Cara belajar dan prestasi belajar matematika siswa asrama kelas VII SMP ST. Aloysius Turi Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014.

(1)

ABSTRAK

CARA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA ASRAMA KELAS VII SMP ST. ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh

Yuliana Retno Dwi W.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui: (1) Sikap dan motivasi siswa asrama terhadap pelajaran matematika (2) Cara siswa asrama mengelola proses belajar baik di kelas maupun di asrama (3) Prestasi belajar siswa asrama pada materi garis dan sudut dalam pelajaran matematika di kelas.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan bantuan pendekatan kuantitatif untuk melakukan penghitungan. Pengumpulan data menggunakan observasi, angket sikap, angket motivasi, tes prestasi belajar, dokumentasi, dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini adalah 19 siswa asrama kelas VII SMP St. Aloysius Turi.

Hasil penelitian menyatakan bahwa (1) sikap siswa asrama terhadap pelajaran matematika berada dalam kriteria positif yang terbagi dalam 5 aspek sikap dan berdasarkan motivasi belajar matematika, siswa asrama berada dalam kriteria tinggi yang terbagi atas 8 aspek. (2) Siswa asrama mengelola proses belajar dengan mengikuti kegiatan harian sesuai dengan jadwal acara harian. Mereka mencari waktu belajar sendriri jika waktu yang disediakan masih kurang. Siswa asrama menggunakan waktu belajar dengan mengerjakan PR, membaca buku, dan berdiskusi dengan teman. Jika tidak ada PR, mereka lebih senang bermain-main dan mengobrol. Saat ada pembimbing, mereka dapat belajar dengan tertib dan tenang serta berani bertanya jika ada kesulitan. Mereka yang membutuhkan waktu belajar di luar jadwal mencari waktu sendiri sesuai dengan kebutuhan. Ketika di kelas, sebagian siswa asrama kurang aktif dalam proses pembelajaran. Saat menjelang ulangan, ada siswa yang belajarnya jauh-jauh hari sebelumnya dan ada juga yang mendadak. (3) Hasil tes prestasi siswa asrama berada pada kriteria kurang baik dan terbagi atas 3 aspek yaitu mengingat, memahami, dan menerapkan. Siswa asrama yang mempunyai cara belajar yang baik, prestasinya cukup baik, sedangkan siswa asrama yang cara belajarnya kurang baik, prestasi belajarnya juga kurang baik.


(2)

ABSTRACT

THE LEARNING STRATEGY AND STUDENTS LEARNING ACHIEVEMENT ON MATHEMATICS OF THE SEVENTH GRADE

DORMITORY STUDENTS OF SAINT ALOYSIUS JUNIOR HIGH SCHOOL, TURI, YOGYAKARTA

IN THE ACADEMIC YEAR 2013/2014 By

Yuliana RetnoDwi W.

This study was aimed for (1) the attitude and motivation of dormitory students to the mathematics subject (2) knowing the learning strategy of dormitory students both in the dormitory and in the class, (3) knowing the students learning achievement of the dormitory students at Garis Dan Sudut material in mathematics in the class.

This study was a descriptive research study using quantitative approach for the analysis of data. The data were collected through observation, attitude questionnaire, motivation questionnaire, learning achievement test, documentation, and interviews. The subjects were 19 seventh grade dormitory students of SMP St. Aloysius Turi.

The results of the study were as follows (1) The attitude questionnaire of dormitory students for math were in positive criterion that divided into 5 aspects and also were in the high motivation criterion; that divided into 8 aspects. (2) The dormitory students manage their process of study as their daily schedule. The students that did not have sufficient study time tried to find the time by themselves. The period of study was filled with doing homework, assignments, reading some books, and discussion. The presence of a tutor made the situation of the study quiet and disciplined. If they faced any difficulty, they asked their friends and the tutor. In the class, almost of the dormitory student less active in the learning process. Some of them reviews their study for the exam far in advance and there is also a sudden. (3) The result of students learning achievement was in the low criterion that is consist of 3 element that is remember, understand, and aplly. the dormitory students who had a good learning strategy tended to get a good learning achievement in the class, while the dormitory students who had a bad learning strategy tended to get a low learning achievement in the class.

Key words: learning strategy, attitude, motivation, learning achievement, dormitory students.


(3)

(4)

CARA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

SISWA ASRAMA KELAS VII SMP ST. ALOYSIUS TURI

YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Yuliana Retno Dwi W. NIM : 101414010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

i

CARA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

SISWA ASRAMA KELAS VII

SMP ST. ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Yuliana Retno Dwi W. NIM : 101414010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(6)

(7)

(8)

iv

MOTTO

“Segala perkara dapat

kutanggung, di dalam Dia yang memberi

kekuatan padaku”

(Flp 4:13)

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus

2. Mdr. M. Julia Juliarti beserta Dewan Penasehat Propinsi

3. Para Suster FSGM di komunitas St. Maria Yogyakarta

dan di Propinsi St. Yusup Indonesia

4. Bapak, Mamak, Kakak, Adik yang setia mendoakan dan mendukung dalam

panggilan

5. Para Dosen dan Staff Program Studi Pendidikan Matematika

6. Semua sahabat, teman-teman PMat 2010, yang selalu memberikan dukungan

dan semangat


(9)

(10)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Yuliana Retno Dwi W.

Nomor Mahasiswa : 101414010

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

CARA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA ASRAMA KELAS VII SMP ST. ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 13 Juni 2014 Yang menyatakan


(11)

vii ABSTRAK

CARA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA ASRAMA KELAS VII SMP ST. ALOYSIUS TURI YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh

Yuliana Retno Dwi W.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui: (1) Sikap dan motivasi siswa asrama terhadap pelajaran matematika (2) Cara siswa asrama mengelola proses belajar baik di kelas maupun di asrama (3) Prestasi belajar siswa asrama pada materi garis dan sudut dalam pelajaran matematika di kelas.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan bantuan pendekatan kuantitatif untuk melakukan penghitungan. Pengumpulan data menggunakan observasi, angket sikap, angket motivasi, tes prestasi belajar, dokumentasi, dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini adalah 19 siswa asrama kelas VII SMP St. Aloysius Turi.

Hasil penelitian menyatakan bahwa (1) sikap siswa asrama terhadap pelajaran matematika berada dalam kriteria positif yang terbagi dalam 5 aspek sikap dan berdasarkan motivasi belajar matematika, siswa asrama berada dalam kriteria tinggi yang terbagi atas 8 aspek. (2) Siswa asrama mengelola proses belajar dengan mengikuti kegiatan harian sesuai dengan jadwal acara harian. Mereka mencari waktu belajar sendriri jika waktu yang disediakan masih kurang. Siswa asrama menggunakan waktu belajar dengan mengerjakan PR, membaca buku, dan berdiskusi dengan teman. Jika tidak ada PR, mereka lebih senang bermain-main dan mengobrol. Saat ada pembimbing, mereka dapat belajar dengan tertib dan tenang serta berani bertanya jika ada kesulitan. Mereka yang membutuhkan waktu belajar di luar jadwal mencari waktu sendiri sesuai dengan kebutuhan. Ketika di kelas, sebagian siswa asrama kurang aktif dalam proses pembelajaran. Saat menjelang ulangan, ada siswa yang belajarnya jauh-jauh hari sebelumnya dan ada juga yang mendadak. (3) Hasil tes prestasi siswa asrama berada pada kriteria kurang baik dan terbagi atas 3 aspek yaitu mengingat, memahami, dan menerapkan. Siswa asrama yang mempunyai cara belajar yang baik, prestasinya cukup baik, sedangkan siswa asrama yang cara belajarnya kurang baik, prestasi belajarnya juga kurang baik.


(12)

viii ABSTRACT

THE LEARNING STRATEGY AND STUDENTS LEARNING ACHIEVEMENT ON MATHEMATICS OF THE SEVENTH GRADE

DORMITORY STUDENTS OF SAINT ALOYSIUS JUNIOR HIGH SCHOOL, TURI, YOGYAKARTA

IN THE ACADEMIC YEAR 2013/2014 By

Yuliana Retno Dwi W.

This study was aimed for (1) the attitude and motivation of dormitory students to the mathematics subject (2) knowing the learning strategy of dormitory students both in the dormitory and in the class, (3) knowing the students learning achievement of the dormitory students at Garis Dan Sudut material in mathematics in the class.

This study was a descriptive research study using quantitative approach for the analysis of data. The data were collected through observation, attitude questionnaire, motivation questionnaire, learning achievement test, documentation, and interviews. The subjects were 19 seventh grade dormitory students of SMP St. Aloysius Turi.

The results of the study were as follows (1) The attitude questionnaire of dormitory students for math were in positive criterion that divided into 5 aspects and also were in the high motivation criterion; that divided into 8 aspects. (2) The dormitory students manage their process of study as their daily schedule. The students that did not have sufficient study time tried to find the time by themselves. The period of study was filled with doing homework, assignments, reading some books, and discussion. The presence of a tutor made the situation of the study quiet and disciplined. If they faced any difficulty, they asked their friends and the tutor. In the class, almost of the dormitory student less active in the learning process. Some of them reviews their study for the exam far in advance and there is also a sudden. (3) The result of students learning achievement was in the low criterion that is consist of 3 element that is remember, understand, and aplly. the dormitory students who had a good learning strategy tended to get a good learning achievement in the class, while the dormitory students who had a bad learning strategy tended to get a low learning achievement in the class.

Key words: learning strategy, attitude, motivation, learning achievement, dormitory students.


(13)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan kesetiaan dan berkat yang melimpah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ Cara Belajar dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Asrama Kelas VII SMP St. Aloysius Turi Yogyakarta Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Rasa terima kasih ini penulis ucapkan kepada:

1. Bpk. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D, Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian dan hidup.

2. Bpk. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

3. Bpk. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika


(14)

x

4. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing yang sabar selalu membimbing dan memberikan kritik dan saran serta pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Chatarina Enny Murwaningtyas, M.Si. selaku pembimbing akademik sekaligus dosen penguji yang telah membimbing dan mengarahkan hingga terselesainya skripsi ini.

6. Ibu Veronika Fitri Rianasari, S.Pd., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah membimbing dan mengarahkan hingga terselesainya skripsi ini.

7. Segenap Dosen, Staf dan Karyawan Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya dosen-dosen Program Studi Pendidikan Matematika, yang telah memberikan dukungan dan fasilitas demi kelancaran dan terselesaikannya skripsi ini.

8. Kepala Sekolah SMP St. Aloysius Turi Yogyakarta, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

9. Ibu Cicilia Hendri W., S.Pd. selaku guru Matematika SMP St. Aloysius Turi Yogyakarta yang telah membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian di sekolah.

10. Semua guru SMP St. Aloysius Turi Yogyakarta yang telah mendukung penulis dalam melaksanakan penelitian di sekolah.


(15)

xi

11. Siswa-siswi kelas VII SMP St. Aloysius Turi Yogyakarta yang telah bekerja sama dengan baik selama pelaksanaan penelitian.

12. Mdr. M. Julia Juliarti sebagai pemimpin kongregasi suster-suster FSGM beserta Dewan yang peduli dan senantiasa mengusahakan pendidikan bagi para suster dan dengan sabar selalu mendoakan dan mendampingi penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

13. Suster-suster FSGM Propinsi St. Yusup Indonesia yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Para suster FSGM komunitas St. Maria yang setia mendukung, mendoakan dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika angkatan 2010 yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan, baik dalam isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 13 Juni 2014


(16)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Batasan Istilah ... 9


(17)

xiii

H. Sistematika Penulisan ... 12

BAB IILANDASAN TEORI A. Karakteristik Matematika... 13

B. Prestasi Belajar Matematika... 15

C. Sekolah Berasrama... 19

D. Pendidikan Dalam Keluarga ... 22

E. Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Matematika ... 24

F. Cara Belajar Siswa ... 28

G. Motivasi Siswa Terhadap Pelajaran Matematika... 32

H. Keadaan Lingkungan Sekitar Siswa... 36

I. Materi Pembelajaran ... 37

J. Kerangka Berpikir... 48

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 51

B. Subyek Penelitian... 52

C. Obyek Penelitian ... 52

D. Data Penelitian ... 52

E. Instrumen Penelitian... 53

F. Metode Pengumpulan Data ... 58

G. Validitas Instrumen dan Teknik Analisis Data. ... 60

BAB IV. DESKRIPSI, TABULASI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 76


(18)

xiv

B. Tabulasi Data ... 76

1. Data Hasil Observasi di Kelas ... 76

2. Data Hasil Observasi di Asrama... 83

3. Data Hasil Tes Prestasi Siswa... 85

4. Data Hasil Angket Sikap Siswa ... 87

5. Data Hasil Angket Motivasi Siswa... 87

6. Data Hasil Wawancara Siswa ... 88

C. Analisis Data dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

1. Analisis dan Pembahasan Observasi di Kelas dan di Asrama ... 94

2. Analisis dan Pembahasan Wawancara dengan Siswa ... 97

3. Analisis dan Pembahasan Angket Sikap Siswa ... 102

4. Analisis dan Pembahasan Angket Motivasi Siswa ... 105

5. Analisis dan Pembahasan Hasil Tes ... 107

6. Analisis Keseluruhan ... 110

D. Keterbatasan Pelaksanaan Penelitian ... 112

BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 116


(19)

xv

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Ranah Kognitif Berdasarkan Taksonomi Bloom

yang telah diperbaharui ... 17

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian ... 53

Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi di Kelas... 53

Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi di Asrama ... 54

Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes ... 55

Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Sikap sebelum ujicoba... 56

Tabel 3.6 Kisi-kisi Angket Motivasi sebelum ujicoba... 57

Tabel 3.7 Kisi-kisi pedoman wawancara ... 58

Tabel 3.8 Rincian Item Angket Sikap yang valid dan tidak valid ... 62

Tabel 3.9 Rincian Item Angket Motivasi yang valid dan tidak valid ... 63

Tabel 3.10 Angket Sikap Siswa yang siap digunakan ... 64

Tabel 3.11 Angket Motivasi Siswa yang siap digunakan ... 64

Tabel 3.12 Reliabilitas Angket Sikap... 66

Tabel 3.13 Reliabilitas Angket Motivasi ... 67

Tabel 3.14 Panduan Pemberian Skor Angket Sikap ... 69

Tabel 3.15 Kriteria kualifikasi sikap siswa ... 70

Tabel 3.16 Kriteria kualifikasi sikap seluruh siswa ... 70

Tabel 3.17 Persentase Sikap Siswa berdasarkan aspek-aspeknya ... 70

Tabel 3.18 Panduan Pemberian Skor Angket Motivasi ... 71

Tabel 3.19 Kriteria kualifikasi motivasi siswa... 71


(20)

xvi

Tabel 3.21 Persentase Motivasi Siswa berdasarkan aspek-aspeknya ... 72

Tabel 3.22 Kriteria NilaiTes Prestasi ... 73

Tabel 3.23 Kriteria NilaiTes Prestasi berdasarkan aspek-aspeknya ... 73

Tabel 3.24 Kriteria Hasil Tes Prestasi Secara Kuantitatif ... 73

Tabel 3.25 Kriteria Prestasi Belajar Seluruh siswa... 74

Tabel 4.1 Urutan Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ... 76

Tabel 4.2 Hasil Observasi Siswa Asrama Kelas VIIA... 78

Tabel 4.3 Hasil Observasi Siswa Asrama Kelas VIIB ... 80

Tabel 4.4 Hasil Observasi Siswa Asrama Kelas VIIC ... 82

Tabel 4.5 Hasil Observasi Siswa Asrama Kelas VII ... 83

Tabel 4.6 Nilai Test Prestasi ... 86

Tabel 4.7 Skor Sikap Siswa ... 87

Tabel 4.8 Skor Motivasi Siswa ... 88

Tabel 4.9 Hasil Wawancara dengan Siswa ... 88

Tabel 4.10 Analisis dan Pembahasan Hasil Observasi ... 95

Tabel 4.11 Analisis dan Pembahasan Hasil Wawancara ... 97

Tabel 4.12 Kualifikasi Sikap Siswa ... 103

Tabel 4.13 Jumlah Siswa dalam Kriteria Sikap ... 103

Tabel 4.14 Persentase Sikap seluruh Siswa ... 104

Tabel 4.15 Persentase Sikap Siswa berdasarkan aspek-aspeknya ... 104

Tabel 4.16 Kualifikasi Motivasi Siswa ... 105

Tabel 4.17 Jumlah Siswa dalam Kriteria Motivasi ... 106


(21)

xvii

Tabel 4.19 Persentase Motivasi Siswa berdasarkan aspek-aspeknya ... 106

Tabel 4.20 Persentase dan kriteria Hasil Tes Siswa... 107

Tabel 4.21 Jumlah Siswa dalam Kriteria Prestasi Belajar ... 108

Tabel 4.22 Persentase Hasil Tes berdasarkan aspek-aspeknya ... 108

Tabel 4.23 Persentase Prestasi Belajar Seluruh Siswa... 109


(22)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Ijin Penelitian... 120 LAMPIRAN 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 121 LAMPIRAN 3 Daftar Nilai Tes Prestasi Siswa Kelas VII ... 122 LAMPIRAN 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 123 LAMPIRAN 5 Soal Tes Prestasi ... 132 LAMPIRAN 6 Kunci Jawaban dan Rubrik Penilaian... 134 LAMPIRAN 7 Lembar Observasi Siswa di Kelas... 136 LAMPIRAN 8 Lembar Observasi Siswa di Asrama ... 139 LAMPIRAN 9 Panduan Wawancara dengan Siswa ... 143 LAMPIRAN 10 Kisi-kisi Angket Sikap Siswa... 144 LAMPIRAN 11 Kisi-kisi Angket Motivasi Siswa ... 146 LAMPIRAN 12 Hasil Angket Sikap Siswa (ujicoba) ... 149 LAMPIRAN 13 Hasil Angket Motivasi Siswa (ujicoba) ... 151 LAMPIRAN 14 Tabel r Product Moment ... 153 LAMPIRAN 15 Validasi Isi Angket Sikap Siswa ... 154 LAMPIRAN 15 Validasi Isi Angket Motivasi Siswa ... 155 LAMPIRAN 16 Validasi Angket oleh Pakar... 157 LAMPIRAN 17 Lembar Angket Sikap Siswa setelah divalidasi ... 177 LAMPIRAN 18 Lembar Angket Motivasi Siswa setelah divalidasi ... 180 LAMPIRAN 19 Angket siap digunakan ... 183


(23)

xix

LAMPIRAN 20 Hasil wawancara dengan Siswa ... 187 LAMPIRAN 21 Lembar Angket Sikap siswa... 195 LAMPIRAN 22Lembar Angket Motivasi Siswa... 198 LAMPIRAN 23 Lembar Validasi soal tes prestasi ... 201 LAMPIRAN 24 Lembar Tes Prestasi ... 205 LAMPIRAN 25 Gambar Pelaksanaan Penelitian ... 211


(24)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Garis lurus ... 38 Gambar 2.2 Dua garis sejajar ... 38 Gambar 2.3 Dua garis berpotongan ... 38 Gambar 2.4 Dua garis berimpit... 39 Gambar 2.5 Dua garis bersilangan ... 39 Gambar 2.6 Busur derajat ... 41 Gambar 2.7 Busur derajat ... 43 Gambar 2.8 Pasangan sudut yang saling berpelurus... 43 Gambar 2.9 Contoh sudut yang berpelurus... 44 Gambar 2.10 Pasangan sudut yang berpenyiku ... 45 Gambar 2.11 Contoh sudut yang berpenyiku... 45 Gambar 2.12 Pasangan sudut yang saling bertolak belakang ... 46 Gambar 2.13 Contoh sudut yang saling bertolakbelakang ... 47 Gambar 1 Observasi di kelas 7A... 211 Gambar 2 Observasi di kelas 7B... 211 Gambar 3 Observasi di kelas 7C... 211 Gambar 4 Pengerjaan soal tes kelas 7B ... 211 Gambar 5 Pengerjaan soal tes kelas 7C ... 212 Gambar 6 Pengerjaan soal angket kelas 7A ... 212 Gambar 7 Pengerjaan soal angket kelas 7B ... 212 Gambar 8 Wawancara dengan siswa asrama ... 212 Gambar 9 -12 Observasi jam belajar di asrama ... 213


(25)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan masyarakat yang tersebar di berbagai kepulauan. Oleh karena itu, kebudayaan antar satu pulau dengan pulau lainnya pada umumnya menunjukkan perbedaan, seperti dalam hal adat istiadat, nilai-nilai, kebiasaan, cara hidup, dan sebagainya (Hamalik, 2007:100). Ciri khas manusia adalah kemampuannya dalam mendidik dan dididik melalui aktivitas pendidikan. Dalam masyarakat, unsur pendidikan dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan dan saling berkaitan.

Pendidikan adalah aktivitas dari kebudayaan dan merupakan aktivitas pembudayaan, di sisi lain kebudayaan menjelmakan aktivitas, sistem, dan struktur pendidikan. Dengan kebudayaan, proses terjadinya pendidikan ditampakkan secara nyata di tengah masyarakat luas. Pendidikan membantu seseorang semakin mengenal kebudayaan dan nilai-nilai luhur didalamnya. Oleh karena itu, baik masyarakat tradisional maupun modern selalu mengandung unsur pendidikan yang berusaha memperkenalkan dan membawa masyarakat ke arah kebudayaannya. Pendidikan juga bersifat mengawetkan kebudayaan, sehingga dapat membuat anak-anak menjadi manusia yang berbudaya (Hamalik, 2007:88). Heterogenitas tingkat pendidikan masyarakat Indonesia dapat dilihat pada masyarakat di seluruh kepulauan Indonesia (Sarbini, 2011:218). Hal tersebut dipengaruhi oleh kebudayaan setempat.


(26)

Kekuatan-kekuatan kultural dalam lingkungan mempengaruhi kesediaan dan kesiapan siswa untuk belajar dan cara-cara mereka belajar (Hamalik, 2009:20). Ada beberapa masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita yang semakin hari semakin kompleks. Masalah tersebut adalah masalah relevansi pendidikan, masalah kualitas, masalah efektivitas dan efisiensi, dan masalah daya tampung sekolah. Masalah lain yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah banyaknya minat lulusan SD yang hendak melanjutkan ke tingkat SLTP, padahal kondisi geografis, sosial, ekonomi mereka yang kurang mendukung, misalnya karena tempat tinggal mereka yang jauh berada di pedalaman atau pulau-pulau terpencil, atau kemampuan sosial ekonomi mereka yang rendah. Untuk memecahkan masalah perbedaan letak geografis, sosial, ekonomi, dan budaya, pemerintah memerlukan langkah-langkah yang inovatif, yaitu langkah yang menyediakan kesempatan belajar seluas-luasnya untuk mereka dengan biaya yang rendah tanpa mengurangi mutu pendidikan (Wina, 2008:322). Kecemasan orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya di tengah situasi dunia yang sangat maju, juga menjadi salah satu masalah yang harus dicari solusinya.

Salah satu solusi inovatif dalam memecahkan masalah pendidikan yaitu dengan mendirikan sekolah berasrama. Ada bermacam-macam asrama yang ada di masyarakat kita dengan berbagai kategori usia dan tujuan. Asrama dalam hal ini adalah salah satu kelompok yang menekankan pada pendampingan terhadap kaum muda dengan tinggal pada satu kompleks secara khusus dengan dipimpin oleh seorang kepala asrama/pengelola asrama. Proses


(27)

pendidikan yang berlaku didalamnya menyatukan unsur unsur pendidikan formal, informal, dan nonformal yang mencakup nilai-nilai religiusitas, humanitas, sosialitas, dan intelektualitas (SMA Pangudi Luhur Van Lith, 2003)

Model yang serupa dengan asrama adalah pesantren dan seminari. keduanya menekankan pada pendidikan yang khas dengan spiritualitas tertentu yang masing-masing mempunyai visi untuk menuju masa depan yang lebih baik dan cemerlang, dalam akademik maupun non akademik. Asrama menjadi alternatif untuk menanamkan nilai-nilai hidup secara holistik dan terpadu. Nilai-nilai tersebut misalnya, kedewasaan, kemandirian, kedisiplinan, keterbukaan untuk saling berbagi dan bekerjasama. Setelah lulus, mereka diharapkan dapat mengambil peran yang sesuai dengan tahap perkembangannya di tengah masyarakat dan keluarga. Asrama memiliki jadwal harian yang diharapkan mampu membantu siswa agar lebih fokus dan konsentrasi dalam belajar, juga melatih siswa untuk bijak dalam mengatur waktu dan menggunakan teknologi sehingga dapat mendapat nilai yang baik dalam mengikuti pelajaran di sekolah.

SMP St. Aloysius Turi adalah salah satu sekolah berasrama namun tidak mewajibkan semua siswanya untuk tinggal di asrama. Hal ini untuk menanggapi kecemasan orang tua dalam mencari pendidikan yang tepat bagi anak-anaknya namun jauh dari tempat tinggal. Apalagi dengan maraknya kemajuan teknologi, dunia pendidikan mempunyai tantangan tersendiri agar tetap berjalan sesuai visi dan misi pendidikan untuk menciptakan insan-insan yang cerdas dalam ilmu dan tetap beriman sehingga dapat menghasilkan


(28)

karya-karya yang semakin memanusiakan manusia agar tidak larut dalam arus teknologi dan globalisasi yang mendominasi perkembangan hidup setiap peserta didik.

Tantangan yang utama adalah bagaimana menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa sehingga menumbuhkan sikap yang antusias dan penuh semangat dalam pembelajaran baik di kelas maupun di asrama. Motivasi adalah daya dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk melakukan berbagai usaha dan aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan sikap adalah sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana individu berreaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap dan motivasi seperti koin, satu benda dimana satu sisi menjadi bagian dari sisi yang lain dan tidak terpisahkan. Sikap adalah perwujudan dari motivasi dan motivasi menjadi daya penggerak dalam sikap.

Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang cukup sulit oleh sebagian besar siswa. Anggapan ini berasal dari pengalaman siswa sejak menerima pelajaran matematika di bangku Sekolah Dasar (SD). Dalam matematika ada banyak simbol, rumus, hitungan, dan aturan. Jika sejak awal sudah ada rasa sulit memahami, takut salah dalam mencoba, dimarah guru kalau tidak bisa maka dalam perkembangan selanjutnyaakan membuat motivasi siswa untuk mencintai matematika menjadi berkurang. Kedua hal tersebut akan berpengaruh terhadap cara belajar matematika siswa. PR/tugas menjadi saran yang cukup efektif bagi para guru matematika agar siswa setelah di rumah


(29)

membuka kembali materi yang telah diajarkan. Seperti ada kalimat, “seorang anak yang dicaci, akan belajar untuk mencaci”, tentu kita tidak menginginkan hal ini terjadi. Maka, perlu mengenali bagaimana sikap, motivasi, dan cara belajar yang dimiliki siswa. Sehingga, dapat ditemukan tindakan yang tepat dalam membantu siswa untuk berprestasi lebih baik.

Garis dan sudut merupakan salah satu materi pembelajaran dalam mata pelajaran matematika SMP kelas VII semester II. Materi garis dan sudut telah dikenal siswa sejak Sekolah Dasar (SD), namun pemahaman tentang garis dan sudut di Sekolah Dasar (SD) masih sebatas konsep –konsep dasar yang masih dangkal. Di sekolah menengah pertama (SMP), pemahaman siswa tentang garis dan sudut akan diperdalam. Namun apabila bekal pemahaman siswa tentang konsep-konsep dasar garis dan sudut pada sekolah dasar belum dikuasai dengan baik, maka siswa akan kesulitan untuk memahami materi garis dan sudut di sekolah menengah pertama. Apabila siswa tidak ingin mendiskusikan materi garis dan sudut yang dirasa sulit, maka siswa akan lebih sulit dalam memahami materi lanjutan dari garis dan sudut. Sehingga memang perlu adanya diskusi bersama, bertanya jika mengalami kesulitan, dan kedisiplinan dalam belajar untuk mempermudah pemahaman siswa tentang materi garis dan sudut yang dirasa sulit.

Melalui pengamatan dan wawancara dengan beberapa siswa asrama dan pendamping asrama, waktu belajar disesuaikan dengan jadwal harian yang berlaku. Siswa asrama belajar mempergunakan waktu yang ada sesuai jadwal. Hal ini sebagai sarana untuk belajar bertanggung jawab dan untuk mencari cara


(30)

belajar yang efektif. Pembimbing asrama menyatakan bahwa prestasi belajar siswa asrama cukup baik, namun menurut guru mata pelajaran khususnya matematika, prestasi siswa asrama tidak semuanya baik. Selain itu, dari pengamatan diperoleh bahwa saat ada pembimbing pada jam belajar, mereka dapat belajar dengan tenang, sedangkan saat tidak ada pembimbing, jam belajar kurang dimanfaatkan dengan baik. Dengan latar belakang keluarga, lingkungan, dan daerah yang beragam, siswa asrama mempunyai cita-cita untuk berhasil dalam belajar dan dalam hidup bersama di asrama.

Penulis memandang perlu digali sikap dan motivasi belajar siswa yang dapat membuat siswa lebih teratur dan disiplin dalam menggunakan waktu belajar dengan pengelolaan waktu yang baik. hal ini diharapkan dapat menumbuhkan kebiasaan belajar yang baik dalam diri siswa dan hasil belajar yang baik, misalnya siswa mempunyai kelompok belajar yang heterogen saat di asrama bekerjasama dengan kakak kelas, masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 anggota kelompok. Pendamping asrama juga cukup kompeten dalam mata pelajaran SMP, misalnya untuk Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris. Jam belajar sesi I digunakan untuk belajar mandiri dan belajar sesi kedua untuk diskusi. Sehingga, waktu belajar yang ada menjadi efektif.

Saat di kelas, guru menyajikan materi dengan membagi siswa dalam kelompok, setelah itu anggota setiap kelompok belajar secara mandiri dalam kelompok menggunakan lembar kerja siswa dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Setelah diskusi kelompok selesai, guru mengevaluasi


(31)

anggota kelompok untuk mengetahui penguasaaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. Evaluasi ini dilaksanakan oleh guru setiap akhir pertemuan/akhir materi. Setiap siswa diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, berupa nilai kuis, ulangan, atau tugas.

Bagaimana sikap dan motivasi belajar siswa asrama, cara siswa asrama mengelola waktu belajar di asrama dan di kelas, dan prestasi belajar matematika siswa asrama di kelas, akan dipaparkan dalam tulisan ini dengan judul “Cara Belajar dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Asrama pada Pokok Bahasan Garis dan Sudut Kelas VII Semester II SMP St. Aloysius Turi, Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan di atas, ada beberapa hal yang dapat diidentifikasikan kemungkinan masalah sebagai berikut:

1. Banyak lulusan SD yang hendak melanjutkan pendidikan ke SLTP dengan kondisi geografis, sosial, dan ekonomi yang kurang mendukung.

2. Kecemasan orang tua dalam memberikan pendidikan yang tepat kepada anak yang jauh dari tempat tinggal dan di tengah situasi dunia yang sangat maju.

3. Relevansi asrama dalam menanamkan nilai-nilai hidup secara holisti dan terpadu.

4. Siswa asrama setelah lulus diharapkan dapat mengamalkan nilai-nilai hidup secara holistik dan terpadu.


(32)

6. Kehadiran pembimbing dan jadwal harian berpengaruh terhadap cara belajar siswa asrama.

7. Masih banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan bahkan menakutkan, sehingga membuat motivasi belajar siswa rendah yang berpengaruh pada sikap dan prestasi belajar siswa.

8. Cara siswa asrama dalam mengelola proses belajar baik di asrama maupun di kelas.

9. Siswa mempunyai cara belajar yang berbeda ketika di kelas dan di asrama 10. Perbedaan latar belakang dan lingkungan mempengaruhi cara belajar siswa

di asrama. C. Batasan Masalah

Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi dan keterbatasan peneliti dalam waktu, tenaga, dan biaya, maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa asrama kelas VII di SMP St.

Aloysius Turi tahun pelajaran 2013/2014.

2. Penelitian difokuskan pada sikap dan motivasi belajar matematika, cara siswa mengelola proses belajar, dan prestasi belajar matematika siswa asrama kelas VII SMP St. Aloysius Turi pada materi garis dan sudut.

3. Pelaksanaan penelitian diadakan pada jam pelajaran matematika dan jam belajar di asrama dan difokuskan pada siswa asrama kelas VII SMP St. Aloysius Turi.


(33)

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana sikap dan motivasi siswa asrama terhadap pelajaran matematika?

2. Bagaimana cara siswa asrama mengelola proses belajar baik di kelas maupun di asrama?

3. Bagaimana prestasi belajar siswa asrama pada materi garis dan sudut dalam pelajaran matematika di kelas?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Sikap dan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika

2. Cara siswa asrama mengelola proses belajar baik di kelas maupun di asrama

3. Prestasi belajar siswa asrama pada materi garis dan sudut dalam pelajaran matematika di kelas

F. Batasan Istilah

1. Prestasi belajar matematika

Pengertian prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika. Prestasi belajar matematika diukur dengan skor yang dicapai atau diperoleh dalam tes prestasi belajar matematika.


(34)

2. Sekolah Berasrama

Sekolah berasrama adalah suatu kesatuan antara lembaga untuk belajar dan mengajar dan tempat tinggal bagi siswanya. Kompleks ini dikhususkan untuk mendampingi kaum muda yang menyatukan unsur-unsur pendidikan formal dan informal. Sehingga, sekolah berasrama meliputi dua bidang yaitu bidang asrama dan bidang sekolah.

3. Sikap siswa terhadap pelajaran matematika

Sikap adalah keseluruhan tindakan dimana satu sama lain saling berhubungan. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan menentukan bagaimana individu berreaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap adalah reaksi dari adanya interaksi manusia dan obyek tertentu. Sikap siswa terhadap pelajaran matematika dalam penelitian ini dimaksud sebagai kecenderungan untuk menerima atau menolak berbagai kegiatan yang berkaitan dengan matematika.

4. Motivasi siswa terhadap pelajaran Matematika

Motivasi adalah usaha yang dapat meyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Motivasi siswa terhadap pelajaran matematika adalah daya penggerak atau serangkaian usaha dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pelajaran matematika dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar matematika demi mencapai tujuan yang diinginkan.


(35)

5. Cara belajar siswa

Cara belajar adalah kebiasaan yang telah dilakukan dalam jangka waktu tertentu dimulai dari keluarga dan lingkungan sekitar siswa dalam usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu. Siswa dapat menemukan keberanian, ketekunan, kenyamanan, dan pemahaman dalam proses pembelajaran jika sudah memiliki cara yang cukup efektif dalam belajar dan mengelola waktu belajar dengan baik.

G. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berguna, pengetahuan yang berharga, dan bekal bagi peneliti untuk terjun ke dunia pendidikan dan karya tarekat.

2. Bagi guru bidang studi matematika

Apabila diketahui adanya pengaruh antara cara belajar siswa asrama ketika di asrama dan di kelas terhadap prestasi belajar matematika dan faktor-faktor yang mempengaruhinya maka penelitian ini dapat dijadikan masukan atau pengetahuan sebagai pertimbangan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

3. Bagi sekolah

Setiap siswa punya dinamika tersendiri dalam menunjukkan eksistensi dirinya, maka penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengupayakan suatu metode yang sesuai dengan cara belajar siswa dalam pembelajaran.


(36)

4. Bagi Asrama

Dalam aneka situasi yang melatarbelakangi cara belajar siswa, penelitian ini dapat menjadi acuan dalam mengupayakan suatu dinamika hidup bersama yang tepat guna melalui tata hidup yang ada.

H. Sistematika Penulisan

Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang permasalahan yang dibahas, identifikasi, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Dalam bab II, terdapat beberapa teori yang menjadi landasan penelitian dan penulisan skripsi. Teori-teori tersebut meliputi, pengertian prestasi belajar matematika, sekolah berasrama, sikap siswa terhadap pelajaran matematika, motivasi siswa dalam belajar matematika, dan cara belajar siswa asrama. Dalam bab II juga dikemukakan kerangka berpikir peneliti.

Bab III menjelaskan tentang metodologi penelitian yang digunakan oleh penulis. Metodologi penelitian tersebut meliputi jenis, subyek penelitian, obyek penelitian. Data penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, serta validitas instrument dan teknik analisis data juga dijelaskan dalam bab ini. Deskripsi pelaksanaan penelitian, tabulasi data, serta analisis dan pembahasan hasil penelitian, khususnya jawaban atas rumusan masalah dideskripsikan dalam bab IV. Bab V merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran mengenai hasil penelitian ini.


(37)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Karakteristik Matematika

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan termasuk mata pelajaran yang sulit sehingga tidak mudah dikuasai oleh siswa. Matematika (Ali Hamzah, 2014:47) berasal dari kata mathema artinya pengetahuan, mathanein artinya berpikir atau belajar. Matematika memiliki aspek teori dan aspek terapan atau praktis dan penggolongannya atas matematika murni, matematika terapan, dan matematika sekolah. Matematika dikenal karena keabstrakannya di samping sedikit bentuk yang berangkat dari realita lingkungan manusia. Matematika banyak berkembang ketika ia diperlukan oleh teknologi. Maka, perlu bagi setiap orang untuk mengenal matematika, memahami peran dan manfaat matematika ke depan.

Pengertian matematika tidak didefinisikan secara mudah dan tepat mengingat ada banyak fungsi dan peranan matematika terhadap bidang studi yang lain. Kalau ada definisi tentang matematika, itu bersifat tentatif, tergantung kepada orang yang mendefinisikannya. Bila seseorang tertarik dengan bilangan maka ia akan mendefinisikan matematika adalah kumpulan bilangan yang dapat ia gunakan untuk menyelesaikan persoalan hitungan dalam perdagangan. Beberapa orang mendefinisikan matematika berdasarkan struktur matematika, pola pikir matematika, pemanfaatannya


(38)

pada bidang lain, dan sebagainya. Atas dasar pertimbangan itu maka ada beberapa definisi tentang matematika yaitu:

1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir 2. Matematika adalah ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak 3. Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan

hubungan-hubungannya

4. Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis

5. Matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan pada observasi (induktif) tetapi diterima generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian secara deduktif.

6. Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat akhirnya ke dalil atau teorema.

7. Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Menurut KBBI, Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan (2011). Dari banyaknya definisi di atas, terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkumnya secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah:


(39)

2. Bertumpu pada kesepakatan 3. Berpola pikir deduktif

4. Memiliki simbol yang kosong dari arti 5. Memperhatikan semesta pembicaraan 6. Konsisten dalam sistemnya

Kekhasan yang ada dalam matematika ini menyebabkan materi matematika tidak mudah untuk dipahami dan disenangi olah banyak orang sehingga seseorang tidak mudah untuk secara langsung menaruh minat terhadap mata pelajaran tersebut.

B. Prestasi Belajar Matematika

Kata prestasi belajar mengandung dua kata yakni “prestasi” dan “belajar” yang mempunyai arti berbeda.Menurut Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar (2011), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Mulyasa, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar. Prestasi adalah penilaian tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Menurut Masidjo (1995:40), prestasi belajar berarti hasil yang telah dicapai seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas. Dapat diartikan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai pada waktu tertentu dalam melakukan usaha supaya mendapat kemajuan


(40)

kegiatan belajar yang diukur dengan menggunakan tes yang telah distandarisasi.

Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik” (Djamarah, 2004:21). Belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya (KBBI 2013:189). Belajar merupakan kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku ke arah yang baik. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar (Hudojo, 1988:1). Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Muhibbin, 2003:63).

Jadi, secara umum, prestasi belajar adalah bukti usaha yang dapat dicapai, atau perubahan yang terjadi pada siswa dalam bidang pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sebagai hasil dari proses belajar (Winkel, 1996: 102). Pengertian prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika. Prestasi belajar matematika diukur dengan skor yang dicapai atau diperoleh dalam tes prestasi belajar matematika. Prestasi yang diperoleh berupa skor mengacu pada proses


(41)

belajarnya. Yang dinilai dalam proses belajar itu adalah bagaimana langkah-langkah berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika (Hudojo, 1988:8)

Skor siswa yang telah diperoleh dalam tes prestasi belajar matematika dimaknai sebagai tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman adalah proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan (2008:998). Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 246). W.S Winkel mendefinisikan pemahaman berdasarkan Taksonomi Bloom, yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk mengklasifikasikan tujuan instruksional. Dalam ranah kognitif berdasar Taksonomi Bloom yang telah diperbaharui terdapat aspek mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Ranah kognitif berdasar Taksonomi Bloom tersebut, dijelaskan dengan tabel berikut:

Tabel 2.1 Tabel Ranah Kognitif Berdasar Taksonomi Bloom yang telah direvisi

KOGNITIF KETERANGAN

1. Mengingat (K1) Kemampuan menyebutkan kembali informasi/pengetahuan

yang tersimpan dalam ingatan.

2. Memahami (K2) Kemampuan memahami instruksi dan menegaskan

pengertian/makna yang telah diajarkan baik dalam bentuk lisan, tertulis, maupun grafis/diagram.

3. Menerapkan(K3) Kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep dalam situasi tertentu.


(42)

Sumber:http://www.bppk.depkeu.go.id/webpkn/attachments/766_1Taksonomi %20Bloom%20-%20Retno-ok-mima.pdf

Ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi yang terdapat dalam tabel di atas dijelaskan sebagai berikut:

1. Pada tingkat mengingat (K1): siswa menjawab pertanyaan berdasarkan ingatan yang telah lampau saja. (contoh: menyebutkan arti taksonomi). 2. Pada tingkat memahami (K2): siswa dituntut untuk menyatakan masalah

dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu prinsip atau konsep. (contoh: merangkum materi yang telah diajarkan dengan kata-kata sendiri).

3. Pada tingkat menerapkan (K3): siswa dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam suatu situasi yang baru. (contoh: melakukan proses pembayaran gaji sesuai dengan sistem yang berlaku).

4. Pada tingkat menganalisis (K4): siswa diminta untuk memecahkan suatu masalah ke dalam beberapa bagian dan mencari keterkaitan dari tiap bagian bagaimana hal itu sampai menimbulkan permasalahan. (contoh: menganalisis penyebab meningkatnya harga pokok penjualan dalam laporan keuangan dengan memisahkan komponen-komponennya).

4. Menganalisis (K4) Kemampuan memisahkan konsep ke dalam beberapa komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh. 5. Mengevaluasi(K5) Kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma,

kriteria, atau patokan tertentu.

6. Mencipta (K6) Kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk yang utuh dan koheren, atau membuat sesuatu yang orisinil.


(43)

5. Pada tingkat mengevaluasi (K5): siswa memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yan g sudah ada untuk membuat kebijakan. (contoh: membandingkan hasil ujian siswa dengan kunci jawaban).

6. Pada tingkat mencipta (K6): siswa dituntut menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. (contoh: membuat rangkuman dengan mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber) (Sumber:http://www.ikippgrimadiun.ac.id/ejournal/sites/default/files/)

Untuk mengukur tingkat prestasi siswa berdasarkan tes prestasi belajar dapat disusun berdasarkan Taksonomi Bloom yang direvisi (tabel 2.1), ranah kognitif yang diamati dibatasi yaitu ranah mengingat (K1), memahami (K2), dan menerapkan (K3). Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar. Tes prestasi belajar dapat didefinisikan sebagai cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian hasil belajar, yang berbentuk tugas atau soal-soal yang harus dijawab sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi belajar subjek; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai standar tertentu, atau dapat pula dibandingkan dengan nilai-nilai yang berhasil dicapai oleh subjek lainnya (Anas, 2011:73).

C. Sekolah Berasrama

Zaman sekarang, hampir di setiap kota kita jumpai apa yang disebut asrama yang didirikan oleh suatu yayasan, sekolah, ataupun oleh perseorangan. Asrama adalah suatu rumah pemondokan yang agak besar,


(44)

yang menerima banyak anak/orang dan biasanya berkaitan dengan salah satu yayasan atau sekolah, yang mendirikan asrama itu mempunyai sesuatu tujuan tertentu. Dalam hal ini, maka kelompok yang diterima dalam asrama itu merupakan kelompok yang selektif (terpilih) yang mempunyai sifat-sifat kesamaan dalam berbagai hal, misalnya mengenai pandangan hidup, tingkat studi, umur, kepentingan, kebutuhan dan lain-lain. Berdasar ini pula, tiap-tiap asrama akan menunjukkan ciri yang khas pula yang berbeda satu dengan yang lain (Aryatmi, 1990:540)

Dalam KBBI (2011), asrama didefinisikan sebagai bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang kepala asrama. Sekolah menurut KBBI adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran menurut tingkatannya.

Sekolah berasrama adalah lembaga untuk belajar dan mengajar yang memiliki asrama, sebagai satu kompleks yang dikhususkan untuk mendampingi kaum muda dimana unsur-unsur pendidikan formal, informal, sosialitas, religiusitas, humanitas, dan intelektualitas disatukan menjadi suatu bentuk pendidikan yang terpadu (SMA Pangudi Luhur van Lith, 2003). Pendidikan yang diperoleh di sekolah dilanjutkan di asrama dan sebaliknya pendidikan yang tidak diperoleh di sekolah akan diberikan di asrama. Dengan demikian sekolah berasrama meliputi dua bidang yaitu bidang asrama dan bidang sekolah. Dalam sekolah berasrama tercakup kebutuhan hidup dan kebutuhan belajar (Kompas, 20 Mei 2014)


(45)

Menurut Ki Hajar Dewantara (Pedoman Asrama Universitas Negeri Malang, 2010), ada tiga pusat pendidikan, yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat. Asrama dapat mewakili dua pusat pendidikan, yaitu: keluarga dan masyarakat. Kehidupan di asrama dapat dipandang sebagai kehidupan keluarga. Dalam asrama terjadi interaksi antar warga asrama sebagaimana interaksi sesama saudara dan interaksi antara warga asrama dengan pembina sebagai interaksi antara anak dengan orang tua. Asrama juga dapat dipandang sebagai kehidupan masyarakat. Sejumlah warga asrama datang dari berbagai daerah, dari berbagai kultur, dengan karakteristik berbeda-beda. Interaksi kehidupan dalam heterogenitas warga seperti di atas dapat menggambarkan kehidupan masyarakat.

Pendidikan dengan kelengkapan asrama, merupakan bentuk pendidikan yang telah ada berabad-abad lamanya, telah digunakan di Indonesia seperti dalam wujud Pesantren PAI (Pendidikan Agama Islam). Pendidikan di Indonesia, banyak menekankan prinsip kekeluargaan dan gotong royong. Para pendidik bukan hanya berperan sebagai guru atau pengajar tetapi juga pemimpin, teman dan contoh atau model (Pedoman Asrama Universitas Negeri Malang).

Aryatmi (1990:542) menuliskan beberapa ciri-ciri kesamaan berbagai jenis asrama, antara lain:

1. Asrama meterima anak dari berbagai keluarga. 2. Anak-anak masuk ke asrama dengan tujuan tertentu.


(46)

Selain kesamaan di atas, ada pula perbedaan yang menyebabkan tidak dapat dihindari adanya sifat kompleks, diantaranya:

1. Latar belakang sosial kehidupan anak tidak sama. 2. Kehidupan kejiwaan, pendidikan, dan kepribadian. 3. Pandangan hidup.

Tujuan didirikannya asrama:

1. Melengkapi pendidikan di sekolah yang bersangkutan. 2. Memberi pendampingan pada perkembangan pribadi anak.

3. Memberi bimbingan berdasarkan suatu kepercayaan /pandangan hidup tertentu.

Tujuan orang tua/anak dalam memasuki asrama: 1. Untuk memperoleh perumahan selama masa studi 2. Agar anaknya memperoleh pendampingan yang baik 3. Untuk mendapat perumahan yang dekat dengan sekolah D. Pendidikan Dalam Keluarga

Keluarga secara universal dianggap sebagai sel utama dan sangat vital dari masyarakat. Tidaklah mungkin suatu masyarakat itu sehat tanpa keluarga yang sehat pula. Keluarga inti terdiri dari suami, istri yang bersatu dalam ikatan perkawinan bersama-sama dengan anak-anak yang lahir dari persatuan mereka. Keluarga, mempunyai akarnya dalam hakikat manusia dan yang telah terbukti selama berabad-abad menjadi landasan latihan atau pendidikan keutamaan-keutamaan (kebajikan) moral dan peradaban yang


(47)

memberi sumbangan bagi penghormatan terhadap sesama, solidaritas serta kesejahteraan umum masyarakat (Maurice, 2001:8).

Keluarga sebagai komunitas pendidikan yang utama dan mendasar, merupakan sarana yang istimewa bagi penerusan nilai-nilai agama dan budaya yang membantu seseorang memperoleh identitasnya sendiri. Keluarga adalah sarana yang paling efektif untuk memanusiakan dan mempribadikan masyarakat, memberikan keutamaan-keutamaan (kebajikan) dan nilai-nilai, menghormati hak-hak dan martabat pribadi, yang demikian penting bagi masyarakat modern yang anonim. Oleh karena itu, keluarga merupakan sekolah yang utama untuk kehidupan sosial, memberikan contoh dan rangsangan untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas (Maurice, 2001:13).

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia di mana ia belajar dan menyatakan dirinya sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Keluarga adalah suatu kesatuan sosial yang terkecil yang terdiri atas suami, isteri, dan jika ada anak-anak dan didahului oleh perkawinan (Suardiman, 1990:120). Keluarga adalah lingkungan hidup pertama dan utama bagi setiap anak (Aryatmi, 1990:513). Keluarga menurut Fachtiah (2009:47) adalah dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan mempunyai ikatan darah, pernikahan, kekerabatan dan atau pengadopsian yang didalamnya terdapat suatu sistem yang saling mengikat satu sama lain seperti adanya aturan-aturan, perbedaan budaya, dan perbedaan peran setiap anggota.


(48)

Keluarga adalah lingkungan dimana seorang anak untuk pertama kalinya mengenal orang-orang disekitarnya sebelum berafiliasi ke masyarakat secara luas. Keluarga adalah tempat seseorang bergantung, baik secara ekonomi maupun untuk kehidupan lainnya, sekaligus juga berperan dominan dalam menentukan dan mengambil suatu keputusan (Fatchiah, 2009:46).

E. Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Matematika

Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut “attitude” digunakan untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Attitude atau sikap timbul dari adanya interaksi manusia dan obyek tertentu. Sikap tidak hanya sesuatu tindakan atau jawaban-jawaban tertentu dari seseorang akan tetapi keseluruhan tindakan dimana satu sama lain saling berhubungan (Suardiman, 1990:60). Sikap dapat dipandang sebagai (1) kesiapan bereaksi terhadap suatu objek (stimulus) dengan cara-cara tertentu dan (2) konstelasi dan komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku (Kartika, 2008:44).

Menurut Slameto (2010: 188), sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana individu berreaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek yang disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang mempunyai sikap positif terhadap suatu obyek yang dipandang bernilai baginya dan orang akan bersikap negatif terhadap obyek


(49)

yang dianggapnya tidak bernilai atau merugikannya. Sikap oleh Secord dan Backman (Azwar, 2013:15) didefinisikan sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

Ada hubungan yang erat antara perasaan siswa dan sikap siswa terhadap pengalaman belajar di sekolah, baik terhadap seluruh atau salah satu mata pelajaran tertentu. Perasaan siswa yang satu dengan yang lain berbeda-beda, sehingga sikap merekapun akan berbeda-beda terhadap suatu obyek. Sikap siswa terhadap pelajaran matematika adalah kecenderungan untuk menerima atau menolak berbagai kegiatan yang berkaitan dengan matematika. Penerimaan terhadap pelajaran matematika dapat ditunjukkan melalui keberanian siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan ketekunan siswa untuk mengikuti seluruh proses pembelajaran dnegan utuh. Sikap mengandung tiga komponen (Slameto, 2010: 188) yaitu:

1. Aspek kognitif

Aspek kognitif memuat kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Kepercayaan tersebut datang dari apa yang telah dilihat dan diketahuinya. Berdasarkan apa yang telah dilihatnya itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu obyek. Tapi kadang-kadang, kepercayaan dapat terbentuk karena kurang adanya informasi yang benar mengenai obyek yang dihadapinya. Dalam belajar


(50)

matematika, aspek kognitif berupa apa yang dipikirkan, diidekan dan dipercayai oleh pemilik sikap mengenai matematika.

2. Aspek afektif

Aspek afektif menunjukkan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Reaksi emosional yang merupakan aspek afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar bagi obyek termaksud. Dalam belajar matematika, aspek afektif berupa apa yang dirasakan oleh pemilik sikap dalam emosinya terhadap matematika.

3. Aspek konatif

Aspek konatif menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya. Dalam matematika, aspek konatif berupa kesediaan bertingkah laku atau kecenderungan berbuat terhadap matematika.

Faktor-faktor yang membentuk sikap, antara lain (Slameto, 2010: 189) adalah pengalaman, imitasi, sugesti, dan identifikasi. Sedangkan menurut Kompetensi sikap dalam kurikulum 2013, mencakup sikap spiritual dan sikap sosial. Berikut ini beberapa sikap sosial yang terdiri dari beberapa aspek pembentuknya yaitu:

1. Jujur adalah perilaku yang menunjukkan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Indikatornya: mengerjakan sendiri, menuliskan hasil percobaan, menyimpulkan hasil percobaan


(51)

2. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada ketentuan dan peraturan. Indikatornya: tepat waktu, taat aturan, kehadiran

3. Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Indikatornya: menyiapkan alat, membersihkan alat, mengembalikan alat, mengganti kerusakan/hilang.

4. Peduli/toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Indikatornya: membantu teman, memberitahu teman, tidak mengganggu teman.

5. Kerjasama adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas. Indikatornya: menyumbangkan ide/pendapat, meminta pendapat, mempertahankan dan menyatakan pendapat, menghargai pendapat orang lain, menjadi penengah perbedaan pendapat, membagi tugas, dan mendiskusikan.

6. Sopan santun: adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa maupun tingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif artinya norma kesantunan yang diterima bisa berbeda-beda diberbagai tempat, lingkungan atau waktu. Indikatornya: menghormati, berkata dengan sopan dan ramah, meminta ijin jika menggunakan barang orang lain.


(52)

7. Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Indikatornya: berani berpendapat, berani bertanya atau menjawab pertanyaan, membuat keputusan dengan cepat, tidak mudah putus asa, tidak canggung dalam bertindak.

Dalam penelitian ini yang menggunakan beberapa dari aspek sikap di atas, yang dimaksud dengan sikap siswa terhadap matematika adalah kecenderungan untuk menerima atau menolak berbagai kegiatan yang berkaitan dengan matematika. Kecenderungan tersebut dapat terlihat dari keinginannya untuk tahu atau belajar lebih banyak dan dari kemauannya untuk lebih terlibat atau melibatkan diri dalam belajar matematika. Semakin siswa banyak melibatkan diri dalam berbagai kegiatan matematika berarti semakin positif sikapnya, semakin siswa enggan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan matematika berarti semakin negatif sikapnya.

F. Cara Belajar Siswa

Cara (kamus Pelajar, 2011) adalah adat, kebiasaan, jalan (aturan) untuk melakukan sesuatu. Sedangkan belajar (KBBI, 2011) adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi, cara siswa adalah adat kebiasaan yang telah digunakan dalam jangka waktu tertentu dimana dengan kebiasaan tersebut siswa dapat menemukan keberanian, ketekunan, kenyamanan, dan pemahaman dalam proses pembelajaran.


(53)

Banyak siswa (Djamarah, 2011:81) melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

Dalam belajar (Djamarah, 2011:38), seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Setiap situasi dimanapun dan kapanpun memberikan kesempatan belajar kepada seseorang. Berikut ini beberapa contoh aktivitas belajar: mendengarkan, memandang, meraba/menyentuh, membau, mencecap, menulis/mencatat, membaca, membuat ringkasan, mengamati tabel/diagram/bagan, menyusun paper, mengingat, berpikir, latihan atau praktek.

Belajar akan lebih bermakna apabila kegiatan itu terpola dalam perbuatan individu yang sedang belajar. Belajar merupakan suatu proses sehingga tidak bisa langsung jadi. Cara belajar yang baik akan menjadi kebiasaan yang positif. Kebiasaan belajar yang baik bukan bakat yang dibawa sejak lahir melainkan merupakan kecakapan yang dapat dimiliki


(54)

setiap orang melalui latihan. Bloom mengatakan bahwa jumlah waktu yang dihabiskan untuk belajar sangat kuat hubungannya dengan prestasi belajar yang dicapai sekaligus menunjukkan minat dan sikap seseorang dalam belajar.

Cara belajar matematika menurut Hudojo (1988:5-7) adalah seluruh perilaku siswa yang ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam mempelajari matematika, baik perilaku sebelum menerima pelajaran matematika, sewaktu menerima pelajaran matematika, setelah menerima pelajaran matematika, dan dalam menghadapi ulangan atau tes matematika.

Menurut Surakhmad (1982:61) ada beberapa kebiasaan dalam belajar. Pertama, kebiasaan sebelum mengikuti pelajaran matematika yang ditunjukkan dengan mempelajari materi pelajaran sebelum materi tersebut dibahas oleh guru. Selain itu, dengan mengulang kembali materi yang telah dibahas oleh guru dan mencatat persoalan/pertanyaan untuk ditanyakan pada guru. Kedua, kebiasaan yang selama mengikuti pelajaran matematika seharusnya adalah memperhatikan kata-kata pengantar dari guru ketika memulai pelajaran, sehingga siswa akan mempunyai gambaran tentang pelajaran yang akan dibahas oleh guru. Selain itu, memperhatikan penjelasan guru dan mencatat bahan pelajaran yang diberikan oleh guru (hal-hal yang penting). Apabila perlu, bertanya pada guru tentang hal yang kurang dimengerti dan sedapat mungkin tidak menunda-nunda pertanyaan tersebut.


(55)

Ketiga, kebiasaan yang perlu dikembangkan setelah mengikuti pelajaran matematika sebaiknya adalah mengulangi kembali apa yang telah dipelajari agar bahan pelajaran yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Siswa dapat juga mempelajari sejenak materi yang dipelajari hari ini sambil melengkapi catatan, membuat ringkasan, mencatat pertanyaan, dan mengerjakan tugas/PR. Keempat, kebiasaan dalam menghadapi ulangan atau tes matematika terdiri dari beberapa hal yakni keseriusan siswa dalam belajar saat tidak ada ulangan matematika. Siswa dipersiapkan jauh-jauh hari dengan mempelajari bahan untuk menghadapi ulangan matematika, bukan sistem “kebut semalam”.

Siswa (Slameto, 2010:73) dapat dibantu dalam mengelola waktu belajar yang dimilikinya dengan cara belajar yang efektif. Berikut ini dibahas bagaimana cara belajar yang efektif. Berikut ini dibahas bagaimana cara belajar yang efektif.

1. Ada yang membimbing dan mengarahkan 2. Memperhatikan kondisi dan strategi belajar

a. Kondisi internal: yaitu kondisi yang ada dalam diri siswa itu sendiri misalnya, kesehatannya, keamanannya, dan sebagainya. b. Kondisi eksternal: adalah kondisi yang ada di luar pribadi manusia,

misalnya kebersihan rumah, penerangan, dan keadaan lingkungan yang lain.


(56)

c. Strategi belajar adalah cara yang digunakan agar belajar menjadi efektif dan efisien. Hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan jasmani, emosional dan sosial, keadaan lingkungan, saat memulai belajar, saat belajar, membuat rencana kerja sesuai waktu, ada kontrol, sikap optimistis, konsentrasi, cara membaca dan memahami isi buku.

3. Metode Belajar

Metode adalah cara/jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan. Cara untuk mencapainya akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang mempengaruhi belajar yang disebutkan sebagai berikut.

a. Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya b. Membaca dan membuat catatan

c. Mengulangi bahan pelajaran d. Konsentrasi

e. Mengerjakan tugas

G. Motivasi Siswa Terhadap Pelajaran Matematika

Dari Kamus Pelajar (2011), motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Secara psikologi, motivasi adalah usaha yang dapat meyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau


(57)

mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Eysenck merumuskan motivasi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap, dan sebagainya (Slameto, 2010:170).

Motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Hilgard (Wina, 2008:250) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertantu. Jadi, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk melakukan berbagai usaha dan aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi dengan kegiatan belajar siswa sangat berkaitan erat, karena motivasi berperan memberikan dorongan ke dalam diri siswa untuk belajar. Motivasi siswa terhadap pelajaran matematika adalah daya penggerak atau serangkaian usaha dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pelajaran matematika dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar matematika demi mencapai tujuan yang diinginkan.

Slameto membedakan motivasi menjadi dua golongan yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (2010:173).


(58)

1. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, seperti (Winkel, 1996:150):

a. Perasaan senang: keadaan batin yang muncul ketika berhasil menghadapi tantangan atau kesulitan.

b. Kemauan: keinginan/kehendak untuk melakukan sesuatu yang dipengaruhi oleh hal baru, mengejutkan, unik, dan menarik

c. Kecerdasan: perkembangan akal budi yang berkaitan dengan kepandaian dan ketajaman pikiran.

d. Kemandirian: tidak bergantung pada orang lain, dapat berdiri sendiri, melaksanakan tugas dengan target yang jelas, memiliki tujuan yang jelas dan menantang.

e. Kepercayaan diri: keyakinan bahwa yang dipercayai/diperbuat itu benar dan sesuai dengan harapannya, berusaha mengungguli orang lain.

contoh:

Seseorang yang senang matematika, tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin latihan soal-soal matematika, mencari buku-buku matematika untuk dipelajari, karena ia ingin mendapat pengetahuan, keterampilan tentang matematika bukan karena ingin mendapat mendapat pujian teman dan guru.


(59)

2. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada rangsangan dari luar. Yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain:

a. Belajar karena kewajiban: hal yang tidak bisa dihindari

b. Menghindari hukuman: menghindari ganjaran atas penolakan/perbuatan yang kurang baik

c. Hadiah/pujian: kebutuhan akan perhatian, dorongan, hubungan antarpribadi.

d. Gengsi sosial: kebutuhan akan pengakuan orang lain dan keinginan pemenuhan diri

e. Tuntutan materi: kebutuhan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan penghargaan, aktualisasi diri, dan memiliki keinginan untuk berprestasi sebaik mungkin.

Contoh:

Seseorang yang melakukan kegiatan belajar matematika karena besok paginya akan ulangan dengan harapan mendapat nilai baik sehingga akan mendapat hadiah atau pujian dari orang tuanya.

Pembelajaran akan berhasil ketika siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru yang baik akan berusaha mendorong siswa untuk beraktivitas mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, motivasi siswa terhadap pelajaran matematika sebagai data penggerak atau serangkaian usaha dalam diri siswa siswa untuk melakukan


(60)

aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pelajaran matematika dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar matematika demi mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

H. Keadaan Lingkungan Sekitar Siswa

Dalam KBBI (2011), keadaan diartikan sebagai sifat, perihal, suasana, situasi yang sedang berlaku. Sedangkan lingkungan adalah semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan. Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Suatu situasi yang dihadapi siswa setiap hari yang akan mempengaruhi gerak dan dinamika siswa dalam kehidupan sehari-hari. Situasi yang ada dapat membuat siswa giat belajar atau sebaliknya (Slameto, 2010:71). Lingkungan adalah ruang dan waktu yang menjadi tempat eksistensi manusia.

Dalam konsep ajaran pendidikan, lingkungan yang baik adalah lingkungan yang kondusif dan strategis untuk melaksanakan proses pembelajaran. Lingkungan pendidikan terdiri atas tiga macam yaitu:

1. Lingkungan keluarga:

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dalam proses pendidikan. Selain itu, lingkungan keluarga merupakan dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Namun tidak semua pendidikan dapat dilaksanakan oleh keluarga, terutama dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan. Kondisi lingkungan keluarga yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang salah satunya adalah keadaan ekonomi orang tua siswa. Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting


(61)

karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya (Ahmadi dan Supriyono, 1991:83).

2. Lingkungan Sekolah

Merupakan tempat bekal keahlian dan ilmu pengetahuan 3. Lingkungan masyarakat

Merupakan tempat praktik dari bekal yang diperoleh dalam keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan (Tatang, 2012: 154).

Masyarakat merupakan lingkungan yang paling luas dan menantang. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat dimulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar pendidikan sekolah. Dengan demikian, pengaruh lingkungan tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan (Tatang, 2012:158).

I. Materi Pembelajaran Garis dan Sudut 1. Garis

Garis (Diktat UNM), adalah himpunan titik-titik pada bidang atau dalam ruang. Titik tidak didefinisikan, tidak berbentuk dan tidak mempunyai ukuran. Titik merupakan suatu ide yang abstrak karena tidak mempunyai ukuran, tidak memiliki panjang, lebar, ataupun tebal, memiliki letak


(62)

(posisi). Dalam Nuharini, (2008: 200) garis merupakan bangun paling sederhana dalam geometri, karena garis adalah bangun berdimensi satu. Perhatikan garis AB pada gambar 2.1. Di antara titik A dan B dapat dibuat satu garis lurus AB. Di antara dua titik pasti dapat ditarik satu garis lurus.

Gambar 2.1

a. Kedudukan dua garis 1) Dua garis sejajar

dua garis atau lebih dikatakan sejajar apabila garis-garis tersebut terletak pada satu bidang datar dan tidak akan pernah bertemu atau berpotongan jika garis tersebut diperpanjang sampai tak berhingga.

Gambar 2.2

2) Dua garis berpotongan

Dua garis dikatakan saling berpotongan apabila garis tersebut terletak pada satu bidang datar (garis AB dan CD) dan mempunyai satu titik potong.

Gambar 2.3

A

B

m n

A B

C


(63)

3) Dua garis berimpit

Dua garis dikatakan saling berimpit apabila garis tersebut terletak pada satu garis lurus, sehingga hanya terlihat sebagai satu garis lurus saja

4) Dua garis bersilangan

Dua garis dikatakan bersilangan apabila garis-garis tersebut tidak terletak pada satu bidang datar dan tidak akan berpotongan apabila diperpanjang.

Gambar 2.5 menunjukkan sebuah balok ABCD.EFGH. perhatikan garis AC dan garis HF. Tampak kedua garis tersebut tidak terletak pada satu bidang datar. Garis AC terletak pada bidang ABCD, sedangkan garis HF terletak pada bidang EFGH. Jika kedua garis tersebut diperpanjang, keduanya tidak akan bertemu atau tidak punya titik potong. Kedudukan garis yang demikian dinamakan pasangan garis yang saling bersilangan.

Gambar 2.5

A C

B D

F

D

A H

G E

B C


(64)

b. Garis horisontal dan garis vertikal

Arah garis horisontal mendatar dan arah garis vertikal tegak lurus dengan garis horisontal.

c. Sifat-sifat garis sejajar

1) Melalui satu titik di luar sebuah garis dapat ditarik tepat satu garis yang sejajar dengan garis itu.

2) Jika sebuah garis memotong salah satu dari dua garis yang sejajar maka garis itu juga akan memotong garis yang kedua.

3) Jika sebuah garis sejajar dengan dua garis lainnya maka kedua garis itu sejajar pula satu sama lain.

2. Sudut

a. Pengertian

Sudut adalah daerah yang dibentuk oleh pertemuan antara dua buah sinar atau dua buah garis lurus

b. Besar suatu sudut dapat dinyatakan dalam satuan derajat (0), menit (‘), dan detik (“) dengan hubungan diantara ketiganya sebagai berikut:

1 derajat = 60 menit, dinotasikan 10= 60’ 1 menit = 60 detik, dinotasikan 1’ = 60”

10adalah besarnya sudut yang dihasilkan oleh perputaran sejauh

360 1

Keliling lingkaran. Jadi, 10=

360 1


(65)

c. Penjumlahan dan pengurangan dalam satuan sudut

Untuk menjumlahkan atau mengurangkan satuan sudut, masing-masing satuan derajat, menit, dan detik harus diletakkan dalam satu jalur.

contoh:

Tentukan hasil penjumlahan satuan sudut berikut ini. 1) 24046’ + 57035’ 2) 18056’48” + 29027’36”

Penyelesaian:

Gunakan cara bersusun pendek sebagai berikut

1) 2)

3. Menggambar dan Memberi Nama Sudut a. Mengukur Besar Suatu Sudut

Langkah-langkah dalam mengukur besar suatu sudut sebagai berikut. Perhatikan Gambar 2.6 berikut

' 21 82 ' 21 1 81 ) ' 21 ' 60 ( 81 ' 81 81 ' 81 81 ' 35 57 46 24 0 0 0 0 0 0 0 ' 0          " 24 ' 24 48 " 36 ' 27 29 " 48 56 18 " 24 ' 24 48 " 24 ) ' 1 ' 23 ( ) 1 47 ( ) " 24 ' 1 ( ) ' 23 1 ( 47 ) " 24 " 60 ( ) ' 23 ' 60 ( 47 " 84 ' 83 47 " 84 ' 83 47 " 36 ' 27 29 " 48 ' 56 18 0 0 ' 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0                     Jadi O A B

Jadi, 18056’48” + 29027’36” = 48024’24”

Jadi, 24046’ + 57035’= 82021’


(66)

1) Letakkan busur derajat pada sudut AOB sehingga

(a) Titik pusat lingkaran busur derajat berimpit dengan titik O (b) Sisi horisontal busur derajat berimpit dengan sinar garis OA 2) Perhatikan angka nol (0) pada busur derajat yang terletak pada

garis OA. Jika angka nol berada pada skala bawah, perhatikan angka pada skala bawah yang terletak pada kaki sudut OB. Dari gambar tampak bahwa garis OB terletak pada angka 750. Jadi, besar sudut AOB = 750.

b. Menggambar Besar Suatu Sudut

Misalkan kita akan melukis sudut PQR yang besarnya 600. Langkah-langkah untuk melukis sudut PQR yang besarnya 600sebagai berikut: 1) Buatlah salah satu kaki sudutnya yang horisontal, yaitu kaki

sudut PQ

2) Letakkan busur derajat sehingga

(a) Titik pusat lingkaran busur derajat berimpit dengan titik Q (b) Sisi lurus busur derajat berimpit dengan garis PQ

3) Perhatikan angka nol (0) pada busur derajat yang terletak pada garis PQ.

Jika angka nol (0) terletak pada skala bawah maka angka 60 yang berada dibawah yang digunakan.

Jika angka nol (0) terletak pada skala atas maka angka 60 yang berada di atas yang digunakan. Berilah tanda pada angka 60 dan namakan titik R.


(67)

4) Hubungkan titik Q dan R. daerah yang dibentuk oleh garis PQ dan QR adalah sudut PQR dengan besar PQR = 600.

4. Jenis-jenis sudut

Secara umum, ada lima jenis sudut, yaitu: a. Sudut siku-siku : sudut yang besarnya 900 b. Sudut lurus : sudut yang besarnya 1800

c. Sudut lancip : sudut yang besarnya antara 00dan 900 d. Sudut tumpul : sudut yang besarnya antara 900dan 1800 e. Sudut refleks : sudut yang besarnya lebih dari 1800dan

kurang dari 3600 5. Hubungan Antarsudut

a. Pasangan sudut yang saling berpelurus (bersuplemen) Perhatikan Gambar 2.8

Pada gambar di atas, garis AB merupakan garis lurus, sehingga besar AOB = 1800. Pada garis AB, drai titik O dibuat garis melalui C, sehingga terbentuk sudut AOC dan sudut BOC. Sudut AOC

O A

a0

C

B

b0

R

P Q

Gambar 2.8 Gambar 2.7


(68)

merupakan pelurus atau suplemen dari sudut BOC. Demikian pula sebaiknya, BOC merupakan pelurus atau suplemen AOC, sehingga diperoleh

AOC +BOC =AOB 0 0 0 180  b a

Atau dapat ditulis a0 1800 b0 dan b0 1800 a

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: jumlah dua sudut yang saling berpelurus (bersuplemen) adalah 1800. Sudut yang satu merupakan pelurus dari sudut yang lain.

Contoh:

Perhatikan gambar di samping. Hitunglah nilai a0 dan tentukan pelurus dari suduta0.

Gambar 2.9

Penyelesaian:

Berdasarkan gambar diperoleh bahwa

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 144 36 180 36 5 180 180 5 180 2 3         a sudut Pelurus a a a a

b. Pasangan sudut yang saling berpenyiku (berkomplemen) Perhatikan Gambar

3a02a0


(69)

Pada gambar di samping terlihat PQR merupakan sudut siku-siku, sehingga besar PQR = 900.

Jika pada PQR ditarik garis dari titik sudut Q, akan membentuk dua sudut yaitu sudut PQS dan sudut RQS. Dalam hal ini dikatakan bahwa PQS merupakan penyiku (komplemen) dari RQS, demikian pula sebaliknya. Sehingga diperoleh:

0 0 0

90

  y

x

Denganx900 y0dan y0 900 x0

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Jumlah dua sudut yang saling berpenyiku (berkomplemen) adalah 900. Sudut yang satu merupakan penyiku dari sudut yang lain.

Contoh: Perhatikan gambar di samping. a. Hitunglah nilaix0

b. Berapakah penyiku sudutx0. c. Berapakah pelurus dari penyikux0 Penyelesaian:

Berdasarkan gambar diperoleh bahwa y0

x0

Q P

dan

3x0 x0

Gambar 2.11 Gambar 2.10


(70)

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 112 2 1 67 180 . 2 1 67 2 1 22 90 . 144 36 180 2 1 22 4 90 90 4 90 3 .              adalah x penyiku dari Pelurus c x dari Penyiku b a sudut Pelurus x x a x a

c. Pasangan sudut yang saling bertolak belakang

Perhatikan Gambar 2.12

Pada gambar di atas, garis KM dan LN saling berpotongan di titik O. Dua sudut yang letaknya saling membelakangi disebut dua sudut saling bertolak belakang, sehingga diperoleh

KON bertolak belakang dengan LOM; dan NOM bertolak belakang dengan KOL.

Bagaimana besar sudut yang saling bertolak belakang? Agar dapat menjawabnya, perhatikan uraian berikut.

KOL + LOM = 1800(berpelurus)

LOM = 180 - LOM………..(i)

NOM + MOL = 1800(berpelurus)

NOM = 1800- MOL………(ii)

L K O N M Gambar 2.12 Pelurus sudut b. Penyiku dari


(71)

Dari persamaan (i) dan (ii) diperoleh KOL = NOM = 1800- LOM Jadi, besar KOL = besar NOM

Dengan cara yang sama, dapat dibuktikan bahwa

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Jika dua garis berpotongan maka dua sudut yang letaknya saling membelakangi titik potongnya disebut dua sudut yang bertolak belakang. Dua sudut yang saling bertolak belakang adalah sama besar.

contoh:

Gambar 2.13

Perhatikan gambar di atas. Diketahui besar SOP = 450

. Tentukan besar a.

b. c.

Penyelesaian: Diketahui:

SOP = 450

a. ROQ = SOP( bertolak belakang) = 450

S

P

O

Q R


(1)

(2)

(3)

(4)

27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47.

Gambar 1 Observasi kelas VIIA Gambar 2 Observasi kelas VIIB


(5)

48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62.

Gambar 5 Pengerjaan soal tes kelas 7C

Gambar 7 Pengerjaan Soal Angket kelas 7B

Gambar 6 Pengerjaan soal angket kelas 7A


(6)

63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80.

Gambar 9 Observasi jam belajar di asrama Gambar 10 Observasi jam belajar di asrama