

Mean 72,85

Modus 70


(56)

Tabel di atas menunjukkan bahwa diperoleh nilai tertinggi yaitu 95 dan nilai terendah yaitu 55. Dengan kemampuan rata-rata seluruh siswa adalah 72,85.

2. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa yang Tidak melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Dari data prestasi belajar siswa yang tidak melalui pendidikan

Taman Kanak-Kanak 17 siswa diperoleh data sebagai berikut dalam bentuk distribusi frekuensi.

Tabel 4

Prestasi Belajar Siswa yang Tidak Melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Nilai Frekuensi Frekuensi Kumulatif

35 1 1

40 1 2

45 1 3

50 2 5

55 1 6

60 2 8

65 1 9

70 3 12

75 1 13

80 2 15

85 1 16

90 1 17


(57)

Berdasarkan data di atas, dapat di interpretasikan bahwa dari 17 orang siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata sebanyak 53,1% yaitu 9 siswa, sedangkan yang memperoleh nilai di bawah rata-rata sebanyak 46,9% yaitu 8 siswa.

Dari data prestasi belajar matematika siswa yang Melalui

Pendidikan Taman Kanak-Kanak diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 5

Prestasi Belajar Siswa yang Tidak Melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Deskripsi Nilai Maksimum 90

Minimum 35

Mean 63,53

Modus 70

Simpangan Baku 16,08

Tabel di atas menunjukkan bahwa diperoleh nilai tertinggi yaitu 90 dan nilai terendah yaitu 35. Dengan kemampuan rata-rata seluruh siswa adalah 63,53.

B. Pengujian Hipotesis

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah teknik Mann Whitney

U-test. Teknik ini berfungsi sebagai pengujian Uji-t non parametrik, dan datanya berskala ordinal.


(58)

Tabel.6

Prestasi belajar matematika antara siswa yang melalui pendidikan Taman Kanak-Kanak dan siswa yang tidak melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak-Kanak-Kanak Prestasi melalui

Pendidikan TK(X1)

Rangking X1 Prestasi tidak melalui

Pendidikan TK(X2)

Rangking X2

55 60 60 65 70 70 70 75 75 80 85 90 95 6,5 9,5 9,5 12,5 16,5 16,5 16,5 21 21 24 26,5 28,5 30 35 40 45 50 50 55 60 60 65 70 70 70 75 80 80 85 90 1 2 3 4,5 4,5 6,5 9,5 9,5 12,5 16,5 16,5 16,5 21 24 24 26,5 28,5

∑ n1 = 13 ∑ R1 = 238,5 ∑ n2 = 17 ∑ R2 = 226,5

Tabel memperlihatkan data prestasi belajar matematika siswa yang

melalui pendidikan Taman Kanak-Kanak dari 13 siswa (n1 = 13) dan 17


(1)

(2)

Lampiran 10

Tabel 12

Perhitungan Nilai Statistik Deskriptif Prestasi Belajar Siswa yang Melalui Pendidikan Taman Kanak-kanak

x f fx x2 Fx2

55 1 55 3025 3025 60 2 120 3600 7200 65 2 130 4225 8450 70 3 210 4900 14700 75 2 150 5625 11250 80 1 80 6400 6400 85 1 85 7225 7225 90 1 90 8100 8100 95 1 95 9025 9025

∑ ∑f = 13 fx = 947 ∑x2 = 52125 ∑fx2 = 70475

X = 72,85 13 947 = =

f fx

Modus = 70

S =

) 1 ( ) ( )

( 2 2

− −

n n fx fx n = ) 12 ( 13 ) 947 ( ) 70475 (

13 − 2

= 156 19366


(3)

Tabel 13

Perhitungan Nilai Statistik Deskriptif Prestasi Belajar Siswa yang Tidak Melalui Pendidikan Taman Kanak-Kanak

x f fx x2 fx2

35 1 35 1225 1225 40 1 40 1600 1600 45 1 45 2025 2025 50 1 50 2500 5000 55 1 55 3025 3025 60 2 120 3600 7200 65 1 130 4225 4225 70 1 210 4900 14700 75 1 150 5625 5625 80 2 80 6400 12800 85 1 85 7225 7225 90 1 90 8100 8100

∑ ∑f = 17 ∑fx = 1080 ∑x2 = 50450 ∑fx2 = 72750

X = 763,53 17 1080 = =

f fx

Modus = 70

S =

) 1 ( ) ( )

( 2 2

− −

n n fx fx n = ) 16 ( 17 ) 1080 ( ) 72750 (

17 − 2

= 272 70350


(4)

Tabel 8

Uji Validitas Tes Instrumen Penelitian

No Mp Mt SDt P Vpbi Ket

1 16,78 16,77 4,17 0,9 0,006 Invalid

2 18,1 16,77 4,17 0,7 0,488 Valid

3 18 16,77 4,17 0,77 0,54 Valid

4 17,74 16,77 4,17 0,77 0,246 Valid

5 18 16,77 4,17 0,73 0,485 Valid

6 19,36 16,77 4,17 0,37 0,478 Valid

7 18,43 16,77 4,17 0,47 0,375 Valid

8 17,85 16,77 4,17 0,67 0,369 Valid

9 18,26 16,77 4,17 0,63 0,466 Valid

10 17,6 16,77 4,17 0,77 0,364 Valid

11 17,3 16,77 4,17 0,9 0,381 Valid

12 18,16 16,77 4,17 0,63 0,435 Valid

13 18,24 16,77 4,17 0,57 0,407 Valid

14 18,29 16,77 4,17 0,47 0,344 Valid

15 17,56 16,77 4,17 0,83 0,418 Valid

16 18,5 16,77 4,17 0,47 0,391 Valid

17 17,86 16,77 4,17 0,73 0,429 Valid

18 16,21 16,77 4,17 0,47 0,126 Invalid

19 18,5 16,77 4,17 0,73 0,682 Valid

20 19,86 16,77 4,17 0,43 0,576 Valid

21 17,21 16,77 4,17 0,9 0,3 Invalid

22 16,5 16,77 4,17 0,7 0,194 Invalid

23 19,53 16,77 4,17 0,5 0,662 Valid

24 17,44 16,77 4,17 0,9 0,483 Valid

25 17,35 16,77 4,17 0,77 0,254 Invalid

Mt = 16,77

30 503= = ∑ N Y

SDT =

2 2 ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ −

N Xt N xt

SDT =

2 30 503 30 8955 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ −

SDT = 298,5−281,12


(5)

2 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 3 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 5 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 6 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 7 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 8 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 10 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0

12 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

13 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0

14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

15 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1

16 12 10 11 11 12 6 9 11 8 10 12 11 9

17 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1

18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

19 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1

20 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0

21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

22 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0

23 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1

24 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1

25 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

26 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0

27 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1

28 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1

29 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0

30 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1

N 27 21 23 23 22 11 14 20 19 23 27 19 17 14

P 0 .9

Q 0 .1


(6)