Faktor Sosial FAKTOR PENDORONG HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID

perempuan terlepas dari penjajahan yang dilakukan bangsa Belanda dan Jepang sehingga dengan kondisi kehidupan sosial yang masih sangat sederhana kemudian Hajjah Rangkayo Rasuna Said melakukan perjuangan. .

BAB III BENTUK PERJUANGAN HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID DALAM

PERJUANGAN PEREMPUAN INDONESIA TAHUN 1945. Hajjah Rangkayo Rasuna Said adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang telah menerima penghargaan sebagai pahlawan nasional Indonesia dari pemerintah. Ia merupakan pejuang yang dengan gigih memperjuangkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, sama seperti perjuangan yang dilakukan oleh Ibu Kartini. Hajjah Rangkayo Rasuna Said dikenal sebagai sosok yang berkemauan keras dan memiliki pengetahuan yang luas. Pada masa kecilnya, ia telah mengenyam pendidikan Islam di pesantren. Pada saat sekolah inilah, ia pernah menjadi satu-satunya santri perempuan. Sejak saat itu, Rasuna Said sangat memperhatikan kemajuan dan pendidikan bagi kaum perempuan. Ia menilai bahwa perjuangan tersebut tidak hanya bisa dilakukan melalui jalur pendidikan, namun bisa dilakukan juga dengan perjuangan politik. Ia memulai perjuangannya untuk membela kaum perempuan dengan bergabung di Sarekat Rakyat sebagai sekretaris cabang. Setelah itu, ia menjadi anggota Persatuan Muslim Indonesia. Karena kemampuan dan cara pikirnya yang sangat kritis, ia sempat ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah Belanda pada tahun 1932. Rasuna Said juga tercatat sebagai perempuan pertama yang terkena hukum Speek Delict, yaitu hukum pemerintahan Belanda yang menyatakan bahwa siapapun dapat dihukum karena berbicara menentang Belanda. Pada masa penjajahan Jepang, Rasuna Said merupakan salah satu pendiri organisasi pemuda Nippon Raya. Dalam karir politiknya, Hajjah Rangkayo Rasuna Said pernah menjabat sebagai DPR RIS dan kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sejak tahun 1959 sampai meninggal. Rasuna Said diangkat sebagai salah satu pahlawan nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 084TKTahun 1974 tanggal 13 Desember 1974. Untuk mengenang jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, nama HR Rasuna Said diabadikan sebagai salah satu nama jalan protokol di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. 11 Bentuk perjuangan yang dilakukan oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said antara lain sebagai berikut: a. Sekretaris Cabang Sarekat Rakyat Pada tahun 1909, seorang lulusan OSVIA bernama Tirtoadisurjo 1880-1918, yang telah meninggalkan dinas pemerintahan dan menjadi wartawan, mendirikan Sarekat Dagang Islam SDI di Batavia. Pada tahun 1910, dia mendirikan organisasi semacam itu di Buitenzorg. Berdirinya SDI dimaksudkan membantu pedagang-pedagang bumi putera yang mayoritas beragama Islam. Tahun 1911 Tirtoadisurjo mendorong seorang pedagang batik yang berhasil di Surakarta bernama Samanhudi 1868-1956 untuk mendirikan SDI sebagai koperasi pedagang batik Jawa. Cabang-cabang lainnya segera didirikan. Di Surabaya, H.O.S. Tjokroaminoto 1882-1934 menjadi pimpinan organisasi itu. 11 http:profil.merdeka.comindonesiarrasuna-said. Di unduh pada 05 Oktober 2014 pukul 21.52 Seperti halnya Tirtoadisurjo, H.O.S. Tjokroaminoto adalah seorang lulusan OSVIA yang juga telah mengundurkan diri dari dinas pemerintahan. Dia merupakan tokoh yang memiliki karisma dan terkenal sikapnya yang memusuhi orang-orang yang memegang kekuasaan baik berkebangasaan Belanda maupun bumi putera. Karena itu dia dengan cepat menjadi pemimpin yang paling terkemuka dari gerakan rakyat yang pertama itu Dan ketika nama SDI berubah menjadi Sarekat Islam SI pada tahun 1912, H.O.S. Tjokroaminoto menjadi pucuk pimpinannya. Dan semenjak itulah SI menjadi organisasi yang berkembang pesat dari sisi jumlah anggotanya. Pada tahun 1919 tercatat SI memiliki 2 juta anggota di Jawa dan di luar Jawa. Hal ini berbeda dengan Budi Utomo yang membatasi keanggotan hanya sebatas orang Jawa. Ketika SI berkembang pesat terutama di pedesaan, SI menjadi suatu organisasi perlawanan terhadap struktur kekuasaan lokal yang monolitis seperti priyayi, kaum Tionghoa dan pejabat Hindia Belanda. Oleh karena itu organisasi tersebut menjadi lambang solidaritas kelompok yang dipersatukan. Persentuhan SI dengan faham komunis kurang lebih terjadi ketika seorang anggota SI cabang Surabaya, yaitu Semaoen pindah ke Semarang pada tahun 1915 dan kemudian aktif di dalam Serikat Buruh Kereta Api dan Term VSTP. Sneevliet, seorang Belanda penganut mistik yang berideologi marxisme, rupanya juga aktif disana Dan juga sebagaimana diketahui, Sneevliet adalah pendiri Indische Sociaal-Democratische Vereeniging ISDV, suatu partai yang beraliran “kiri” di Surabaya pada tahun 1914.