Hubungan kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar IPS di SMP muhammadiyah 17 ciputat

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Komaruddin Hidayat, dunia pendidikan kita saat ini tengah mengalami krisis yang cukup serius. Krisis ini tidak saja disebabkan oleh anggaran Pemerintah yang sangat rendah untuk membiayai kebutuhan vital dunia pendidikan kita, tetapi juga lemahnya tenaga ahli, visi serta politik pendidikan nasional yang tidak jelas.1 Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan ke masa depan.

Sedangkan UU No 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2

1. Mel Silberman, Active Learning 101 Startegi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: YAPPENDIS, 2005).

2. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet-4, h. 4.


(2)

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masalah rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih relatif konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Apabila kita ingin meningkatkan prestasi belajar, tentunya tidak akan terlepas dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Misalnya perantara guru dan fasilitas yang tersedia di sekolah serta penyempurnaan kurikulum.3

Pendidikan merupakan aspek yang paling penting untuk menunjang kemajuan bangsa di masa depan, karena dengan pendidikan subyek pengembang (manusia) dididik, dibina, dan dikembangkan potensi-potensi yang ada padanya dengan tujuan agar terbetuknya subyek-subyek pengembang berkualitas. Karena begitu pentingnya pendidikan, maka pendidikan harus dijadikan prioritas utama dalam pembangunan bangsa untuk menunjang kemajuan bangsa tersebut, diperlukan pula mutu pendidikan yang baik.

Berbicara tentang mutu pendidikan, berhubungan erat dengan masalah prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil usaha yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan program belajar yang dibebankan kepadanya, selanjutnya prestasi belajar juga menunjukkan sampai sejauh mana daya serap yang dicapai siswa dalam belajar. Daya serap yang tinggi akan digambarkan pada hasil belajar yang tinggi, dan sebaliknya daya serap yang rendah digambarkan pada hasil belajar yang rendah pula.

Dengan masyarakat yang semakin maju dan rumit seperti dewasa ini, prestasi seseorang dipandang amat penting. Lembaga–lembaga pendidikan menekankan pentingnya penampilan belajar yang baik, persaingan dan berhasil baik dalam menempuh tes pengetahuan maupun tes kemampuan.4

3. Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet-1, h 1-2.

4. M. Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan, (Yogyakarta: BPFE, 1990), Cet-1, h 83.


(3)

Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar tugas siswa adalah belajar, sedangkan tugas guru adalah mendampingi siswa dalam belajar.

Karena itu sudah sepantasnya untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam belajar tidak hanya bergantung pada guru. Guru hanya merupakan pendamping yang bertugas membantu siswa dengan memberi kemudahan dalam belajar. Jadi jika ingin berhasil, siswa perlu berusaha ke arah tersebut tidak hanya bergantung pada guru. Keberhasilan tidak akan datang dengan sendirinya meskipun guru mampu memberikan bermacam kemudahan belajar kepada siswa. Tanpa adanya usaha yang keras untuk mendapatkan prestasi, tidak akan tercapai semua itu.

Pada hakekatnya setiap siswa berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara siswa satu dengan siswa lainnya.

Suatu kegiatan belajar dikatakan efisien bila hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang minimal. Usaha dalam hal ini adalah segala sesuatu yang diinginkan untuk mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan seperti hasil belajar, pikiran, waktu, minat dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kegiatan belajar.

Keberhasilan dalam belajar merupakan keinginan setiap individu. Setiap individu berusaha menggunakan berbagai cara untuk mencapai keberhasilan tersebut. Cara yang ditempuh oleh setiap individu (dalam hal ini siswa) akan menentukan keberhasilan belajarnya. Minimal kualitas dan waktu yang diperlukan antara siswa satu dengan siswa lainnya dalam mencapai keberhasilan belajarnya berbeda, tergantung pada cara yang diinginkan, apakah itu cukup efektif atau tidak.5


(4)

Dengan memiliki kebiasaan yang baik maka setiap usaha belajar akan memberikan hasil yang memuaskan. Ilmu yang disedang dituntut dapat dimengerti dan dikuasai dengan sempurna serta ujian-ujian dapat dilalui dengan berhasil, sehingga akhirnya dapat meraih prestasi yang optimal. Kebiasaan yang baik itu harus dipupuk dan dikembangkan, demikian pula kebiasaan belajar itu bukan sesuatu yang telah ada, namun sesuatu yang harus dibentuk.6

Untuk itu, dalam melaksanakan kegiatan belajar siswa sering melakukan kebiasaan belajar yang berbeda dengan yang lain. Kebiasaan berhubungan dengan kesenangan yang bersifat individu, artinya cara yang disenangi seseorang berbeda dengan yang disenangi orang lain. Kebiasaan belajar merupakan ciri yang dimiliki seseorang dengan cara dan kondisi belajar berlangsung, berhubungan dengan kondisi yang diinginkan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi.7

Dalam proses belajar mengajar tersebut tentunya selalu dibarengi dengan kebiasaan-kebiasaan belajarnya masing-masing, karena setiap siswa pasti menemukan kesulitan-kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar ini bisa disebabkan pula oleh kurang efektif dan efisiennya cara belajar siswa atau kebiasaan belajar yang dilakukan oleh siswa. Kebiasaan belajar adalah cara siswa dalam belajar baik dalam memulai, menerima dan menyerap pelajaran, bahkan dalam hal menjawab permasalahan.

Ada cara belajar yang efisien, dan ada pula cara belajar yang tidak efisien. Seorang siswa yang mempunyai cara belajar yang efisien, memungkinkan untuk mencapai prestasi lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai cara belajar tidak efisien.8

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis bermaksud membahas “HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS DI SMP MUHAMMADIYAH 17 CIPUTAT”.

6. http://economicsjurnal.blogspot.com/2010/09/kebiasaan-belajar.html

7. S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), h 140.

8. Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), Cet 1, h 4.


(5)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Hubungan antara kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa. 2. Upaya guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Dalam pembatasan masalah ini penulis memfokuskan pada ruang lingkup masalah, agar penelitian lebih terarah dan diperoleh gambaran yang jelas, adapun pembatasan masalah yang akan dikemukakan yaitu:

1. Kebiasaan belajar yang dimaksud adalah cara belajar siswa yang efisien atau tidak dalam mencapai suatu prestasi belajar yang lebih baik

2. Prestasi belajar merupakan keberhasilan yang diperoleh siswa melalui hasil belajar.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka permasalan dapat dirumuskan yaitu, “Apakah Terdapat Hubungan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPS Di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat

?

.


(6)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kebiasaan belajar siswa terutama pada pelajaran IPS. 2. Untuk mengetahui prestasi belajar pelajaran IPS.

3. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan belajar siswa di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat terhadap prestasi belajar IPS.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis

a.Untuk memberikan wawasan pengetahuan tentang bagaimana kebiasaan belajar siswa dalam menunjang kemampuan belajar pada pelajaran IPS.

b.Untuk menyumbangkan pemikiran sekecil apapun nilainya bagi upaya-upaya yang tengah dan terus dilakukan yaitu dalam hal yang berkaitan dengan kebiasaan belajar siswa terhadap kemampuan siswa untuk memperoleh prestasi belajar pada pelajaran IPS.

2. Bagi sekolah

a. Untuk mengetahui sejauh mana kebiasaan belajar siswa b. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar


(7)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kebiasaan Belajar

1. Pengertian Kebiasaan Belajar

a. Pengertian Kebiasaan

Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang berlangsung secara otomatis/tidak direncanakan yang dilakukan seseorang berkali-kali. Perbuatan kebiasaan tidak memerlukan konsentrasi perhatian dan pikiran dalam melakukannya. Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang dilakukan siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.

Kebiasaan adalah “perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa adanya unsur paksaan”.9 Kebiasaan merupakan “pola perilaku

9. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet-3, h 401.


(8)

perbuatan yang dipelajari dan ditandai dengan penampilan yang mantap dan berlangsung secara otomatis”.10

Kebiasaan merupakan “suatu cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis”.11 Otomatis berarti perbuatan yang dilakukan berlangsung dengan sendirinya, seperti mesin. Suatu perbuatan akan menjadi otomatis apabila diulang-ulang dengan pola yang sama. Perbuatan tersebut karena sering diulang-ulang akhirnya menyatu dalam diri sehingga akan menjadi otomatis.

Senada dikemukakan The Liang Gie (1995) bahwa “suatu kebiasaan adalah perilaku seseorang yang dilakukan secara tetap atau sama dari waktu ke waktu tanpa pemakaian banyak pikiran sadar”. Oleh karena sifat dasarnya yang spontan dan otomatis.12

Menurut Kartono, kebiasaan diartikan “sebagai reaksi bersyarat yang kompleks dan bervariasi, dan manjadikan hal-hal yang tetap bisa dilalui oleh tingkah laku manusia”.13 Kebiasaan merupakan produk dari dorongan dan memberikan stabilitas serta kepastian pada tingkah laku individu. Kebiasaan diperoleh dengan jalan latihan-latihan, menirukan dan melakukan ulangan-ulangan. Pada awalnya semua latihan, peniruan, dan pengulangan itu berlangsung secara sadar dan sengaja serta menggunakan pertimbangan akal. Lambat laun pertimbangan akal dan kesadaran semakin menipis sehingga berlangsung secara otomatis dan tidak disadari. Selanjutnya kebiasaan itu sifatnya menjadi netral, tanpa pengarahan tertentu pada warna dan suasana hati yang positif atau negatif.

10. Frank, J. Brono, Kamus Istilah Kunci Psikologi, (Yogyakarta: Knisius, 1989), h 134. 11. http meettabied.wordpress.com/2010/03/20/sikap-dan-kebiasaan-belajar-siswa

12 .http://smandapura.sch.id/indekx.php?option=com_contect&view=article&id=75:kebiasaan-belajar


(9)

Sedangkan menurut Burghardt, “kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang”.14

Kebiasaan adalah tingkah laku yang dimanisfestasikan secara konsisten dan mapan serta relatif otomatis melalui pengulangan yang terus menerus. Perbuatan yang konsisten, artinya dilakukan dengan pola yang sama. Tingkah laku ini menjadi mapan, menyatu dalam diri karena sering dilakukan akan menjadi otomatis. Pekerjaan yang telah otomatis berarti akan dilakukan dengan sendirinya tanpa memerlukan konsentrasi dan pikiran dalam melakukannya. Pendeknya, kebiasaan merupakan cara bertindak yang telah dikuasai, yang bersifat tahan uji, seragam dan otomatis.

Kegiatan belajar yang menjadi kebiasaan belajar tersebut tidaklah berarti telah mampu belajar dengan baik. Untuk melihat apakah kebiasan belajar siswa itu berhasil atau tidak biasanya digunakan indikator nilai kelulusan ujian yang ditunjukkan pada hasil belajar siswa pada pelajaran tertentu. Apabila hasil belajarnnya tinggi, maka diperkirakan kebiasan belajar siswa tersebut sudah baik, namun sebaliknya bila hasilnya rendah maka diperkirakan kebiasaan belajar siswa tersebut rendah pula dan perlu diubah agar mencapai hasil belajar yang memuaskan.

Untuk membiasakan diri belajar dengan baik siswa membutuhkan keteraturan yang tidak terputus-putus dan berlangsung dengan empat fase yaitu: (1) menangkap stimulus, (2) mampu melakukan perbuatan yang belum diketahi sebelumnya (acquisition), (3) menyimpan, dan (4) mampu mengungkapkan kembali. Belajar baru diketahui jika ada sesuatu yang diingat.15

Belajar untuk meningkatkan prestasi haruslah membiasakan diri dengan belajar secara teratur serta keinginan yang kuat untuk mencapai

14. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Penerapan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), h 118

15. S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1982).


(10)

prestasi, sehingga belajar dirumah yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan belajar haruslah dilakukan dengan aktivitas mandiri pula. Untuk melaksanakannya diperlukan prinsip belajar yang efektif dan efisisen, yaitu: (1) harus teratur dan terencana, (2) harus disiplin, (3) harus dengan minat dan perhatian, (4) harus dengan pengertian, (5) harus diselingi dengan rekreasi sederhana dan bermanfaat, (6) harus dengan tujuan yang jelas16.

Demikian pula untuk tercapainya pembentukan cara-cara belajar yang baik, setiap siswa haruslah mempunyai sikap mental yang kuat untuk dijadikan landasan utama yang meliputi empat segi, yaitu: (1) adanya tujuan yang jelas dari apa yang akan dipelajari, (2) minat terhadap pelajaran yang ditempuh, (3) kepercayaan terhadap diri sendiri akan kemauan yang dimiliki, (4) keuletan dalam menghadapi masalah dalam pelajaran dengan tidak mudah putus asa.

Jadi kebiasaan belajar dalam penelitian ini adalah cara atau teknik yang sering dilakukan siswa dalam belajar yang bersifat otomatis, menyatu dalam diri dan sering tidak disadari. Kebiasaan belajar menguasai perilakunya pada setiap kali perbuatan belajar tersebut dilakukan. Karena itu jika membicarakan kebiasaan belajar berarti ikut pula membicarakan kegiatan belajar. Sebab kebiasaan belajar merupakan rangkaian kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa dalam belajar. Kegiatan tersebut mencakup segala hal baik fisik maupun mental.

b.Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan dan kebutuhan bagi setiap orang. Dengan belajar, seseorang akan mengetahui suatu hal yang tidak diketahui sebelumnya. Manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan.

16. Agus Soejanto, Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses, (Jakarta: Aksara Baru, 1990), Cet.3, h.71- 72.


(11)

“Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived)”.17

Nana Sudjana berpendapat bahwa “belajar merupakan proses mereaksikan terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses melihat, mengamati, memahami sesuatu”.18 Apabila kita berbicara tentang belajar, maka kita berbicara sebagimana merubah tingkah laku seseorang.

Menurut Sumadi Suryabrata :

1) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun potensial.

2) Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlalu dalam waktu yang relatif lama.

3) Perubahan itu karena usaha.19

Sedangkan Oemar Hamalik mendefinisikan bahwa belajar adalah “modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.20

Thomas F. Staton dalam bukunya yang berjudul cara mengajar dengan hasil yang baik mengemukakan bahwa: belajar dalam arti perkataan selengkapnya menghendaki bagian-bagian dalam belajar “sub learning” yang terdiri atas tiga bidang yaitu (1) pengetahuan atau pengertian, atau semata-mata mengetahui apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya, (2) sikap atau respon emosi seseorang terhadap tugas tertentu (suatu tugas yang dihadapinya), (3) keterampilan atau abilitas untuk mengkoordinir mata, jiwa dan jasmaniah ke dalam suatu perbuatan

17. Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), Cet. 2, h.76.

18. Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar BAru, 1988), Cet-1, h. 37.

19. Sumandi Suryabrata, Proses Belajar Mengajar Di SLTP, (Yogyakarta: Andi Offset, 1983), h. 5.


(12)

yang kompleks, sehingga seseorang pekerja dapat melakukan tugasnya dengan mudah dan tangkas.21

Pengertian belajar menurut Abd. Rahman Abror sebagai berikut:

1) Bahwa belajar menimbulkan suatu perubahan (dalam arti, tingkah laku, kapasitas) yang relatif tetap

2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya membedakan antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan belajar.

3) Bahwa perubahan itu dilakukan lewat kegiatan atau usaha atau praktek yang disengaja atau diperkuat.22

Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitas individu, sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar, kita pun hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari.

Secara umum belajar dapat disimpulkan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif dan kompleks.

c. Ciri-ciri Belajar

Berdasarkan pengertian atau definisi-definisi belajar yang telah diuraikan di atas, maka belajar sebagai suatu kegiatan yang diidentifikasi ciri-cirinya sebagai berikut:

(a) Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupun potensial, maksudnya aktual berarti perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar itu nyata dan dapat dilihat seperti hasil

21. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Dan Penyuluhan Belajar Di sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h.18.

22. Abd.Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1993), h 67, Cet.4.


(13)

belajar keterampilan motorik (Psikomotorik) misalnya anak bisa menulis, membaca, dan sebagainya, juga hasil belajar kognitif seperti pengetahuan fakta/ingatan, pemahaman dan aplikasi. Sedangkan perubahan potensial berarti perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang tidak dapat dilihat perubahnnya secara nyata, perubahan hanya dapat dirasakan oleh yang belajar saja, seperti hasil belajar afektif (penghargaan, keyakinan, dan sebagainya) juga hasil belajar kognitif (tinggi pengetahuan/kemampuan analisis, sintesis dan evaluasi).

(b) Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bagi individu merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik, yaitu sebagai kemampuan yang betul-betul baru diperoleh atau sebagai kemampuan baru hasil perbaikan/peningkatan dari kemampuan sebelumnya. Dan kemampuan hasil belajar itu sifatnya relatif menetap tidak segera lenyap.

(c) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja). Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan orang yang belajar dengan pengalaman (memperhatikan, mengamati, memikirkan, merasakan, menghayati dan sebagainya) atau dengan latihan (melatih dan meniru).23

d.Tujuan Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari dan adapula yang kurang begitu disadari oleh orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan/pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar di sekolah ditujukan untuk mencapai :

a). Pengumpulan pengetahuan

b). Pemahaman konsep dan kecekatan/keterampilan c). Pembentukan sikap dan perbuatan


(14)

Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih dikenal dengan tujuan pendidikan Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah: kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi dan kemampuan berpikir analisis, sintesis dan evaluasi. Tujuan belajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakterisasi, dan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal dan non verbal.24

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar

Aktivitas belajar bagi setiap individu/siswa tidak selamanya dapat berlangsung secara normal/wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, terkadang cepat menangkap apa yang dipelajari, terkadang terasa amat sulit. Dalam semangat terkadang bersemangat, tetapi terkadang juga sulit untuk berkonsentrasi. Itulah kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap siswa dalam kaitannya dengan aktivitas belajar.

Setiap individu memang tidak ada yang sama, maka perbedaan ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku dalam belajar siswa, sehingga menyebabkan perbedaan prestasi dalam belajar.

Prestasi belajar ini tidak selalu dibarengi oleh faktor-faktor intelegensi, akan tetapi juga disebabkan oleh faktor non intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin prestasi yang tinggi atau keberhasilan dalam belajar.

Menurut Slameto faktor yang mempengaruhi belajar terbagi menjadi dua yaitu:

a. Faktor intern, terdiri dari tiga faktor diantaranya:

1) Faktor jasmani, seperti kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis, seperti intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.


(15)

2) Faktor kelelahan seperti kelelahan jasmani dan kelelahan rohani b. Faktor ekstern yang meliputi:

1) Faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah dan keadan ekonomi, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah, seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode mengajar dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat, seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, mass-media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. 25

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Yudhi Munadi, diantaranya:

a. Faktor Internal

1) Faktor Fisiologis, meliputi kesehatan jasmani, keadaan kondisi fisik, dan kekurangan gizi.

2) Faktor Psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif dan daya nalar.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam, misalnya keadaan suhu, kelembaban, dan sebagainya. Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa. Hiruk pikuk lingkungan sosial seperti, suara mesin pabrik, lalu lintas, gemuruhnya pasar dan lain-lain juga akan berpengaruh terhadap proses dan prestasi belajar siswa. 2) Faktor Instrumental dapat berupa kurikulum, sarana dan prasarana dan guru, yang jelas sangat besar pengaruhya dalam proses dan prestasi belajar siswa.26

Berdasarkan uraian di atas, maka secara keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar diantaranya yaitu kesehatan tubuh, intelegensi, cara mendidik dan perhatian orang tua, metode mengajar serta aktivitas seseorang di lingkungan masyarakat.

25. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet-4, h 54-71.


(16)

3. Hambatan-hambatan Dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar yang dilakukan siswa tidaklah selalu lancar seperti apa yang diharapkanya. Kadang-kadang mereka mengalami berbagai kesulitan atau berbagai hambatan-hambatan dalam kegiatan belajar.

Hambatan-hambatan belajar menurut Dewa Ketut Sukardi diantaranya:

a. Faktor endogen

1) faktor bilogis, seperti kesehatan dan cacat badan

2) faktor psikologis, seperti intelegensi, perhatian, minat, bakat, emosi.

b. Faktor eksogen

1) faktor lingkungan keluarga yang meliputi, orang tua, suasana rumah, dan keadaan sosial ekonomi.

2) factor sekolah, seperti interaksi guru dengan murid, cara penyajian pelajaran, hubungan antar murid, standar pelajaran di atas kurikulum, media pendidikan, keadaan gedung, disipilin sekolah, metode belajar, dan tugas-tugas.

3) Lingkungan masyarakat, diantaranya mess media, teman bergaul, kegiatan dalam masyarakat dan cara hidup lingkungan.27

Adapun hambatan belajar menurut Kartini Kartono yaitu:

a. Faktor endogen (dari dalam diri siswa) dibagi menjadi dua diantaranya yang bersifat biologis yaitu, kesehatan dan cacat tubuh. Sedangkan yang bersifat psikologis yaitu intelegensi/kecerdasan, perhatian, minat, bakat, konstelasi psikis yang lain.

b. Faktor eksogen (dari luar diri siswa) dibagi menjadi tiga diantaranya: (1) faktor keluarga yang meliputi; faktor orang tua, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluaga. (2) faktor sekolah, ialah cara penyajian pelajaran yang kurang baik, hubungan antara guru dan murid yang kurang baik, hubunga antara siswa dan temannya yang kurang baik, standar pelajaran tidak sesuai dengan ukuran norma kemampuan siswa, alat-alat pelajaran yang kurang lengkap, kurikulum kurang baik, waktu sekolah yang kurang baik, keadaan gedung sekolah yang kurang baik dan pelaksanaan disiplin yang kurang baik. (3) faktor masyarakat yang meliputi mass media, teman bergaul, aktivitas dalam masyarakat,

27. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar Di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 49-62


(17)

dan corak kehidupan tetangga. (4) faktor-faktor yang lain yang meliputi metode belajar siswa yang kurang baik (pembagian waktu belajar, cara belajar, dan pembagian waktu istirahat), tugas-tugas rumah yang terlalu banyak.28

4. Cara Membentuk Kebiasaan

Membentuk dan mengakhiri suatu kebiasaan adalah salah satu hasil pendidikan orang dewasa yang penting. Membentuk dan mengakhiri kebiasaan tidak merupakan pengalaman baru bagi peserta didik jika setiap orang dewasa telah terbiasa membentuk dan mengakhiri kebiasaan sejak dilahirkan. Tidak juga merupakan pekerjaan seorang bayi untuk membentuk kebiasaan baru yang bermanfaat atau untuk mengakhiri kebiasaan yang jelek secara sadar.

Cara membentuk kebiasaan seperti berikut:

a. Temukan konsep kebiasaan baru yang ingin dikembangkan sejelas mungkin.

b. Mulailah pekerjaan baru dengan kemauan yang kuat.

c. Jangan biarkan pengecualian terjadi sampai kebiasaan baru tersebut benar-benar berakar.

d. Latihlah kebiasaan baru itu pada setiap kesempatan, walaupun dalam keadaan sibuk, carilah kesempatan untuk berlatih.

e. Latihan dengan selang waktu yang agak lama akan lebih baik dari pada latihan secara intensif dalam waktu yang relatif singkat.

f. Latihan hendaknya dilakukan sesempurna mungkin.

g. Situasi dan kondisi hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga menyenangkan.

h. Pembentukan kebiasaan baru hendaknya sebagai hasil dari dorongan diri sendiri, bukan dari orang lain.29

28. Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Cv. Rajawali, 1985), Cet-1, h 62-67


(18)

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi

Kata prestasi belajar terdiri atas dua suku kata yaitu prestasi dan belajar. Kata prestasi berasal dari Bahasa Belanda, yaitu “prestatie” kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”.30 Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia prestasi adalah “hasil yang telah dicapai dari yang dilakukan”.31

Prestasi belajar sangat penting dalam perkembangan dan pertumbuhan siswa. Prestasi belajar merupakan hasil akhir yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar.

Dengan adanya prestasi belajar, siswa-siswa akan mengetahui hal-hal yang penting, yaitu “siswa akan mengetahui kelemahan-kelemahannya dan juga kekuatan-kekuatannya, dengan begitu ia pun dapat memikirkan apa yang dapat harus dilakukannya untuk menghadapi kesulitan-kesulitan belajar sehingga ia dapat memperbaikinya di waktu mendatang agar memperoleh prestasi belajar yang lebih baik”.32

Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

pendidikan.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.33

30. Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional; Prinsip Teknik dan Prosedur, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1991), h. 2.

31. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h.116.

32. H.C. Witherington, Teknik-Teknik Belajar dan Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1986), Ed.3, h. 172

33. Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional; Prinsip Teknik dan Prosedur, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1991), h.3.


(19)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.34 Sedangkan yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil pengukuran serta penilaian usaha belajar.

Dengan kata lain, prestasi belajar siswa dapat diartikan sebagai penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang diperoleh dari hasil tes belajar. Biasanya hasil tes belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf atau kalimat dan terdapat dalam setiap periode tertentu.

Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa prestasi belajar adalah “hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam individu sebagai hasil dari aktvitas belajar”.35

Sedangkan menurut Semiawan (1997), menyatakan bahwa prestasi belajar terkait dengan pengetahuan, kemajuan persekolahan ataupun data otentik yang diperoleh dari tes hasil belajar. Tes hasil belajar berfungsi untuk mengukur hasil perolehan belajar setelah menjalani proses pendidikan, latihan, atau program tertentu yang telah selesai diikuti seseorang.36

Menurut W.S Winel prestasi belajar adalah hasil belajar yang diraih oleh seseorang selama dan sesudah ia mengalami proses belajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses, didalam prestasi hasil belajar menampakkan diri, jadi selama potensi internal tidak diwujudkan dalam suatu bentuk perilaku, sulitlah diperoleh kepastian tentang yang telah dipelajari.37

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Drs. Sutratinah Tirtonegoro dalam bukunya yang berjudul anak normal dan program pendidikannya, bahwa “prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf

34. Tim Penyusun Kamus Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Cet-10, h 787.

35. Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar Siswa Dalam Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional), h. 46.

36. http:/www.scribd.com/doc/32233139/jurnal, h. 21


(20)

maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”.38

Dari rumusan-rumusan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dalam suatu proses aktivitas yang dapat membawa perubahan dan tingkah laku pada diri individu, prestasi merupakan hasil yang diperoleh peserta didik dalam kurun waktu tertentu yang dalam hal ini adalah jangka waktu satu semester yang hasilnya dinyatakan dalam bentuk skor atau angka.

Besar kecilnya angka yang diperoleh peserta didik yang menunjukkan besar kecinya hasil usaha yang dilakukan peserta didik tersebut sehingga dari peserta didik itu dapat dilihat kesungguhan siswa dalam belajar.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam suatu proses aktivitas yang dapat membawa perubahan tingkah laku pada diri individu.

b.Pengertian Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa belajar ialah “menuntut ilmu, kepandaian, dan melatih diri”.39 Sementara itu belajar menurut bahasa ialah “berusaha memperoleh kepandaian ilmu, berusaha agar terampil mengerjakan”.40 Setiap usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kepandaian ilmu disebut belajar. Kegiatan ini meliputi semua kegiatan dalam seluruh aspek kehidupan tanpa membedakan formalitas kependidikan sehingga proses belajar tidak hanya terjadi di sekolah saja melainkan kedalam kehidupan sehari-hari.

38. Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1984), Cet 1, h 43.

39. S. Wojowasito, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Bandung: Shinat Dharma, 1992), h. 5. 40. Badudin Zain, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h.9.


(21)

Pengertian belajar menurut istilah adalah seperti yang dikemukakan para ahli diantaranya seperti yang dikutip oleh Ngalim Purwanto psikologi pendidikan, bahwa Morgan dalam bukunya Introduction to Psychologi mengemukakan belajar sebagai setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan, atau pengalaman.41

Sedangkan menurut Muhibbin Syah, memberikan pengertian “belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. 42

Slameto mengatakan bahwa belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.43

Menurut Zikri Neni Iska, belajar atau yang disebut juga dengan learning adalah perubahan yang secara relatif yang berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia, belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived). 44

Menurut Prof. Dr. S. Nasution

“a) Belajar adalah perubahan dalam sistem urat syaraf b) Belajar adalah penambahan pengetahuan

c) Belajar adalah sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan”.45

41. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1997), h. 61. 42. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h 68

43. Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Adi Maha Satya, 2003), h.180.

44. Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), cet- 2, h. 79.


(22)

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan mengenai kebiasaan dan belajar yaitu perbuatan yang dilakukan tanpa adanya paksaan untuk melakukan kegiatan belajar dengan harapan dapat memberi kepuasan terhadap sesuatu yang belum dimiliki sebelumnya melalui berbagai macam latihan sehingga hasil akhir dari belajar tersebut adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap.

c. Prinsip-prinsip belajar menurut S. Nasution sebagai berikut:

1) Agar seorang anak benar-benar belajar ia harus mempunyai suatu tujuan

2) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya

3) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya. 4) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.

5) Seorang belajar sebagai keseluruhan, tidak dengan otaknya atau secara intelektual saja tetapi secara sosial, emosional, etis dan sebagainya.

6) Dalam hal belajar seorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.

7) Untuk belajar diperlukan “insight”. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami.

8) Belajar lebih berhasil; apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.

9) Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh belajar. 10)Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk

belajar.46

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri (eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.


(23)

Yang tergolong faktor internal adalah

a. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:

1) Faktor intelektif yang meliputi:

a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. 2) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti

sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

c. Faktor kematangan fisik maupun psikis

Sedangkan yang tergolong faktor eksternal, ialah:

a. Faktor sosial seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, kelompok.

b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.47

Secara umum faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di atas meliputi; kesehatan jasmanai, intelektual dan non intelektual, kemetangan fisik atau psikis, lingkungan keluarga, adat istiadat serta fasilitas belajar.

Suparno (2001) menyebutkan bahwa ada dua faktor yang berperan dalam mencapai prestasi, yang terdiri atas faktor internal dan eksternal.

Faktor internal antara lain:

a. Kesulitan memahami pelajaran, terjadi karena pelajaran yang disampaikan tidak cukup ditunjang oleh pengetahuan sebelumnya. b. Kehilangan semangat belajar karena nilai yang diperolehnya rendah.

Ini membuktikan bahwa umpan balik yang diberikan pada akhir masa pelajaran tidak memberikan kesempatan memperbaiki nilai.

c. Kesulitan untuk mendisiplinkan diri dalam belajar. Hal ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatur diri,

47. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2004), Cet 2, h 138-139.


(24)

waktu, memacu semangat belajar, dan memahami cara yang cocok untuk diri sendiri.

d. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Hal ini bisa saja disebabkan kondisi jasmani dan banyaknya pikiran yang mengganggunya.

e. Ketekunan dalam mendalami pelajaran. f. Konsep diri yang bersifat negatif g. Gangguan emosi.48

Adapun faktor eksternal belajar terdiri dari: a. Kemampuan atau keadaan sosial ekonomi

b. Kekurangmampuan guru menguasai materi dan strategi pembelajaran. c. Tugas-tugas non akademik yang dapat menyita waktu belajar sehingga

porsi belajar lebih sedikit.

d. Kurang memperoleh dukungan dari orang sekitar.

e. Lingkungan fisik yang mempengaruhi kualitas belajar seseorang

f. Kesulitan belajar yang berasal dari lembaga pendidikan sendiri, misalnya sarana belajar yang kurang, perbandingan siswa guru yang tidak seimbang.49

Sementara itu, Ysseldyke dan Christenson (2000) menyebutkan ada dua belas komponen yang mendukung prestasi belajar siswa, yaitu:

a. Presentasi instruksional b. Iklim kelas

c. Pengharapan guru terhadap murid d. Kemampuan kognitif siswa e. Motivasi

f. Latihan yang sesuai g. Lamanya waktu belajar

h. Umpan balik dari yang telah dipelajari

i. Instruksi yang adaptif dan sesuai dengan peserta didik j. Evaluasi yang berkesinambungan

k. Perencanaan pengajaran yang rapih

l. Pemahaman siswa terhadap pelajaran yang disampaikan.50

48. http:/www.scribd.com/doc/32233139/jurnal, h. 21 49. http:/www.scribd.com/doc/32233139/jurnal, h. 21 50. http:/www.scribd.com/doc/32233139/jurnal h 21-22


(25)

3. Cara Mengetahui Prestasi Belajar

Aktivitas belajar siswa perlu diadakan evaluasi. Hal ini penting karena dengan evaluasi apakah tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak sebagaimana dijelaskan oleh Muhibbin Syah bahwa “Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”.51

Dalam proses penilaian hasil belajar, pengukuran mempunyai peranan yang sangat penting, yakni untuk mendapatkan data dan informasi yang sesuai dengan tujuan penilaian yang bersangkutan. Dengan demikian, pengukuran dengan sifatnya yang lebih obyektif dapat mendukung obyektifitas suatu proses penilaian hasil belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:

a. Tes Formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dengan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tertentu.

b. Tes Subsumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa.

c. Tes Sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok- pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Untuk pengukuran nilai prestasi belajar siswa di SMP Muhammadiyah 17 untuk kelas VII adalah sebagai berikut :

Nilai Rapor = Nilai Sikap + Nilai Pengetahuan + Nilai Keterampilan

Nilai sikap diperoleh dari tingkah laku atau sikap siswa saat mengikuti kegiatan belajar mengajar, nilai pengetahuan diperoleh dari

51. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), Cet-8, h 141.


(26)

nilai ulangan harian, nilai mid semester dan nilai ujian semester, sedangkan nilai keterampilan diperoleh dari nilai tugas.52

4. Indikator Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar idealnya meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit hal ini disebabkan perubahan hasil belajar yang bersifat intangible (tak dapat diraba).

Indikator prestasi belajar menurut Muhibbin Syah adalah sebagai berikut:

a. Ranah karsa (kognitif) diantaranya:

1) Pengamatan, diantaranya siswa dapat menunjukkan, membandingkan dan menghubungkan.

2) Ingatan, diantaranya siswa dapat menyebutkan, menunjukkan 3) Pemahaman, diantaranya siswa dapat menjelaskan, dan

mendefinisikan dengan lisan sendiri.

4) Penerapan, diantaranya siswa dapat memberi contoh, dan menggunakan secara tepat.

5) Analisa (pemeriksaan dan pemilihan secara teliti), diantaranya siswa dapat menguraikan, dan mengklasifikasikan/memilih-milih.

b. Ranah Rasa (afektif)

1) Penerimaan, diantaranya siswa dapat menunjukkan sikap menerima serta menolak.

2) Sambutan, diantaranya kesediaan berpartisipasi/terlibat, dan kesediaan memanfaatkan.

3) Apresiasi (sikap menghargai) diantaranya menganggap penting dan bermafaat, menganggap indah dan harmonis, mangagumi. 4) Internalisasi (pendalaman) diantaranya, mengakui dan

menyakini, mengingkari,

5) Karakterisasi (penghayatan) diantaranya, melembagakan atau meniadakan, menjelmakan dalam pribadi dan perilaku.


(27)

c. Ranah karsa (psikomotorik)

1) Keterampilan bergerak dan bertindak, diantaranya mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya.

2) Kecakapan ekspresi verbal dan non verbal, diantaranya mengucapkan, membuat mimik dan gerak jasmani.53

5. Evaluasi prestasi belajar

Ada dua macam pendekatan yang amat popular dalam mengevaluasi atau menilai tingkat keberhasilan/prestasi yakni:

1) Penilaian Acuan Norma (Norm-Referenced Assessment)

Dalam penilaian Acuan yang menggunakan pendekatan penilaian acuan norma, prestasi belajar seorang peserta didik diukur dengan cara membandingkannya dengan prestasi yang dicapai teman-teman sekelasnya atau sekelompoknya. Selain itu pendekatamn penilaian acuan norma juga dapat diimplementasikan dengan cara menghitung dan membandingkan persentase jawaban benar yang dihasilkan seorang siswa dengan persentase jawaban benar yang dihasilkan teman-temannya.

2) Penilaian Acuan Kriteria (Criterian Referenced Assessment)

Penilaian dengan pendekatan penilaian acuan kriteria (PAK) merupakan proses pengukuran prestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian seorang siswa dengan pelbagai perilaku ranah yang telah ditetapkan secara baik (well-defined domain behaviour) sebagai patokan absolut. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan pendekatan penilaian acuan criteria diperlukan adanya kriteria mutlak yang merujuk pada tujuan pembelajran umum dan khusus. Artinya, nilai atau kelulusan seorang siswa bukan berdasarkan perbandingan dengan nilai yang dicapai oleh teman-teman sekelompoknya melainkan ditentukan oleh penguasaan atas materi pelajaran hingga batas yangs sesuai dengan tujuan instruksional. Pendekatan nilai seperti diatas biasanya diterapkan dalam sistem belajar tuntas (mastery learning).54

53. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), Cet-8, h 151-152.


(28)

6. Batas Minimal Prestasi Belajar

Setelah mengetahui indikator prestasi belajar di atas, guru perlu pula mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa, dan karsa siswa.

Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar. Diantaranya norma-norma pengukuran tersebut ialah:

a. Norma skala angka dari 0 sampai 10 b. Norma skala angka dari 0 sampai 100

Angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah atau 60. Alhasil pada prinsipnya jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau data menjawab lebih dari setengah instrument evaluasi dengan benar, ia dianggap telah memenuhi target minimal keberhasilan belajar.55

55. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), Cet-8, h 152- 153.


(29)

C. Kerangka Berpikir

Dalam melaksanakan kegiatan belajar, siswa melakukan kebiasaan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Kebiasaan berhubungan dengan kesenangan yang bersifat individual, artinya cara yang disenangi seseorang berbeda dengan yang disenangi oleh orang lain.

Kebiasaan belajar merupakan ciri yang dimiliki seseorang dengan cara dan kondisi belajar yang diinginkan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi. Karena berhubungan dengan kesenangan maka dalam melakukan perbuatan belajar, hal-hal atau cara yang disenangi akan diulangi lagi, akhirnya akan menyatu pada diri.

Cara siswa bereaksi dalam belajar yang secara konsisten merupakan gaya belajar siswa tersebut, meskipun berbeda-beda dalam pelaksanaannya. Hal ini berarti cara belajar adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan. Cara-cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar juga akan mempengaruhi hasil belajar itu sendiri.

Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dalam proses belajar sebagai akibat pengalaman atau latihan, perubahan tersebut berupa perilaku yang baru atau memperbaiki perilaku yang sudah ada. Prestasi belajar terjadi melalui usaha (pengalaman) sehingga terjadi perubahan dalam membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam individu siswa. Untuk menilai suatu prestasi belajar siswa yang telah dicapai dalam proses belajar mengajar maka perlu dilakukan suatu kegiatan evaluasi (test).

Kebiasaan belajar berkaitan erat dengan masalah prestasi belajar. Kenyataan menunjukkan bahwa prestasi yang diperoleh siswa berbeda-beda, bila dilihat dari hasil ulangan harian atau semesteran, ada yang tinggi dan


(30)

rendah. Rendahnya nilai ulangan merupakan gejala kesulitan belajar yang paling jelas, nilai-nilai rendah yang dicapai siswa inilah yang dapat dijadikan indikator kuat tentang adanya kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

Dapat diperkirakan bahwa indikator dari siswa yang telah memiliki kebiasaan dari empat kebiasaan belajar yang disebabkan diatas diantaranya adalah siswa dapat menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh gurunya dan siswa tidak perlu khawatir atau takut jika guru meberikan ulangan secara mendadak, sehingga dengan sendirinya siswa dapat memperoleh prestasi yang memuaskan.

D. Hipotesis

Yang dimaksud dengan hipotesa atau hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan–rumusan masalah yang diajukan peneliti. Dikatakan sementara, karena jawaban tersebut harus diuji oleh data. Dengan hipotesis peneliti sudah dapat menetapkan variabel yang akan ditelitinya. Konstelansi hubungan antara variabel yang dapat menentukan metode yang akan digunakan dalam proses pengumpulan analisa datanya.

Rumusan hipotesa atau hipotesis yang digunakan oleh penulis adalah : Ha (Hipotesis alternatif) : Terdapat hubungan yang signifikan antara

kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS

Ho (Hipotesis nihil) : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat yang berlokasi di Jl.Ir H Juanda No 211 Rempoa Ciputat, yang dilaksanakan dikelas VIII pada Semester Ganjil Tahun Ajaran 2010-2011. Adapun waktu yang dilakukan penelitian yaitu bulan Oktober 2010.

Dalam pemilihan lokasi peneliti memiliki pertimbangan untuk melakukan penelitian diantaranya:

1. Lokasi mudah dijangkau

2. Kemudahan perizinan dalam melakukan penelitian 3. SMP Muhammadiyah 17 Ciputat terakreditasi “A”

4. SMP Muhammadiyah memiliki siswa yang berprestasi dibidang Sains, Olahraga maupun kesenian.


(32)

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survei. Metode survei adalah metode penilaian untuk memperoleh fakta mengenai masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung dari berbagai kelompok atau orang. Penelitian ini dilakukan pada sebagian populasi (sample) yang ditempuh dengan menyebarkan daftar pertanyaan (angket).56

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah “keseluruhan subyek penelitian”.57 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas VIII di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel random sampling. Sampel ditarik secara random, dengan undian biasa.58 Penarikan sampel dikatakan random jika setiap anggota pada populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai anggota sampel. Apabila anggota populasinya homogen, maka sampel yang kecil dapat mewakli seluruh populasi.59 Diketahui bahwa siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat berjumlah 125 siswa dan dalam penelitian ini sampel diambil secara acak sebanyak 35 orang dari semua jumlah siswa kelas VIII.

56. Amir M. Tatang, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo, 2000), h 111. 57. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Asti Mahasatya, 1998), Cet-11, h 108.

58. Muhammad Nadzir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), h 331. 59. W. Golu, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h 81.


(33)

D. Variabel Penelitian

Variabel menurut Suharsimi Arikunto adalah “obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.60

Penelitian ini mempunyai dua variable yakni:

1. Kebiasaan belajar siswa, sebagai independent variabel (variabel bebas) yang disimbolkan dengan huruf (X).

2. Prestasi belajar, sebagai dependent variabel (variabel terikat) yang disimbolkan dengan huruf Y.

E. Instrumen Penelitian

1. Definisi Konseptual

Kebiasaan bukanlah bakat alamiah atau pembawaan kelahiran yang dimiliki siswa sejak kecil, melainkan perilaku yang dipelajari secara sengaja ataupun tidak sadar dan selalu diulang-ulang. Untuk mencapai prestasi belajar yang baik haruslah membiasakan diri belajar dengan cara yang efisien dan baik, agar hasil yang dicapai maksimal. 2. Definisi Operasional

Kebiasaan belajar siswa adalah suatu perbuatan belajar yang sering dilakukan berulang-ulang dengan pola yang sama yang menyatu dalam diri dan telah dialami siswa SMP Muhammadiyah 17 Ciputat dalam upaya memahami pelajaran IPS, dengan aspek sebagai berikut: (1) kebiasaan dalam mengikuti pelajaran IPS, (2) kebiasaan dalam mempelajari buku paket dan buku catatan sendiri, (3) kebiasaan dalam

60

. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), Cet.2, h. 99


(34)

mengerjakan tugas-tugas sekolah, kemudian diukur berdasarkan skor yang diperoleh dari hasil pengisian angket.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke obyek penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.61 Observasi yang dilakukan penulis yaitu untuk mendapatkan data-data mengenai keadaan sekolah, sarana dan prasarana, serta keadaan guru dan siswa. 2. Angket (kuesioner) yaitu sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yakni siswa kelas VIII untuk mengetahui kebiasaan belajar mereka, serta beberapa hal yang berkaitan dengan kebiasaan dan prestasi belajar pada pelajaran IPS. Bentuk angket yang digunakan adalah angket langsung dan bersifat tertutup. Angket ini mengandung 20 item pertanyaan. Setiap butir pertanyaan memiliki 4 alternatif jawaban yaitu:

Skor 4 untuk jawaban selalu Skor 3 untuk jawaban sering

Skor 2 untuk jawaban kadang-kadang Skor 1 untuk jawaban tidak pernah

61. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Karya, 1988), h 193.


(35)

Kisi-kisi Instrumen

No Variabel Indikator No Item

1. Kebiasaan Belajar

1.Persiapan Belajar a.berdoa

b.menyiapkan buku pelajaran 2.Disiplin

a. mentaati peraturan sekolah/rumah 3.Giat Belajar

a. membaca buku-buku pelajaran IPS b. mencatat pelajaran

c. mengulang kembali pelajaran d. mengerjakan latihan di sekolah e. membuat tugas (PR)

f. siap dalam menghadapi ulangan 4.Perhatian

a. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru

b. Aktif dalam belajar dikelas

1 2

3, 4, 5, 6

7, 8, 9 10 11 12 13 14, 15

16, 17 18 2. Prestasi

Belajar


(36)

G. Teknik pengolahan, Analisa dan Interpretasi Data

1. Teknik Pengolahan Data

a. Editing yaitu memperbaiki/mengedit data yang telah diperoleh dari angket dan mendata ulang jika belum ada pertanyaan yang belum diteliti.

b. Coding yaitu mengelompokan data sesuai dengan kategori

c. Scoring yaitu pemberian skor terhadap data angket kebiasaan belajar

d. Tabulating yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel-tabel agar mudah dianalisis62.

2. Teknik Analisa Data

Setelah data-data penulisan ini terkumpul, peneliti selanjutnya mengolah dan menganalisis data-data tersebut untuk mengungkapkan pokok masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh kesimpulan. Adapun teknik analisa data yang digunakan yaitu:

a. Prosentase

Prosentase artinya data diprosentasekan setelah ditabulasikan dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternatif jawaban dengan rumus:

F

P = X 100%

N

Keterangan : P: Persentase (%)

F: Frekuensi (Jumlah jawaban responden) N: Number of Cases (Jumlah responden)


(37)

b. Korelasi

Tujuan dari korelasi adalah untuk mengetahui apakah benar terdapat hubungan antara variabel X dengan variabel Y atau sebaliknya. Adapun untuk mencari angka indeks korelasi “r” dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Carl Person.63

N∑XY–(∑X) (∑Y)

r

xy = [N∑X ²– (∑X )²] [N∑Y²–(∑Y)²]

Keterangan:

r

xy : Angka indeks korelasi “r” Product Moment N : Number of Cases

∑ XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

∑ X : Jumlah seluruh skor X

∑ Y : Jumlah seluruh skor Y

3. Teknik Interpretasi Data

Terhadap angka indeks korelasi yang telah diperoleh dari perhitungan (proses komputasi) kita dapat memberikan interpretasi atau penafsiran tertentu. Dalam hubungan ini ada dua macam cara yang dapat kita tempuh, yaitu:

a. Memberikan interpretasi terhadap Angka Indeks Korelasi Product Moment secara kasar (sederhana).

63. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet-14, h 206.


(38)

Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment (rxy), pada umumnya dipergunakan pedoman atau ancar-ancar sebagai berikut:

Besarnya “r” Product Moment (rxy)

Interpretasi

0,00 – 0,20

Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah, sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y).

0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, yang lemah atau rendah

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan. 0,70 – 90 Antara variabel X dan variable Y terdapat

korelasi yang tinggi atau kuat

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, yang sangat kuat atau sangat tinggi.

b. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “

r

Product Moment dengan jalan berkonsultasi pada Tabel nilai “r” dengan cara:

1) Merumuskan (membuat) Hipotesis alternatif (Ha) dan Hipotesis nihil atau nol (Ho). Hipotesis alternatif (Ha) kita rumuskan sebagai berikut: “Adanya korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y”. Adapun Hipotesis


(39)

nihilnya (Ho) adalah sebagai berikut “Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y”.

2) Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah kita ajukan diatas tadi, dengan jalan membandingkan besarnya “r” yang telah diperoleh dalam proses perhitungan atau “r” observasi (ro) dengan besarnya “r” yang tercantum dalam Tabel Nilai “r” Product Moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebas (db) atau degress of freedomnya (df) dengan rumus sebagai berikut:

df = N–nr

Keterangan:

df : degress of freedom N : Number of Cases

Nr : banyaknya variabel yang dikorelasikan.64

Dengan diperolehnya db atau df maka dapat dicari besarnya “r” yang tercantum dalam Tabel Nilai “r” Product Moment, baik pada taraf signifikan 5% maupun pada taraf signifikan 1%. Jika ro sama

dengan atau lebih besar daripada rt maka Hipotesis alternatif (Ha) disetujui atau diterima atau terbukti kebenarannya.

Berarti memang benar antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi positif (atau korelasi negatif) yang signifikan. Sebaliknya, Hipotesis nihil (Ho) tidak dapat disetujui atau tidak dapat diterima atau tidak terbukti kebenarannya. Ini berarti bahwa Hipotesis nihil yang menyatakan tidak adanya korelasi antara variabel X dan variabel Y itu.

64. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidkan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet-14, h 194.


(40)

Untuk mengetahui berapa % variabel X memberikan kontribusi terhadap variabel Y, maka dari koefisien determinasi dengan menentukan derajat hubungan antara variabel X dan variabel Y digunakan rumus sebagai berikut:

KD = rxy² X 100% Keterangan:

KD : kontribusi variabel X terhadap variabel Y


(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 17 Ciputat

1. Sejarah Singkat berdirinya

Siswa baru SMP Muhammadiyah 1 Jakarta di Ciputat pada tanggal 15 Juli 1964. SMP Muhammadiyah 17 Ciputat secara resmi pada tanggal 10 Oktober 1964, Kepala sekolah Drs. H. Abd. Rahman Partosuntono, awal nama SMPM.

SMPM secara langsung dikelola oleh Muhammadiyah Cabang Ciputat. Susunan Pengurus Muhammadiyah Cabang Ciputat pada tahun itu adalah :

Ketua Umum : Asman Ambo. Ketua I : Drs. Murod Usmain. Ketua II : H. Abd. Kodir

Sekretaris I : Drs. Hadjid Hamawadagda. Sekretaris II : Drs. Rustam CA.

Bendahara : H. Kamsari (Alm)

Tahun 1965 SMPM menjadi SMP Muhammadiyah I, pada tahun ini atas usul Pimpinan Ranting Rempoa pindah ke Desa Rempoa yang semula


(42)

di Ciputat. Dibangun di tanah desa atas persetujuan Kepala Desa H. Muh.

Nasan.

Periodesasi Pimpinan SMP Muhammadiyah 17 adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1964 – 1965 : Drs. H. Abd. Rahman Partosuntono 2. Tahun 1965 – 1969 : Drs. H. Mawardi Idrus

3. Tahun 1970 – 1974 : Drs. Moh. Syafei 4. Tahun 1975 – 1977 : Drs. Nasrun Mahmud 5. Tahun 1977 – 1978 : Witarya Permana, BA. 6. Tahun 1978 – 1988 : Djalaluddin Tumanggor, BA. 7. Tahun 1988 – 1994 : Aslih Rosi

8. Tahun 1994 – 2002 : Dahlan Akbar, BA. 9. Tahun 2002 – 2008 : Drs. Sobari

10. Tahun 2008 – 2009 : Plt. Mahrudin, SE.

VISI

SMP Muhammadiyah 17 Ciputat :

“Terunggul dalam prestasi, teladan dalam bersikap dan bertindak, konsisten dalam menjalankan ajaran agama”.Kami memilih visi ini untuk tujuan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Visi ini menjiwai warga sekolah kami untuk selalu mewujudkannya setiap saat dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan sekolah. Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita sekolah yang :

a. Berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi kekinian b. Sesuai dengan norma dan harapan masyarakat

c. Ingin mencapai keunggulan

d. Mendorong semangat dan komitmen seluruh warga sekolah/madrasah e. Mendorong adanya perubahan yang lebih baik


(43)

Untuk mencapai visi tersebut, perlu dilakukan suatu misi berupa kegiatan jangka panjang dengan arah yang jelas. Berikut ini merupakan misi yang dirumuskan berdasarkan visi di atas.

M I S I

SMP Muhammadiyah 17 Ciputat :

a. Mewujudkan peningkatan kualitas/mutu lulusan.

b. Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk SMA / SMK Negeri.

c. Membina sikap percaya diri, semangat gotong-royong dan cinta tanah air.

d. Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi dengan penghargaan yang layak serta dilandasi dengan semangat ketauladanan dan keikhlasan. e. Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah ungulan.

TUJUAN SMP Muhammadiyah 17 Ciputat:

a. Meningkatkan perilaku akhlak mulia bagi peserta didik.

b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakat peserta didik.

c. Mengembangkan kepribadian manusia yang utuh bagi peserta didik. d. Mempersiapkan peserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat

yang mandiri dan berguna.

e. Mempersiapkan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan lebih lanjut.

Strategi

SMP Muhammadiyah 17 Ciputat :

a. Meningkatkan disiplin guru, pegawai, dan siswa. b. Optimalisasi layanan pada masyarakat.

c. Menumbuhkan kesadaran penuntasan wajib belajar 9 (sembilan) tahun. d. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.


(44)

2. Struktur Organsasi

Gambar 1

Stuktur Organisasi SMP Muhammadiyah 17 Ciputat

Disdakmen

Kepala Sekolah Kepala TU

Staf TU

Wakil Bid. Bid. Bid. Sarana BP Kurikulum Kesiswaan Ismuba

Guru Guru

Siswa


(45)

3. Keadaan Guru

SMP Muhammadiyah 17 Ciputat yang dikepalai oleh Bapak Mahrudin,SE memiliki tenaga pengajar sebanyak 24 orang. Semuanya merupakan berpendidikan tinggi yang terdiri dari: pendidikan S1 terdiri dari 21 orang, pendidikan D2 terdiri dari 1 orang, pendidikan D1 terdiri dari 1 orang dan lulusan SLTA terdiri dari 1 orang.

4. Keadaan Staf TU

Tabel 1

Keadaan Staf TU SMP Muhammadiyah 17

No Nama Pendidikan Perg.

Tinggi

Jurusan Jabatan 1 Aslih Rosi Sarmud IAIN Pedagogik Kepala

Tata Usaha 2 Rosmaida

Tumanggor

SLTA PGAN PAI Keuangan

3 Moch. Fachri Farid

SLTA SMK 2 Mei

Perkantoran Karyawan 4 Ahmad

Akbar

SLTA SMK Muh

Perdagangan Karyawan 5 Yulia Yasin Sarmud UMJ Kesejahteraan

Sosial

Piket

6 Nuredi SLTP SMEP - Caraka

7 Saikin SD - - Caraka

8 Rusli Saman

SD - - Keamanan


(46)

5. Keadaan Siswa

Keadaan siswa SMP Muhammadiyah 17 Ciputat dari tahun ketahun mengalami peningkatan, untuk Tahun Ajaran 2010/2011.

Tabel 2

Keadaan Siswa SMP Muhammadiyah 17 Ciputat

Tahun 2010/2011

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

VII 95 75 170 VIII 75 50 125

IX 44 35 79

Jumlah 214 160 374

Sumber data: Bagian Tata Usaha (TU) SMP Muhammadiyah 17 Ciputat

6. Keadaan sarana dan prasarana Tabel 3

Sarana dan prasarana SMP Muhammadiyah 17 Ciputat

No Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi

1 Ruang Teori/Kelas 9 Baik

2 Ruang Laboratorium 2 Baik

3 Ruang Perpustakaan 1 Baik

4 Ruang UKS 1 Baik

5 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik

6 Ruang Guru 1 Baik

7 Ruang Tata Usaha 1 Baik

8 Ruang Foto Copy 1 Baik


(47)

10 Ruang IPM/Osis 1 Baik

11 Gudang 1 Baik

12 WC 6 Baik

13 Lapangan 1 Baik

14 Papan Tulis 9 Baik

Sumber data: Bagian Tata Usaha (TU) SMP Muhammadiyah 17 Ciputat

B. Deskripsi Data

Pada bab sebelumnya telah penulis kemukakan bahwa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan penelitian ini adalah dengan angket. Angket disusun berdasarkan pokok penelitian yang diteliti. Angket yang dibuat terdiri dari 20 item pertanyaan mengenai hubungan kebiasaan belajar siswa terhadap peningkatan prestasi belajar dalam pembelajaran IPS ekonomi. Dalam pengolahan data, penulis mengambil pola perhitungan statistik dalam bentuk prosentase artinya setiap data diprosentasekan setelah ditabulasikan dalam bentuk frekuensi untuk setiap jawaban.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menyeleksi data. Data yang disebarkan kepada siswa kelas 1 (satu) yang berjumlah 35 siswa dalam bentuk angket harus dikembalikan dalam jumlah yang sama agar semuanya dapat diolah.

Langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan menggunakan tabulasi frekuensi. Frekuensi tersebut dinyatakan dalam bentuk prosentase, sehingga kecenderungan setiap jawaban dapat diketahui dengan kemungkinan yang telah disediakan. Dengan begitu berarti setiap item pertanyaan menggunakan satu tabel yang langsung dibuat frekuensi dan prosentasenya.


(48)

Setelah itu jawaban hasil angket tentang hubungan kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar IPS yang diadakan di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat yang telah disebarkan, dianalisis dan diinterpretasikan dalam bentuk item per item, untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel dibawah ini.

Tabel 4

Saya berdoa sebelum/sesudah belajar

No Alernatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1. 2. 3 4. A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak Pernah

14 3 18 0 40% 8,57% 51,42% 0% Jumlah 35 100%

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa dari 35 orang responden, sebanyak 40% siswa menjawab selalu berdoa sebelum/sesudah belajar, 8,57% menjawab sering, 51,42% menjawab kadang-kadang, dan 0% menjawab tidak pernah.

Tabel 5

Setelah mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) saya menyiapkan buku pelajaran

No Alernatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1. 2. 3 4. A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak Pernah

24 6 4 1 68,57% 17,14% 11,43% 2,86% Jumlah 35 100%


(49)

Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa dari 35 orang responden, sebanyak 24% siswa menjawab selalu menyiapkan buku pelajaran setelah mengerjakan pekerjaan rumah (PR), 17.14% menjawab sering, 11,43% menjawab kadang-kadang, dan 2,86% menjawab tidak pernah.

Tabel 6

Apakah anda suka terlambat datang ke sekolah

No Alernatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1. 2. 3 4. A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak Pernah

0 2 19 14 0% 5,71% 54,29% 40% Jumlah 35 100%

Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa dari 35 orang responden, sebanyak 0% siswa menjawab selalu terlambat datang ke sekolah, 5,71% menjawab sering, 54,29% menjawab kadang-kadang, dan 40% menjawab tidak pernah.

Tabel 7

Apakah anda berpindah-pindah dalam menempati tempat duduk

No Alernatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1. 2. 3 4. A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak Pernah

1 2 15 17 2,86% 5,71% 42,85% 48,58% Jumlah 35 100%

Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa dari 35 orang responden, sebanyak 2,86% siswa menjawab selalu berpindah-pindah dalam


(50)

menempati tempat duduk, 5,71% menjawab sering,42,85% menjawab kadang-kadang, dan 48,58% menjawab tidak pernah.

Tabel 8

Apakah anda pernah tidak masuk sekolah tanpa izin (membolos)

No Alernatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1. 2. 3 4. A. Selalu B. Sering C. Kadang-Kadang D. Tidak Pernah

0 1 10 24 0% 2,86% 28,57% 68,57% Jumlah 35 100%

Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa dari 35 orang responden, sebanyak 0% siswa menjawab selalu tidak masuk sekolah tanpa izin (membolos), 2,86% menjawab sering, 28,57% menjawab kadang-kadang, dan 68,57% menjawab tidak pernah.

Tabel 9

Apakah anda langsung pulang kerumah setelah selesai sekolah

No Alernatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1. 2. 3 4. A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak Pernah

24 5 6 0 68,57% 14,29% 17,14% 0% Jumlah 35 100%

Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa dari 35 orang responden, sebanyak 68,57% siswa menjawab selalu langsung pulang kerumah setelah selesai sekolah, 14,29% menjawab sering, 17,14% menjawab kadang-kadang, dan 0% menjawab tidak pernah.


(51)

Tabel 10

Apakah anda membaca materi terlebih dahulu sebelum mengikuti pelajaran IPS

No Alernatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1. 2. 3 4. A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak Pernah

3 9 21 2 8,57% 25,72% 60% 5,71% Jumlah 35 100%

Tabel 10 diatas menunjukkan bahwa dari 35 orang responden, sebanyak 8,57% siswa menjawab selalu membaca materi terlebih dahulu sebelum mengikuti pelajaran IPS, 25,72% menjawab sering, 60% menjawab kadang-kadang, dan 5,7 % menjawab tidak pernah.

Tabel 11

Saya akan tetap belajar walaupun tidak ada ujian

No Alernatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1. 2. 3 4. A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak Pernah

11 6 18 0 31,43% 17,14% 51,43% 0% Jumlah 35 100%

Tabel 11 diatas menunjukkan bahwa dari 35 orang responden, sebanyak 31,43% siswa menjawab selalu belajar walaupun tidak ada ujian, 17,14% menjawab sering, 51,43% menjawab kadang-kadang, dan 0% menjawab tidak pernah.


(52)

Tabel 12

Apakah anda rutin membaca buku pelajaran IPS

No Alernatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1. 2. 3 4. A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak Pernah

4 7 24 0 11,43% 20% 68,57% 0% Jumlah 35 100%

Tabel 12 diatas menunjukkan bahwa dari 35 orang responden, sebanyak 11,43% siswa menjawab selalu rutin membaca buku pelajaran IPS, 20% menjawab sering, 68,57% menjawab kadang-kadang, dan 0% menjawab tidak pernah.

Tabel 13

Apakah anda mencatat hal-hal penting walaupun guru tidak memerintah

No Alernatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1. 2. 3 4. A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak Pernah

9 9 15 2 25,72% 25,72% 42,85% 5,71% Jumlah 35 100%

Tabel 13 diatas menunjukkan bahwa dari 35 orang responden, sebanyak 25,72% siswa menjawab selalu mencatat hal-hal penting walaupun guru tidak memerintah, 25,72% menjawab sering, 42,85% menjawab kadang-kadang, dan 5,71% menjawab tidak pernah.


(53)

Tabel 14

Apakah anda mengulang kembali pelajaran IPS dirumah

No Alernatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1. 2. 3 4. A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak Pernah

2 3 25 5 5,71% 8,57% 71,43% 14,29% Jumlah 35 100%

Tabel 14 diatas menunjukkan bahwa dari 35 orang responden, sebanyak 5,71% siswa menjawab selalu mengulang kembali pelajaran IPS dirumah, 8,57% menjawab sering, 71,43% menjawab kadang-kadang, dan 14,29% menjawab tidak pernah.

Tabel 15

Apakah anda mengerjakan latihan yang diberikan guru disekolah No Alernatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1. 2. 3 4. A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak Pernah

22 9 4 0 62,85% 25,72% 11,43% 0% Jumlah 35 100%

Tabel 15 diatas menunjukkan bahwa dari 35 orang responden, sebanyak 62,85% siswa menjawab selalu mengerjakan latihan yang diberikan guru disekolah, 25,72% menjawab sering, 11,43% menjawab kadang-kadang, dan 0% menjawab tidak pernah.


(54)

Tabel 16

Jika ada pekerjaan rumah (PR) saya segera mengerjakannya

No Alernatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1. 2. 3 4. A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak Pernah

16 5 13 1 45,71% 14,29% 37,14% 2,86% Jumlah 35 100%

Tabel 16 diatas menunjukkan bahwa dari 35 orang responden, sebanyak 45,71% siswa menjawab selalu mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dengan segera, 14,29% menjawab sering, 37,14% menjawab kadang-kadang, dan 2,86% menjawab tidak pernah.

Tabel 17

Apakah anda siap bila guru IPS memberikan ulangan mendadak

No Alernatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1. 2. 3 4. A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak Pernah

19 5 10 1 54,28 % 14,29% 28,57% 2,86% Jumlah 35 100%

Tabel 17 diatas menunjukkan bahwa dari 35 orang responden, sebanyak 54,28% siswa menjawab selalu siap bila guru IPS memberikan ulangan mendadak, 14,29% menjawab sering, 28,57% menjawab kadang-kadang, dan 2,86% menjawab tidak pernah.


(55)

Tabel 18

Apakah anda mencontek jika sedang ulangan/ujian IPS

No Alernatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1. 2. 3 4. A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak Pernah

0 2 27 6 0% 5,71% 77,15% 17,14% Jumlah 35 10 %

Tabel 18 diatas menunjukkan bahwa dari 35 orang responden, sebanyak 0% siswa menjawab selalu mencontek jika sedang ulangan/ujian IPS, 5,71% menjawab sering, 77,15% menjawab kadang-kadang, dan 17,14% menjawab tidak pernah.

Tabel 19

Apakah anda bercanda ketika guru sedang mengajar

No Alernatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1. 2. 3 4. A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak Pernah

0 4 25 6 0% 11,43% 71,43% 17,14% Jumlah 35 100%

Tabel 19 diatas menunjukkan bahwa dari 35 orang responden, sebanyak 0% siswa menjawab selalu bercanda ketika guru sedang mengajar 11,43% menjawab sering, 71,43% menjawab kadang-kadang, dan 17,14% menjawab tidak pernah.


(1)

Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMP Muhammadiyah 17 Ciputat, Menurut Ijazah, Bidang Studi dan Jenis Kelamin Tahun Ajaran 2010/2011

No Nama L/P Pend Perg. Tinggi Jurusan Bidang Tugas

1. Mahrudin, SE L S1 STIE Ahmad Dahlan

Manajemen BP/BK

2. Drs.Sayuti Sufriatna L S1 IAIN IPS IPS Terpadu 3. Drs. Sobari L S1 IAIN Peradilan Agama PKN 4. Drs. H. Ahmad

Mulyadi

L S1 IAIN Sejarah dan

Budaya Islam

IPS Terpadu

5. Amir Mahmud L S1 UIK Ilmu Pendidikan PKN 6. Rosmawati Tumanggor P S1 UNINDRA Bhs. Indonesia Bhs. Indonesia 7. Hj. Ina Sunarsyih,

S.Pd.

P S1 IKIP

Muhammadiyah Uhamka

Bhs. Indonesia Bhs. Indonesia

8. Tatang Setiawan L S1 STKIP PGRI Matematika Matematika 9. Diana Dewi P S1 UT Bhs. Indonesia Bhs. Inggris

10. Hj. Latifah P S1 IAIN PAI PAI

11. H. Adam Suyatmo, St L S1 Universitas Veteran

Teknik Perminyakan

IPA Terpadu

12. Dra. Nurida Sihotang P S1 IAIN PAI PAI 13. Syarifah S.Pd P S1 UT Bahasa Inggris Bhs. Inggris 14. Sohril, Am. Pd L D2 UT Penjaskes Penjaskes 15. Dra. Nursyafaah P S1 IAIN Bahasa Indonesia Bhs. Indonesia 16. Drs. H. Bustomi L S1 IAIN PAI Bhs. Arab 17. Hamdi Ramawi, S.Pd L S1 STKIP Purnama Adm. Perkantoran Matematika


(2)

18. Maryadi HM, SE L S1 UMJ Manajemen PKN/KMM 19. Amran Syahid L D1 IAIN FMIPA IPA Terpadu 20. Noor Mu’zizh Syari,

S.Sos. I

P S1 IKIP KPI English

Conversation 21. Kamaluddin Rais L S1 UIN Yogyakarta MKP Komputer 22. Sholihin Ibnu Syafe’i L SLT

A

Mualimin Muhammadiyah

- Kertangkes

23. Didah Nuryatin, S.Pd P S1 IKIP UHAMKA Bahasa Inggris English Conversation 24. Eddi Setiawan, SE L S1 UIN Jakarta Manajemen IPS Terpadu 25. H. M. Musa Noor L SLT

A

SMA MUH Sasos Al-Quran (Qiro’ati) 26. Drs. Elfadas L S1 IKIP Jakarta FPOK Penjaskes Sumber data: Bagian Tata Usaha (TU) SMP Muhammadiyah 17 Ciputat


(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI

Nama : Sri Nurhayati Nim : 106015000475 Jurusan : Pendidikan (Tadris) IPS Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul : Hubungan Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPS Di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat.

Pembimbing : Drs. Banadjid

No Sumber Buku Paraf

1. Abror, Abd.Rahman, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, Cet.4, 1993.

2. Ahmadi, Abu, dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, Cet.2, 2004.

3. Arifin, Zainal, Evaluasi Instruksional; Prinsip Teknik dan Prosedur, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1991.

4. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Asti Mahasatya, Cet.11, 1998.

5. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998.

6. Djamarah, Syaiful Bahri Prestasi Belajar Siswa Dalam Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha Nasional.

7. Golu, W, Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002.

8. Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001.

9. http://economicsjurnal.blogspot.com/2010/09/kebiasaan-belajar. html

10. http://meettabied.wordpress.com/2010/03/20/sikap-dan-kebiasaan-belajar-siswa

11. http://smandapura.sch.id/indekx.php?option=com_contect&vie w=article&id=75: kebiasaan belajar.

12. http:/www.scribd.com/doc/32233139/jurnal.

13. Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, Cet.2, 2008.


(4)

14. J. Brono, Frank, Kamus Istilah Kunci Psikologi, Yogyakarta: Knisius, 1989.

15. Kartono, Kartini, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, Jakarta: CV. Rajawali, Cet.1, 1985.

16. Kartono, Kartini, Psikologi Umum, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001.

17. Kasiram, Moh, Metodologi Penelitian, Malang: UIN Malang Press, Cet.1, 2008.

18. Ketut Sukardi, Dewa, Bimbingan Dan Penyuluhan Belajar Disekolah, Surabaya: Usaha Nasional, 1983.

19. Mahmud, M. Dimyati, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan, Yogyakarta: BPFE, Cet.1, 1990.

20. Mudjijo, Tes Hasil Belajar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.1, 1995. 21. Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada

Press, 2008.

22. Nadzir, Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999.

23. Nasution, S, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bina Aksara, 1982.

24. Nasution, S, Didaktika Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

25. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet.3, 1990.

26. Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1997.

27. Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Karya, 1988.

28. Revlari, Fibrie Tri, Kontribusi Kebiasaan belajar, Jakarta: IKIP Jakarta, 1992.

29. Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet.2, 1996.

30. Simberman, Mel, Active Learning 101 Startegi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: YAPPENDIS, 2005.

31. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, Cet-4, 2003.

32. Soejanto, Agus, Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses, Jakarta: Aksara Baru, Cet.3, 1990.

33. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet.14, 2004.

34. Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, Cet.1, 1988.

35. Suprijanto, “Pendidikan Orang Dewasa”, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.1, 2007.

36. Suryabrata, Sumandi, Proses Belajar Mengajar Di SLTP, Yogyakarta: Andi Offset, 1983.


(5)

37. Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007.

38. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet.8, 2003.

39. Tatang, Amir M, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo, 2000.

40. Tim Penyusun Kamus Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet.10, 1997.

41. Tirtonegoro, Suratinah, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet.1, 1984.

42. Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, Cet.1, 2007.

43. Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Grafindo, 1996.

44. Witherington, H.C, Teknik-Teknik Belajar dan Mengajar, Bandung: Jemmars, Ed. 3, 1986.

45. Wojowasito, S, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bandung: Shinat Dharma, 1992.

46. Zain, Badudin, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994.

Jakarta, 20 November 2010 Dosen Pembimbing

Drs. Banadjid


(6)

Nama : Sri Nurhayati Nim : 106015000475 Jurusan : Pendidikan IPS

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Jl. Semanggi II Rt 002/03 Ciputat Timur Tangerang Selatan

Wanita kelahiran 1 April 22 tahun ini, yang akrab dipanggil sRie merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Mengawali jenjang pendidikan di SDN Kampung Utan 1 Ciputat tahun (1994-2000), kemudian dilanjutkan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/SLTP di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat tahun (2000-2003), lalu dilanjutkan di SMA Negeri 2 Ciputat tahun (2003-2006). Dan untuk jenjang perguruan tinggi penulis melanjutkan di UIN Sayrif Hidayatullah Jakarta Jurusan Pendidikan IPS, Program Studi Pendidikan Ekonomi tahun 2006.