5. Data berupa bukti penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21.
G. Teknik Pengumpulan Data
1.
Wawancara
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara, yaitu tanya jawab secara langsung kepada pihak instansi pemerintahan yang
menangani pajak penghasilan pegawai dalam memperoleh data yang
diperlukan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan dokumen-dokumen seperti gaji pegawai tetap, penghitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap menurut perusahaan, serta penyetoran dan pelaporan.
H. Teknik Analisis Data
1.
Evaluasi penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
a. Melakukan penghitungan kembali PPh Pasal 21 sesuai dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31PJ2012. Formula sesuai dengan Peraturan Perpajakan bagi Pegawai Negeri
Sipil adalah sebagai berikut:
Gaji pokok xxx
Tunjangan istri xxx
Tunjangan anak xxx
Tunjangan jabatan xxx
Tunjangan beras xxx +
Jumlah penghasilan bruto xxx
Pengurangan: Biaya jabatan
xxx Iuran pensiun
xxx + Jumlah pengurang
xxx - Jumlah penghasilan neto
xxx Jumlah penghasilan neto disetahunkan
xxx Pengurangan:
Penghasilan tidak kena pajak PTKP xxx -
Penghasilan kena pajak PKP xxx
PPh Pasal 21 terutang setahun: 5
x PKP xxx
15 x PKP
xxx 25
x PKP xxx
30 x PKP
xxx + Jumlah PPh Pasal 21 terutang setahun
xxx b.
Melakukan perbandingan hasil penghitungan pemotongan PPh Pasal 21 oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Sleman dengan hasil penghitungan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31PJ2012.
c. Menarik kesimpulan dari hasil perbandingan penghitungan
pemotongan PPh Pasal 21 dengan langkah sebagai berikut: 1
Apakah sudah tepat atau belum pada penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21, yaitu pada penghitungan penghasilan
bruto, penghasilan neto, penghasilan tidak kena pajak, penghasilan kena pajak, dan penghasilan pajak terutangnya.
2 Apakah sudah sesuai atau belum pada penghitungan Pajak
Penghasilan Pasal
21, yaitu
sesuai pada
item-item pemotongannya antara lain, pengurang penghasilan bruto
seperti biaya jabatan dan iuran pensiun; jumlah PTKP; dan tarif pemotongan pajak.
2. Evaluasi penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21
a. Mengevaluasi pengisian Surat Setoran Pajak.
b. Mengevaluasi tempat dan waktu pembayaran pajak.
c. Melakukan perbandingan antara penyetoran PPh Pasal 21 yang
dilakukan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman dengan penyetoran PPh Pasal 21 menurut
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31PJ2012. d.
Menarik kesimpulan dari hasil perbandingan penyetoran PPh Pasal 21 dengan langkah sebagai berikut:
1 Apakah penyetoran pajak sudah tepat atau belum, penyetoran
pajak dikatakan tepat jika, tepat dalam pengisian Surat Setoran Pajak dan tepat dalam penulisan Surat Setoran Pajak.
2 Apakah penyetoran pajak sudah sesuai atau belum, penyetoran
pajak dikatakan sesuai jika: a
Wajib Pajak menggunakan SSP untuk melakukan penyetoran pajak.
b Pengisian SSP benar, lengkap, dan jelas.
c Penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau Bank yang
telah ditunjuk oleh Menteri Keuangan. d
Penyetoran pajak tidak lebih dari tanggal 10 sepuluh bulan berikutnya.
3. Evaluasi pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
a. Mengevaluasi pengisian Surat Pemberitahuan.
b. Mengevaluasi tempat dan waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan. c.
Melakukan perbandingan antara pelaporan PPh Pasal 21 yang dilakukan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Sleman dengan pelaporan PPh Pasal 21 menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31PJ2012.
d. Menarik kesimpulan dari hasil perbandingan pelaporan PPh Pasal
21 dengan langkah sebagai berikut: 1
Apakah pelaporan pajak sudah tepat atau belum, pelaporan pajak dikatakan tepat jika, tepat dalam pengisian Surat
Pemberitahuan dan tepat dalam penulisan Surat Pemberitahuan.
2 Apakah pelaporan pajak sudah sesuai atau belum, pelaporan
pajak dikatakan sesuai jika: a
Wajib Pajak menggunakan SPT untuk melaporkan pemungutan pajak.
b Pengisian SPT benar, lengkap, dan jelas.
c Pelaporan pajak disampaikan ke Kantor Direktorat Jenderal
Pajak atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
d Pelaporan pajak tidak lebih dari tanggal 20 duapuluh
bulan takwin berikutnya atau tidak
43
BAB IV GAMBARAN UMUM