41
yang datang ke Jepang merasa tidak nyaman sehingga menimbulkan masalah bagi pemerintah. Maka dari itu pemerintah berusaha untuk mengatasi masalah homeless
ini.
3.2 Upaya Penanganan Homeless
Masalah ekonomi yang dialami Jepang membuat banyak perusahaan- perusahaan yang mengalami kebangkrutan sehingga harus melakukan PHK kepada
karyawan-karyawannya. Hal ini menyebabkan masalah lainnya muncul, salah satunya adalah masalah sosial seperti homeless. Akibat dari resesi ekonomi pertumbuhan
homeless semakin meningkat. Pertumbuhan homeless ini menandai kurangnya tingkat kesejahteraan sosial dalam masyarakat Jepang karena seseorang atau kelompok yang
menjadi masyarakat negara Jepang tidak berada dalam kondisi sejahtera yang meliputi kesehatan maupun keadaan ekonomi Stephanie, 2010: 28. Hal ini tentu
tidak dapat dibiarkan begitu saja, oleh karena itu para homeless membutuhkan bantuan untuk mendukung dan membantu mereka agar mendapat kehidupan yang
layak. Berikut ini adalah beberapa bentuk bantuan yang diberikan kepada para homeless.
3.2.1 Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
42
Masalah homeless menjadi masalah yang cukup menarik perhatian dan memprihatinkan. Maka dari itu, sebagian masyarakat yang perduli kepada para
homeless ikut bergabung kedalam organisasi sosial yang mendukung para homeless tersebut. Yayasan sosial banyak yang menjalankan pola seperti mendidik dan
menyiapkan homeless kemudian menjembatani homeless tersebut dengan perusahaan agar mendapatkan pekerjaan. Sekolah atau kampus juga ada yang membentuk
ekstrakurikuler yang tujuannya mengumpulkan dana, pakaian dan sebagainya untuk disumbangkan ke para homeless. Sukarelawan juga aktif misalnya ada yang membuat
majalah lowongan pekerjaan khusus untuk homeless. Gereja juga ada yang berpartisipasi
dengan membagi
sembako dan
pakaian 2012:
mbantoelpoenya.wordpress.com. Hal ini dilakukan untuk membantu kemandirian para homeless serta mengurangi pertumbuhan homeless di Jepang.
3.2.3 Negara atau Pemerintah
Kondisi homeless sebagai salah satu bentuk kemiskinan merupakan salah satu bentuk masalah sosial yang menuntut pemecahan. Pemerintah Jepang berusaha
membuat suatu tindakan untuk mengatasi masalah sosial ini. Menurut data dari Stephanie 2010: 31-32 Pada tahun 2002 tepatnya tanggal 31 juli, pemerintah
mengeluarkan undang-undang untuk membantu para homeless di Jepang agar dapat hidup mandiri dan diharapkan untuk tidak menjadi homeless kembali. Undang-
undang tersebut adalah “Homuresu no Jiritsu Shien Nado ni Kansuru Tokubetsu
Universitas Sumatera Utara
43
Sochiho ”. Undang-undang ini terdiri dari empat belas bab dengan lima hal penting
yaitu: pertama, pemerintah menyadari bahwa banyak orang yang menjadi homeless bukan karena kesalahan mereka sendiri tetapi disebabkan oleh pergeseran yang
terjadi dengan masyarakat setempat. Kedua, undang-undang ini diatur dengan mengambil tindakan yang mengacu pada penyediaan tempat tinggal dan pekerjaan
tetap bagi para homeless dan resikonya menjadi homeless untuk memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperahankan haknya dan mendapat dana
jaminan yang cukup. Ketiga, orang yang bertugas di taman-taman dan di tempat- tempat umum diberi kuasa untuk menghilangkan tempat tinggal para homeless,
namun petugas tersebut tidak diperkenankan merampas fasilitas mereka. Kunci yang keempat adalah pemerintah menyanggupi untuk melakukan sensus nasional populasi
homeless. Yang terakhir, yang kelima adalah penetapan undang-undang ini hanya bersifat sementara dan akan diperiksa kembali setelah sepuluh tahun.
Pemerintah membuat tiga program khusus yaitu konseling, shelter dan jiritsu shien senta atau pusat bantuan kemandirian untuk homeless untuk memfokuskan
program bantuannya. Yang pertama adalah program konseling. Konseling ini dilakukan pemerintah untuk mendapatkan jawaban dari kebutuhan-kebutuhan para
homeless agara dapat mengambil langkah selanjutnya. Program konseling ini merupakan pelaksanaan dari undang-undang Homuresu no Jiritsu Shien Nado ni
Kansuru Tokubetsu Sochiho pasal 8 ayat 2.1 yang isinya adalah sebagai berikut:
,基本方針 ,次
,掲 ,
項 い
い
,策定
Universitas Sumatera Utara
44
一 ,ホ ー
,ム ス
,就業
い
,機会 ,確保
あ い
,安定 ,居
,場所 ,確保
保 険 及
い
,医療 ,確保並
い
,生活 ,関
,相談及 ,指導
,関 ,
項 Terjemahan:
2 Kebijaksanaan dasar dilakukan untuk memberikan bantuan mengenai kebutuhan pada bagian selanjutnya
1 Jaminan kesempatan bekerja homeless, jaminan tempat tinggal yang tetap, jaminan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan, dan
konseling dan bimbingan terhadap kehidupan homeless Stephanie, 2010: 38.
Yang kedua adalah, berdasarkan undang-undang Homuresu no Jiritsu Shien Nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho yaitu pasal 8 ayat 2 yang diaplikasikan dalam
Homuresu no Jiritsu Shien Nado ni Kansuru Kihon Houshin pasal 3 ayat 6.u, seorang homeless harus mendapatkan tempat tinggal yang aman untuk tidur dengan jangka
waktu tertentu. Berikut ini adalah isi dari Homuresu no Jiritsu Shien Nado ni Kansuru Kihon Houshin pasal 3 ayat 6.u Stephanie, 2010: 42:
, ,現
,厳 い
い い
い
,経済情勢 ,
, ,減少
,収入減
い
,簡 宿洎所
い
,生活 ,困
,者
い
,野宿生活 あ
,シ ター
,等 ,居
,場所 ,確保
,図
Universitas Sumatera Utara
45
Terjemahan: Di bawah situasi ekonomi yang ketat sekarang ini, karena turunnya
lapangan pekerjaan, pendapatan menurun dan lain-lain, karena yang tinggal di tempat peristirahatan adalah orang yang hidup susah dan
tadinya tidur di luar, direncanakan tempat tinggal yang aman seperti shelter.
Berdasarkan pasal diatas pemerintah mendirikan shelter atau tempat perlindungan bagi para homeless. Shelter merupakan tempat tinggal sementara bagi
para homeless sampai mereka mendapatkan pekerjaan. Shelter ini didirikan di setiap kota di Jepang, dan kebanyakan didirikan dekat dengan tempat para buruh harian
berkumpul atau yang biasa disebut yoseba. Shelter ini memiliki program bagi para homeless seperti mengadakan pemeriksaan kesehatan, konseling tentang pekerjaaan,
dan penyediaan lowongan kerja. Hal ini dilakukan agar mereka dapat mempunyai penghasilan sendiri dan tidak menjadi homeless lagi.
Yang terakhir, selain program konseling dan shelter ada juga program pusat bantuan kemandirian untuk homeless yang biasa disebut jiritsu shien senta. Program
ini sebagai pelaksanaan dari undang-undang Homuresu no Jiritsu Shien Nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho yaitu pasal 8 ayat 2 yang diaplikasikan dalam Homuresu
no Jiritsu no Shien Nado ni Kansuru Kihon Houshin pasal 3 ayat 5.a.a seorang homeless harus mendapatkan tempat tinggal yang aman untuk tidur dengan jangka
waktu tertentu. Berikut ini adalah isi dari Homuresu no Jiritsu no Shien Nado ni Kansuru Kihon Houshin pasal 3 ayat 5.a.a Stephanie, 2010: 46:
Universitas Sumatera Utara
46
あ
,ア ,自立支援
業 ,自立支援
,センタ ー ,利用者
い
,対 ,宿
,所及 ,食
い
,提供
い
,日常生活 必要
,サー ,ビス
い
,提供
い
,提供的 ,健康診断
い
,行 ,等積極的
,就労支援
い
,行 Terjemahan:
Proyek bantuan kemandirian, proyek bantuan kemandirian, terhadap penggunaan Jiritsu Shien Senta memberikan bantuan tempat untuk
tidur dan makanan dan lain-lain bersama dengan penawaran pelayanan penting kehidupan sehari-hari dan pelayanan diagnosis
kesehatan serta secara aktif bekerja. Program ini dibuat agar para homeless dapat menjalankan hidup dengan
mandiri. Para homeless yang dikumpulkan dari jalanan diperiksa kesehatan dan kebersihannya, kemudian diberikan motivasi untuk menghargai diri mereka dan
dibantu untuk dapat kembali ke kehidupan yang normal. Mereka diberikan jangka waktu kurang lebih enam bulan, mendapatkan makanan satu hari sekali, konsultasi
kesehatan, dan konseling pekerjaan. Layanan ini bisa mereka dapatkan di setiap daerah di Jepang dengan peraturan yang berbeda di setiap daerah. Contohnya di
daerah Osaka tepatnya Nishinari Jiritsu Shien Senta Nishinari JSS, Nishinari JSS ini mempunyai 80 tempat tidur dan pekerja 24 jam full timer di delapan
bagian yang bekerja bergantian dengan sisitem shift. Seminggu tiga kali datang konselor yang berasal dari pertukaran pekerjaan umum terdekat, dan setiap minggu
Universitas Sumatera Utara
47
pesawat dan dokter datang memeriksa kesehatan para homeless Stephanie, 2010: 46-47.
Grafik 5 Statistik Jumlah Homelesss yang Mengikuti Program Bantuan 2003
Sumber :http:www.mhlw.go.jpbunyaseikatsuhogohomeless08pdfdata.pdf Dari grafik diatas dapat di simpulkan bahwa sebanyak 38.90 homless
mengikuti program bantuan jiritsu shien senta. Sebanyak 38,70 para homeless mengikuti program bantuan pemerintah berupa shelter. Sedangkan yang mengikuti
program konseling sebanyak 33,10. Selain program undang-undang yang telah disebutkan di atas, pemerintah juga
melakukan langkah-langkah tindakan guna mengurangi dan menghindari pertumbuhan homeless. Berikut ini merupakan serangkaian kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah lokal Tokyo dan pemerintah Jepang dari tahun 1990-an dalam merespon masalah homeless di Jepang Sitorus, 2008: 59-60:
1992 : TMG Tokyo Metropolitan Government menampung para homeless yang ada di seluruh Tokyo ke dalam penampungan musim dingin yang ditujukan
Universitas Sumatera Utara
48
untuk para buruh harian San ‟ya.
1993 : Pada bulan Desember, TMG meminta kepada manajer Kesejahteraan untuk mengakannya konferensi dan bertemu dengan para homeless.
1999 : Pada bulan Februari pemerintah pusat membentuk Konferensi Liaison untuk masalah homeless, dan pada bulan Mei mengumumkan
“ Tindakan Secepatnya untuk Menangani Masalah Homeless,
” yang berpusat pada pusat-pusat tunjangan makanan. Pada bulan Juli, Departemen Kesejahteraan
membentuk workshop mengenai tunjangan makanan untuk para homeless untuk mempelajari kebijaksanaan dan gejala-gejala homeless.
2003 : Pada bulan Januari-Februari, diadakan penelitian di seluruh Jepang sebagai aksi bantuan untuk para homeless. Kemudian pada bulan Juli, pemerintah
mengumumkan kebijakan nasional untuk masalah sosial ini. Berikut ringkasannya:
1. Pekerjaan aktivitas advokasi dengan para penyedia lapangan pekerjaan; penyediaan informasi pekerjaan dan konseling; proyek pengenalan pekerjaan
percobaan; job training; dan promosi keterlibatan organisasi swasta. 2. Tempat tinggal alokasi perumahan umum untuk para homeless dengan jumlah
yang lebih banyak; penyediaan informasi mengenai rumah swasta yang disewakan dan perusahaan-perusahaan penjamin.
3. Layanan kesehatan dan medis menyediakan layanan, konseling, penyerahan ke kantor-kantor layanan kesejahteraan, dan layanan lainnya oleh pusat kesehatan;
hukum pengadaan bantuan medis; dan kerjassama organisasi-organisasi swasta dan daerah setempat.
Universitas Sumatera Utara
49
4. Konsultasi dan pengajaran pengadaan konseling dan jaringan pengajaran fasilitas kesejahteraan; konseling ke jalanan dan penyerahan ke pusat pelayanan yang
tersedia. 5. Proyek bantuan makanan dan proyek lain untuk memenuhi kebutuhan individu,
seperti penampungan sementara, makanan, pemeriksaan medis, dan konseling pekerjaan dan pengaturan hidup sehari-hari.
6. Bantuan ke tempat-tempat yang banyak terdapat homeless penyediaan penampungan dan konseling pekerjaan; pelatihan kemampuan dan pekerjaan
percobaan untuk para buruh harian; konseling ke jalanan dan penyerahan ke pusat pelayanan yang tersedia.
7. Langkah emergensi dan perlindungan hidup kesejahteraan bagi individu yang membutuhkan perawatan medis secepatnya.
8. Perlindungan hak asasi manusia. 9. Perbaikan lingkungan patroli dan pengambilalihan taman dan tempat-tempat
publik lainnya. 10. Keamanan lingkungan bantuan patroli dan kepolisian.
11. Kerjasama dengan organisasi swasta 12. Lain-lain
Semua kebijakan-kebijakan di atas merupakan usaha pemerintah untuk memberikan para homeless pekerjaan sehingga mereka bisa memiliki pendapatan
sendiri dan tidak kembali menjadi homeless lagi. Dan tentu saja untuk menekan angka pertumbuhan homeless di Jepang.
BAB IV
Universitas Sumatera Utara
50
4.1 Kesimpulan