226
8.8. Keselamatan Kerja Las Busur Nyala Listrik Sengatan energi listrik dari elektroda ataupun
instalasi kabel, mesin las dapat membahayakan jiwa.
Pergunakan sarung tangan dan pelindung badan appron yang kering dan utuh.
Jangan memegang elektrode dan komponen elektrik yang sedang bekerja dengan tangan
kosong.
Pergunakan insulator untuk melindungi diri dari sengatan listrik saat mengelas. Gunakan
perlengkapan insulator yang kering dan terbuat dari bahan karet, kayu atau bahan lainnya yang
dapat melindungi kita dari kontak langsung dengan lantai dan benda kerja.
Cabut hubungan sumber tenaga listrik pada saat akan melakukan perbaikan pada mesin las.
Secara rutin periksa kondisi kabel dari kerusakan, dan segera perbaiki atau ganti bagian
kabel yang rusak. Pastikan instalasi mesin las sudah dilakukan
dengan benar sesuai manual dan jaringan listrik yang ada.
Asap pengelasan dapat membahayakan kesehatan.
Pada saat mengelas, usahakan jangan menghirup asap pengelasan. Lakukan
pengelasan pada area kerja yang berventilasi cukup, atau bila perlu tambahkan instalasi
penghisap asap pengelasan pada tempat kerja.
Di unduh dari : Bukupaket.com
227
Proses pengelasan berpotensi menimbulkan kebakaran ataupun ledakan.
Jangan melakukan pengelasan di dekat material yang mudah terbakar. Jarak minimal posisi
pengelasan dengan material yang mudah terbakar adalah 35 feet 11 meter. Lakukan
pengelasan di tempat lain, atau pindahkan material yang mudah terbakar tersebut.
Percikan nyala las dapat menyebabkan kebakaran. Selalu sediakan alat pemadam
kebakaran di area kerja. Pastikan alat tersebut selalu dalam kondisi siap pakai.
Jangan melakukan pengelasan pada drum, tangki, ataupun wadah tertutup lainnya tanpa
persiapan dan pemeriksaan keamanannya terlebih dahulu.
Radiasi busur nyala listrik dapat menyebabkan rasa terbakar pada mata dan
kulit.
Pergunakan topeng las yang benar dan dalam kondisi baik.
Pakailah pakaian pelindung badan secara komplet.
Di unduh dari : Bukupaket.com
228
Benda kerja dan perlengkapan mengelas yang panas dapat mengakibatkan rasa terbakar.
Jangan menyentuh benda kerja yang masih panas setelah proses pengelasan dengan tangan
kosong. Pergunakan alat penjepit benda kerja yang sesuai untuk memindahkan benda kerja.
Biarkan benda kerja maupun perlengkapan mengelas mengalami proses pendinginan
sebelum dipindahkan ataupun digunakan lagi.
Tugas dan pertanyaan: 1. Lakukan pengamatan berkelompok pekerjaan mengelas busur
nyala listrik di bengkel las terdekat dari sekolah Anda 2. Bagaimanakah prosedur melaksanakan pengelasan busur nyala
listrik? 3. Jelaskan keselamatan kerja dalam melaksanakan pengelasan
busur nyala listrik
Di unduh dari : Bukupaket.com
229
erdapat banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih proses penyambungan logam meliputi : kekuatan
dan keawetan, karakter fisik komponen yang akan digabungkan, bentuk sambungan, dan tingkat produksi yang
diinginkan. Pematrian ialah suatu metode penyambungan bahan logam di bawah pengaruh panas dengan pertolongan bahan tambah logam atau
campuran logam. Bahan tambah biasa disebut patri merupakan bahan logam atau campuran logam yang mudah melebur karena mempunyai titik
lebur di bawah titik lebur bahan logam yang akan disambungkan.
Gambar 9.1. Teknik Pematrian
T
T T
T e
e e
k k
k n
n n
i i
i k
k k
P P
P e
e e
m m
m a
a a
t t
t r
r r
i i
i a
a a
n n
n
Di unduh dari : Bukupaket.com
230
Tabel di bawah ini menunjukkan keistimewaan masing-masing metode penyam-bungan logam berdasarkan beberapa faktor pertimbangan.
Tabel 9.1. Pertimbangan dalam Memilih Metode Penyambungan Logam
Pematrian Pertimbangan
Sambungan Mekanis
Sambungan Adhesif
Pengelasan Patri Lunak
Patri Keras
Ekonomi BEST
BETTER GOOD
BETTER BETTER
Kekuatan GOOD
GOOD BEST
BETTER BEST
Energi yang digunakan
BEST BETTER
GOOD BETTER
BETTER Pengontrolan
GOOD GOOD
BEST BETTER
BEST Fleksibilitas
GOOD GOOD
BETTER BETTER
BEST Untuk aplikasi pada umumnya, teknik pematrian terutama patri keras merupakan solusi yang
terbaik.
Seperti ditunjukkan pada tabel di atas, terdapat beberapa metode yang digunakan untuk melakukan penyambungan logam, yaitu:
sambungan mekanis contohnya: baut, rivet, sambungan adhesif, pengelasan, dan pematrian patri lunak dan patri keras. Semua metode di
atas masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pematrian pematrian keras atau pengelasan cocok digunakan pada penyambungan logam apabila kekuatan dan keawetan sambungan
menjadi pertimbangan utama. Apabila kekuatan sambungan tidak begitu dipentingkan, atau sambungan yang dibutuhkan tidak bersifat permanen,
maka pematrian lunak, sambungan adhesif atau sambungan mekanis merupakan pilihan yang lebih cocok.
Bahan logam yang akan disambungkan tidak ikut melebur, melainkan hanya terjaring oleh bahan patri yang meleleh. Sambungan
bahan logam terjadi akibat lekatan erat ikatan patri pada bidang sambungan, yang tidak dapat dilepaskan tanpa dipanaskan ulang atau
dirusak. Pembentukan oksida yang mengganggu pada bidang pematrian dapat dicegah dengan bahan pelumer atau pelindung.
Di unduh dari : Bukupaket.com
231
Gambar 9.2. Prinsip Pematrian Pematrian banyak digunakan pada sambungan konstruksi yang baik
untuk dipatri, namun tidak dapat dilas. Pematrian dapat dipertimbangkan untuk diterapkan pada kondisi-kondisi di bawah ini.
a. Sebagai pengganti pengelasan pada konstruksi bahan yang peka terhadap suhu pengelasan yang tinggi, yang dapat mengakibatkan
kerugian merubah struktur bahan, menyebabkan pengerutan, pengoyakan, retak ataupun pecah.
b. Untuk menyambung logam yang titik leburnya sangat berbeda, misalnya baja dan kuningan, tembaga, logam keras.
c. Untuk menyambung benda kerja yang sangat kecil, sangat tipis atau bentuknya istimewa dan tebalnya sangat berbeda.
d. Untuk pekerjaan perbaikan bagian yang sangat peka terhadap panas, misalnya perkakas.
e. Untuk pengedapan sambung-an wadah, retak-retak, dan lain-lain.
Di unduh dari : Bukupaket.com
232
9.1. Proses Terjadinya Ikatan Patri