Faktor Perjuangan Kesetaraan Gender

bagi perempuan Indonesia. Hal tersebut dilakukannya untyuk menegakkan kesetaraan gender.

C. Faktor Situasi Politik Hindia Belanda

Perjuangan yang dilakukan oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said salah satunya juga menginginkan adanya perjuangan perempuan dalam bidang politik. Dimulai dengan adanya pendidikan yang diperoleh, kemudian banyaknya pengetahuan yang didapatkan maka muncullah kesadaran dalam diri Hajjah Rangkayo Rasuna Said untuk ikut serta aktif dalam perjuangan perempuan Indonesia tahun 1945. Beliau menginginkan melalui kegiatan politiknya derajat kaum perempuan juga akan setara dengan kaum laki-laki. Gambaran umum tentang perempuan dalam bidang politik di berbagai negara termasuk Indonesia memang tidak seimbang dan bahkan tidak konusif bagi partisipasi politik perempuan. Secara faktual, bahkan komposisi pengambilan politik di berbagai wilayah saat ini membuktikan bahwa perempuan tetap menghadapi sejumlah kendala dalam mengartikulasi dan menentukan keinginannya. 8 Rasuna Said adalah perempuan yang terpelajar dan berjuang diranah Politik pada masa itu. Awal perjuangan politik Hajjah Rangkayo rasuna Said dengan beraktifitas di sarekat rakyat sebagai sekretaris cabang. Rasuna kemudian bergabung dengan Soematra Thawalib dan mendirikan Persatoean Moeslimin Indonesia PERMI di Bukit Tinggi pada tahun 1930 Rasuna Said mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan PERMI dan kemudian 8 http:tenunikats123.blogspot.com. Diunduh pada 21 September 2014 pukul 08.38 mendirikan sekolah Thawalib di Padang, dan memimpin kursus putri dan normal kursus di Bukit Tinggi. 9 Rasuna Said sangat mahir dalam berpidato mengecam pemerintahan Belanda. Rasuna Said juga tercatat sebagai perempuan pertama yang terkena hukum Speek Delict yaitu hukum kolonial Belanda yang menyatakan bahwa siapapun dapat dihukum karena berbicara menentang Belanda. Rasuna Said sempat di tangkap bersama teman seperjuangannya Rasimah Ismail, dan dipenjara pada tahun 1932 di Semarang. Setelah keluar dari penjara, Rasuna Said meneruskan pendidikannya di Islamic College pimpinan K.H. Mochtar Jahja dan Dr. Kusuma Atmaja dan pada tahun 1935 Rasuna menjadi pemimpin redaksi majalah Raya. Karena ruang gerak yang dibatasi Belanda Rasuna Said pindah ke Medan dan mendirikan sekolah pendidikan khusus perempuan yaitu Perguruan Putri dan juga menerbitkan majalah Menara Putri, yang khusus membahas seputar pentingnya peran perempuan, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dan keislaman. Pada masa pendudukan Jepang, Rasuna Said ikut serta sebagai pendiri organisasi pemuda Nippon Raya di Padang. Alasan Rasuna Said masuk dalam organisasi tersebut karena Rasuna Said ingin memperjuangkan kedudukan perempuan yang saat itu sedang dijajah oleh pihak kolonial. 9 http:www.umj.ac.idberita-tokoh-politik-perempuan-dan-pejuang-nasib-perempuan.html. diunduh pada 21 September 2014 pukul 08.54

D. Faktor Sosial

Kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang berkembang salah satunya yakni karena sisi religiusitas masyarakat setempat tidak dapat kita pisahkan dari kesehariannya. Tatanan kehidupan masyarakat pun telah bergeser dari adat istiadat yang di bentuk pemuka-pemuka adat terdahulu. Kehidupan masyarakat tidak lagi menjadikan niniak mamak atau penghulu sebagai panutan dalam kehidupan sosial, alim ulama tidak lagi menjadi tempat bertanya, dan kemenakan pun tidak lagi menjadikan mamaknya sebagai tempat bermusyawarah dalam kehidupan. Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Suku ini awalnya berasal dari dua klan utama yaitu Koto Piliang didirikan Datuak Katumanggungan dan Bodi Chaniago yang didirikan Datuak Parpatiah nan Sabatang, Suka Kato Piliang memakai sistem aristokrasi yang dikenal dengan istilah Titiak Dari Ateh titik dari atas ala istana Pagaruyung, sedangkan Bodi Chaniago lebih bersifat demokratis, yang dikenal dengan istilah Mambasuik Dari Bumi muncul dari bumi. Sehari-hari, masyarakat berkomunikasi dengan Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pasisir Selatan, dan dialek Payakumbuh. Sementara itu, di daerah kepulauan Mentawai yang terletak beberapa puluh kilometer di lepas pantai Sumatera Barat, masyarakatnya menggunakan Bahasa Mentawai. Di Daerah Pasaman bahkan Bahasa Batak berdialek Mandailing digunakan, biasanya oleh suku Batak Mandailing.