Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Persepsi Menurut Walgito 2010:99, persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi menurut Suharnan 2005:23 merupakan suatu proses menginterpretasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia. Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki yang disimpan di dalam ingatan untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi stimulus rangsangan yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung menurut Matlin 1989 dan Solso 1988 dalam Suharnan. Hardy 1988:83, bagi hampir semua orang, sanngatlah mudah kiranya melakukan perbuatan melihat, mendengar, membau, merasakan, dan menyentuh, yakni proses-proses yang sudah semestinya ada. Namun informasi yang datang dari organ-organ indera kiranya perlu terlebih dahulu diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti, dan proses ini dinamakan persepsi perception. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ling 2021:6 persepsi merupakan serangkaian proses rumit yang melaluinya kita memperoleh dan menginterpretasikan informasi indrawi. Interpretasi ini memungkinkan kita mencerap lingkungan kita secara bermakna. Solso 2007:75 persepsi perception melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informasi sensorik. Persepsi mengacu pada interpretasi hal-hal yang kita indera. Persepsi didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008:1061 sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan seseorang terhadap suatu kondisi atau informasi yang ditangkap melalui panca indera. 2. Pengertian Pajak Menurut UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam Mardiasmo 2009:1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasrkan undang- undang yang dapat dipaksakan dengan tiada medapat jasa timbal kontaprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 3. Fungsi Pajak Menurut Mardiasmo 2009:1 terdapat dua fungsi pajak, yaitu: a. Fungsi Budgetair Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. b. Fungsi Mengatur Regulerend Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Contoh: 1 Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras. 2 Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif. 3 Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0, untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia. 4. Sistem Pemungutan Pajak Menurut Mardiasmo 2009:7 sistem pemungutan pajak terbagi menjadi berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Official Assessment System Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-ciri dari sistem ini adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus, Wajib Pajak bersifat pasif dan utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. b. Self Assessment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri dari sistem ini adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri, Wajbi Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dan fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. c. With Holding System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya adalah wewenang menentukan besarnya pajak yang teutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak. 5. Pengertian Wajib Pajak Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan UU PPh, orang pribadi merupakan Subjek Pajak Penghasilan. Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dalam buku BIJAK 2015:11, dapat dikategorikan sebagai berikut: 1 Penghasilan daru usaha yaitu penghasilan yang diterima tau diperoleh dari kegiatan usaha Wajib Pajak, misalnya usaha toko atau berjualan online. 2 Penghasilan dari pekerjaaan bebas yaitu penghasilan yang diterima atau diperoleh dari pekerjaan bebas yang dilakukan Wajib Pajak, misalnya dokter, pengacara, atau notaris. 3 Penghasilan dari pekerjaan yaitu penghasilan yang diterima tau diperoleh dari pekerjaan Wajib Pajak sebagai pegawai karyawan, misalnya sebagai direktur, komisaris, pegawai tetap, atau pegawai harian. 4 Penghasilan dari modal yaitu penghasilan yang diterima tau diperoleh Wajib Pajak dari modal yang dimilikinya yang berupa harta gerak maupun harta tak gerak, misalnya bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta. 5 Penghasilan lainnya yaitu penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak selain dari kategori di atas, misalnya hadiah, hibah, warisan, atau pembebasan utang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut UU Nomor 16 Tahun 2009 badan adalah sekumpulan orang danatau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 6. Faktur Pajak a. Pengertian Faktur Pajak Menurut UU Nomor 42 Tahun 2009 Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Pengusaha kena pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak danatau penyerahan jasa kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang nomor 42 tahun 2009. Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Penyerahan barang kena pajak adalah setiap penyerahan barang kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan undang-undang nomor 42 tahun 2009. Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan. Penyerahan jasa kena pajak adalah setiap kegiatan pemberian jasa yang dikenai pajak berdasarkan undang-undang nomor 42 tahun 2009. b. Jenis Faktur Pajak Djuanda 2002:74 jenis Faktur Pajak berdasarkan UU PPN Tahun 2000 adalah sebagai berikut: 1 Faktur Pajak Standar Faktur Pajak standar adalah Faktur Pajak yang dibuat sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 5 UU PPN 2000 yaitu dalam Faktur Pajak standar harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak yang meliputi: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; b Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak; c Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga; d Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut; e Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; f Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan g Nama, jabatan dan tandatangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. 2 Faktur Pajak Gabungan Faktur Pajak Gabungan adalah Faktur Pajak standar yang cara penggunananya diperkenankan kepada PKP yang memuat lebih dari satu transaksi dalam satu bulan takwin atas penyerahan BKPJKP kepada pembeli atau penerima jasa yang sama, dan harus dibuat paling lambat pada akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan BKPJKP. 3 Faktur Pajak Sederhana Faktur Pajak sederhana adalah dokumen yang disamakan fungsinya dengan Faktur Pajak, yang diterbitkan oleh PKP yang melakukan penyerahan BKPJKP yang dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir, atau kepada pembeli atau penerima jasa yang tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diketahui identitasnya secara lengkap. Faktur Pajak sederhana sekurang-kurangnya harus memuat: a Nama, alamat usaha, NPWP serta nomor dan tanggal pengukuhan PKP yang menyerahkan BKPJKP; b Jenis dan kuantum BKPJKP yang diserahkan; c Jumlah harga jual atau penggantian yang sudah termasuk pajak atau besarnya pajak dicantumkan secara terpisah; d Tanggal pembuatan Faktur Pajak sederhana. c. Faktur Pajak Fiktif Surat edaran direktur jenderal pajak nomor SE - 29PJ.532003 yang dimaksud dengan Faktur Pajak fiktif antara lain adalah: 1 Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Pengusaha yang belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak PKP. 2 Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Pengusaha dengan menggunakan nama, NPWP, dan Nomor Pengukuhan PKP orang pribadi atau badan lain. 3 Faktur Pajak yang digunakan oleh PKP merupakan Faktur Pajak yang tidak diterbitkan oleh PKP penerbit. 4 Faktur Pajak yang secara formal memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat 5 Undang-undang PPN, tetapi tidak memenuhi secara material yaitu tidak ada penyerahan barang dan atau uang atau barang tidak diserahkan kepada pembeli sebagaimana tertera pada Faktur Pajak. 5 Faktur Pajak yang diterbitkan oleh PKP yang identitasnya tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 7. E-Faktur a. Pengertian E-Faktur Faktur Pajak berbentuk elektronik, yang selanjutnya disebut e- Faktur, adalah Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan danatau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak Pasal 1 ayat 1 PER-16PJ2014. b. Dasar Hukum Pembuatan e-Faktur 1 UU Nomor 42 TAHUN 2009 tentang Perubahan Ketiga atas UU Nomor 8 TAHUN 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan PPnBM. 2 PMK-151PMK.032013 tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak. 3 PER-17PJ2014 tentang Perubahan Kedua atas PER-24PJ2012 tentang Bentuk, Ukuran, Prosedur Pemberitahuan dalam rangka Pembuatan, Tata Cara Pengisian Keterangan, Pembetulan atau Penggantian, dan Pembatalan Faktur Pajak. 4 PER-16PJ2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak berbentuk Elektronik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c. Kewajiban Membuat e-Faktur 1 Pengusaha Kena Pajak yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-136PJ2014 2 Tahap pemberlakuan e-Faktur Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP- 136PJ2014 pemberlakuan e-Faktur terbagi menjadi tiga tahap, yaitu: a Sejak 1 Juli 2014 kepada 45 PKP tertentu. b Per 1 Juli 2015 PKP yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak KPP Jawa dan Bali wajib menggunakan e-Faktur. c Per 1 Juli 2016 pemberlakukan e-Faktur secara nasional. d. Transaksi yang Diwajibkan Pembuatan e-Faktur Berdasarkan peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 16PJ2014 transaksi yang diwajibkan pembuatan e-Faktur yaitu: 1 Penyerahan Barang Kena Pajak Pasal 4 ayat 1 huruf a dan atau Pasal 16D UU PPN dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak Pasal 4 ayat 1 huruf c UU PPN 2 Dikecualikan atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak: a yang dilakukan oleh pedagang eceran Pasal 20 PP No. 1 Tahun 2012 b yang dilakukan oleh PKP Toko Retail kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri Pasal 16E UU PPN PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c yang bukti pungutan PPN berupa dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak Pasal 13 ayat 6 UU PPN. e. Saat Pembuatan e-Faktur Saat pembuatan e-Faktur oleh Pengusaha Kena Pajak berdasarkan Pasal 3 PER 16PJ2014: 1 saat penyerahan Barang Kena Pajak 2 saat penyerahan Jasa Kena Pajak 3 saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran sebelum penyerahan BKP dan atau JKP 4 saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan 5 saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan f. Keterangan yang wajib ada pada e-Faktur Berdasarkan pasal 4 1 PER-16PJ2014 e-Faktur harus mencantumkan keterangan mengenai penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat: 1 Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. 2 nama, alamat, dan NPWP pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak. 3 jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga. 4 Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut. 5 Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut. 6 kode, nomor seri, dan tanggal pembutan Faktur Pajak. 7 nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. g. Manfaat e-Faktur Widodo dan Putu 2015 manfaat e-Faktur bagi Pengusaha Kena Pajak, dalam PER 16PJ2014 sudah dijabarkan kemudahan- kemudahan dari penggunaan e-Faktur yaitu: 1 Tanda tangan basah digantikan tanda tangan elektronik 2 E-Faktur Pajak tidak harus dicetak sehingga mengurangi biaya kertas, biaya cetak, dan biaya penyimpanan dokumen. 3 Aplikasi e-Faktur Pajak juga membuat SPT masa PPN sehingga PKP tidak perlu lagi membuatnya. 4 PKP yang menggunakan e-Faktur Pajak juga dapat meminta nomor seri Faktur Pajak melalui situs pajak dan tidak perlu lagi datang ke KPP. 5 Terlindungi dari penyalahgunaan Faktur Pajak yang tidak sah, karena cetakan e-Faktur dilengkapi dengan pengaman berupa QR code . QR code menampilkan informasi tentang transaksi penyerahan: nilai DPP dan PPN dan lain-lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 Informasi dalam QR code dapat dilihat menggunakan aplikasi QR code scanner yang terdapat di-smartphone atau gadget lainnya. 7 Apabila informasi yang terdapat dalam QR code tersebut berbeda dengan yang ada dalam cetakan e-Faktur Pajak maka Faktur Pajak tersebut tidak valid. 8 Pengusaha Kena Pajak PKP yang sudah memiliki sistem pembuatan Faktur Pajak tidak harus menginput data Faktur Pajak per transaksi key in. PKP dapat melakukan impor data dari sistem Faktur Pajak yang digunakan ke aplikasi e-Faktur dengan menggunakan skema dan mekanisme impor data. Aplikasi e-Faktur menyediakan fungsi Impor untuk mengimpor data Faktur dalam format csv ke dalam database aplikasi. 8. Pelaporan Faktur Pajak Ketentuan mengenai kewajiban pelaporan Faktur Pajak atau e-Faktur terdapat dalam Pasal 11 PER-16PJ-2014 yaitu: a. e-Faktur wajib dilaporkan oleh PKP ke DJP dengan cara diunggah upload ke DJP dan memperoleh persetujuan dari DJP. b. Pelaporan e-Faktur sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dengan menggunakan aplikasi atau sistem elektronik yang telah ditentukan dan atau disediakan DJP. c. DJP memberikan persetujuan untuk setiap e-Faktur yang telah diunggah upload sepanjang Nomor Seri Faktur Pajak yang digunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI untuk penomoran e-Faktur tersebut adalah Nomor Seri Faktur Pajak yang diberikan oleh DJP kepada PKP yang membuat e-Faktur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. d. e-Faktur yang tidak memperoleh persetujuan dari DJP bukan merupakan Faktur Pajak. 9. Sertifikat Elektronik dan Akun PKP a. Pengertian Sertifikat Elektronik Sertifikat elektronik merupakan sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam Transaksi Elektronik yang dikeluarkan oleh penyelenggara sertifikat elektronik SE-20PJ2014. b. Fungsi Sertifikat Elektronik Sertifikat elektronik sebagai prasyarat untuk mendapatkan layanan perpajakan secara elektronik melaui akun PKP dalam melaksanakan ketentuan Udang-undang Pajak Pertambahan Nilai seperti pengunaan aplikasi e-Faktur, permintaan nomor seri Faktur Pajak secara online dan layanan lainnya SE-20PJ2014. c. Cara Memperoleh Sertifikat Elektronik PKP dapat memperoleh sertifikat elektronik dengan cara mengajukan permintaan Sertifikat Elektronik ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP dikukuhkan dengan menyampaikan Surat Permintaan Sertifikat Elektronik. Selanjutnya petugas di KPP akan memandu PKP untuk melakukan prosedur berikutnya. d. Persyaratan dan Ketentuan yang Berlaku untuk Meminta Digital Sertifikat 1 Surat permintaan sertifikat elektronik ditandatangani dan disampaikan oleh pengurus PKP yang bersangkutan secara langsung ke KPP tempat PKP dikukuhkan dan tidak diperkenankan untuk dikuasakan ke pihak lain. 2 Pengurus sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah: a Orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan danatau mengambil kepututsan dalam menjalankan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam UU KUP; dan b Namanya tercantum dalam SPT Tahunan PPh Badan tahun pajak sebelum tahun diajukannya surat permintaan sertifikat elektronik. 3 SPT Tahunan PPh Badan sebagaimana dimaksud pada huruf b yang telah jatuh tempo pada saat pengajuan surat permintaan sertifikat elektronik harus sudah disampaikan ke KPP dengan dibuktikan asli SPT Tahunan PPh Badan beserta bukti penerimaan surattanda terima pelaporan SPT. 4 Dalam hal pengurus sebagaimana dimaksud pada huruf b namanya tidak tercantum dalam SPT Tahunan PPh Badan, maka pengurus tersebut harus menunjukkan asli surat pengangkatan pengurus yang bersangkutan dan menunjukkan asli akta pendirian perusahaan atau asli penunjukan sebagai BUTpermanent establisment dari perusahaan induk di luar negeri dan menyerahkan fotocopy dokumen tersebut. 5 Pengurus sebagaimana dimaksud pada huruf a harus menunjukkan asli kartu identitas berupa Kartu Tanda Penduduk KTP dan asli Kartu Keluraga KK, serta menyerahkan fotocopy dokumen tersebut. 6 Dalam hal pengurus merupakan Warga Negara Asing harus menunjukkan asli paspor, asli Kartu Izin Tinggal Terbatas KITAS, atau asli Kartu Izin Tinggal Tetap KITAP, dan menyerahkan fotocopy dokumen tersebut. 7 Menyampaikan softcopy pas foto terbaru yang disimpan dalam compact disc CD sebagai kelengkapan surat permintaan sertifikat elektronik. 8 Seluruh berkas persyaratan di atas disampaikan ke Petugas Khusus yang bertugas di Tempat Pelayanan Terpadu TPT di KPP tempat PKP dikukuhkan. e. Pengertian Akun PKP Akun PKP merupakan wadah layanan secara elektronik yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk mempermudah pemberian layanan secara elektronik dalam hal ini adalah pemberian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI digital sertifikat dan pemberian nomor seri Faktur Pajak melalui website. Fungsinya untuk mempermudah pelayanan kepada PKP sekaligus memberikan keamanan. Setiap PKP yang memenuhi syarat akan dibuatkan Akun PKP oleh DJP. Untuk dapat menggunakan Akun PKP, PKP harus mengaktifkan Akun tersebut. 10. Model Penerimaan Teknologi a. Konsep Model Penerimaan Teknologi Definisi model penerimaan teknologi Technology Acceptance Model atau TAM merupakan suatu model penerimaan sistem teknologi informasi yang akan digunakan oleh pemakai Jogiyanto,2007:111. Model penerimaan teknologi atau technology acceptance model TAM dikembangkan oleh Davis et al. 1989. TAM memiliki dua konstruk utama, yaitu kegunaan persepsian perceived usefulness dan kemudahan penggunaan persepsian perceived ease of use. TAM berargumentasi bahwa penerimaan individual terhadap sistem teknologi informasi ditentukan oleh dua konstruk tersebut. Kegunaan persepsian perceived usefulness dan kemudahan penggunaan persepsian perceived ease of use keduanya mempunyai pengaruh ke minat perilaku behavioral intention. Pemakai teknologi akan mempunyai minat menggunakan teknologi minat perilaku jika merasa sistem teknologi bermanfaat dan mudah digunakan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Perilaku Behavior Kegunaan persepsian perceived usefulness juga mempengaruhi kemudahan penggunaan persepsian perceived ease of use tetapi tidak sebaliknya. Pemakai sistem akan menggunakan sistem jika sistem bermanfaat baik sistem itu mudah digunakan atau tidak mudah digunakan. Sistem yang sulit digunakan akan tetap digunakan jika pemakai merasa bahwa sistem masih berguna. Model dari TAM dapat dilihat di gambar berikut ini gambar 2.1. Gambar 2.1: Technology Acceptance Model TAM Sumber: Jogiyanto 2007:112 Karena TAM dimaksudkan untuk penggunaan teknologi, maka perilaku behavior di TAM dimaksudkan sebagai perilaku menggunakan teknologi. Kegunaan Persepsian Perceived Usefulness Kemudahan Penggunaan Persepsian Perceived Ease of Use Sikap terhadap Perilaku Attitude towards Behavior Minat Perilaku Behavioral Intention b. Konstruk Model TAM 1 Kegunaan Persepsian Persepsi Kebermanfaatan Kegunaan persepsian perceived usefulness didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya. Dari definisi kegunaan persepsian, diketahui bahwa kegunaan persepsian perceived usefulness merupakan suatu kepercayaan belief tentang proses pengambilan keputusan. Dengan demikian jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi berguna maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi kurang berguna maka dia tidak akan menggunakan sistem informasi tersebut. Terdapat 6 indikator yang digunakan untuk menilai persepsi kebermanfaatan yaitu: bekerja lebih cepat, meningkatkan kinerja, meningkatkan produktivitas, efektivitas, membuat pekerjaan lebih mudah, dan bermanfaat. 2 Kemudahan Penggunaan Persepsian Persepsi Kemudahan Penggunaan Kemudahan penggunaan persepsian perceived ease of use didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha. Dari definisi kemudahan penggunaan persepsian, diketahui bahwa konstruk kemudahan penggunaan persepsian perceived PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ease of use ini juga merupakan suatu kepercayaan belief tentang proses pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi mudah digunakan maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi tidak mudah digunakan maka dia tidak akan menggunakannya. Terdapat 6 indikator yang digunakan untuk menilai persepsi kemudahan penggunaan yaitu: mudah dipelajari, dapat dikendalikan, jelas dan dapat dipahami dimengerti, fleksibel, mudah sehingga menjadi terampil, dan mudah digunakan. 3 Sikap Terhadap Perilaku Sikap terhadap perilaku attitude towards behavior didefinisikan oleh Davis et al. 1989 sebagai perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan. Sikap terhadap perilaku attitude towards behavior juga didefinisikan oleh Mathieson 1991 sebagai evaluasi pemakai tentang ketertarikannya menggunakan sistem. 4 Minat Perilaku Minat Perilaku behavioral intention adalah suatu keinginan minat seseorang untuk melakukan suatu perilaku yang tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku behavior jika mempunyai keinginan atau minat behavioral intention untuk melakukannya. 5 Perilaku Perilaku behavior adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Dalam konteks penggunaan sistem teknologi informasi, perilaku behavior adalah penggunaan sesungguhnya actual use dari teknologi. Dalam penelitian ini penulis hanya terbatas pada pengukuran dua konstruk, yaitu konstruk persepsi kebermanfaatan dan konstruk persepsi kemudahan penggunaan. Hal ini disebabkan karena penulis hanya ingin mengetahui persepsi pengguna terhadap kebermanfaatan dan kemudahan penggunaan sistem e-faktur. B. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Himawan Wibisono 2013 dengan judul Analisis Penerimaan Sistem e-learning SMK LABOR Pekan baru dengan menggunakan technology acceptance model TAM. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana mengukur persepsi penerimaan siswa terhadap kemudahan pemakaian dan kemanfaatan sistem e-learning dan mengetahui faktor-faktor yang dapat mendorong siswa dalam menggunakan sistem e- learning pada SMK Labor Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerimaan sistem e-learing SMK Labor Pekanbaru untuk persepsi kemudahan pemakaian adalah termasuk kedalam kategori sangat puas dengan persentasi 97,45, dan untuk persepsi kebermanfaatan adalah termasuk kedalam kategori sangat puas dengan persentasi 97,45. Perbedaan penelitian Himawan dengan penelitian yang sekarang adalah Himawan menganalisis persepsi siswa terhadap penerimaan sistem e-learning sedangkan penelitian sekarang menganalisis persepsi PKP terhadap penggunaan sistem e-Faktur. Kesamaan dalam penelitian adalah metode analisis data deskriptif dan variabel yang digunakan menggunakan model penerimaan sistem teknologi oleh TAM. Berdasarkan teori yang telah dikemukakan dan mengkaji hasil penelitian terdahulu maka dapat dikatakan untuk menilai persepsi PKP terhadap penggunaan e-Faktur dapat dilakukan dengan menggunakan metode TAM. Suatu sistem yang diteliti dapat dikatakan bermanfaat dan mudah dengan diukur menggunakan indikator-indikator yang terdapat dalam persepsi kebermanfaatan dan persepsi kemudahan penggunaan menurut TAM. Hasil penelitian termasuk dalam kategori bermanfaat atau tidak bermanfaat, mudah atau tidak mudah ditentukan berdasarkan tingkat prestasi yang ditetapkan. Maka berdasarkan kategori tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem e-Faktur merupakan sistem yang bermanfaat dan mudah atau tidak menurut persepsi PKP. Desain penelitian untuk menjawab persepsi PKP terhadap penggunaan e- Faktur sebagai sarana pelaporan Faktur Pajak dapat dilihat pada Gambar 2.2. Pertama penulis menentukan sampel yang tepat untuk memilih responden, setelah itu membagikan kuesioner yang sudah dikelompokan menjadi 2 variabel yaitu persepsi kebermanfaatan dan persepsi kemudahan penggunaa. Jika kuesioner sudah terkumpul maka penulis dapat mencari skor total dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI setiap persepsi menggunakan skala likert lalu menentukan rata-rata persepsi. Hasil tersebut lalu dianalisis untuk menarik kesimpulan. Adapun Gambar 2.2 sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Gambar 2.2: Desain Penelitian Menentukan Sampel Membagikan kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui persepsi PKP Persepsi Kemudahan X2 Persepsi Kebermanfaatan X1 Mencari skor total dan nilai rata-rata dari setiap indikator variabel Menganalisis indikator dari setiap variabel Kesimpulan 32

BAB III METODE PENELITIAN