Analisis persepsi pengusaha kena pajak terhadap penggunaan e-faktur sebagai sarana pelaporan faktur pajak : studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman.

(1)

xiii ABSTRAK

ANALISIS PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK TERHADAP PENGGUNAAN E-FAKTUR SEBAGAI SARANA PELAPORAN FAKTUR

PAJAK

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman

Eni Nur Lestariningsih NIM: 122114113 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis persepsi Pengusaha Kena Pajak terhadap penggunaan e-Faktur sebagai sarana pelaporan Faktur Pajak. Subjek penelitian ini adalah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman yang menggunakan e-Faktur.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan persepsi Pengusaha Kena Pajak diukur menggunakan rentang skala. Teknik pengujian instrumen yang dilakukan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi Pengusaha Kena Pajak terhadap penggunaan e-Faktur sebagai sarana pelaporan Faktur Pajak termasuk dalam kriteria setuju. Persepsi Pengusaha Kena Pajak setuju bahwa penggunaan e-Faktur sebagai sarana pelaporan Faktur Pajak adalah sistem yang bermanfaat. Selain itu, Persepsi PKP setuju bahwa penggunaan e-Faktur sebagai sarana pelaporan Faktur Pajak adalah mudah digunakan.

Kata Kunci: Persepsi, Kebermanfaatan dan Kemudahaan Penggunaan Faktur, e-Faktur, TAM


(2)

xiv ABSTRACT

AN ANALYSIS ON PERCEPTION OF TAXABLE ENTERPRISE TO USE E-FAKTUR AS A MEANS OF REPORTING TAX INVOICE

A Case Study in Sleman Tax Office

Eni Nur Lestariningsih Student Number: 122114113

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

Purpose of the study is to analyze the perception of taxable enterprise using e-Faktur as a means of reporting Tax Invoice. This research subject is a taxable enterprise registered in the Sleman Tax Office which uses e-Faktur.

This type of the research is a case study. The technique of data collection is questionnaires and the perception of taxable enterprise is measured using a range of scales. Mechanical testing of the instrument is performed using validity and reliability test.

The results show that the taxable enterprises perceive that e-Faktur as a means of reporting Tax Invoice included in the agreed criteria. The taxable enterprises agree that the use of e-Faktur as a means of reporting Tax Invoice is a useful system. In addition, the taxable enterprises agree that e-Faktur as a means of reporting Tax Invoice is easy to use.

Keywords: Perception, Usefulness and Ease of Use of The e-FakturSystem, e-Faktur, TAM


(3)

ANALISIS PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK

TERHADAP PENGGUNAAN E-FAKTUR SEBAGAI

SARANA PELAPORAN FAKTUR PAJAK

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Eni Nur Lestariningsih NIM: 122114113

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

ANALISIS PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK

TERHADAP PENGGUNAAN E-FAKTUR SEBAGAI

SARANA PELAPORAN FAKTUR PAJAK

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Eni Nur Lestariningsih NIM: 122114113

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Kita tidak pernah tau usaha keberapa yang akan berh

asil,

Seperti kita tak pernah tau doa mana yang akan dikabulkan,

Keduanya sama: PERBANYAKLAH”

-NN-

“Jangan pernah menunda untuk mencoba saat ada kesempatan, karena

belum tentu kamu akan berhasil dikesempatan selanjutnya”

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Allah SWT

Orang tuaku Ibu Kaminem dan Bapak Bakir

Saudara-saudaraku Mas Wahyu, Puji, dan Ari


(8)

(9)

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Persepsi Pengusaha Kena Pajak Terhadap Penggunaan e-Faktur Sebagai Sarana Pelaporan Faktur Pajak (Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman). Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Progran Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., PhD., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, M.M., Ak., C.A., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Segenap dosen Fakultas Ekonomi yang telah membagikan ilmu dan pengalaman terbaik bagi penulis dan segenap staf sekretariat Fakultas Ekonomi yang telah memberikan pelayanan terbaik.

4. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.


(11)

(12)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRCT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Pengertian Persepsi... 7

2. Pengertian Pajak ... 8

3. Fungsi Pajak ... 9

4. Sistem Pemungutan Pajak ... 9

5. Pengertian Wajib Pajak ... 11

6. Faktur Pajak ... 12

7. E-Faktur ... 16

8. Pelaporan Faktur Pajak ... 20

9. Sertifikat Elektronik dan Akun PKP ... 21

10.Model Penerimaan Teknologi ... 24

B. Desain Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 32

C. Tempat Penelitian ... 32

D. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel ... 33

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 47

F. Data ... 48

G. Teknik Pengumpulan Data ... 49

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Data ... 50


(13)

x

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 56

A. Sejarah KPP Pratama Sleman ... 56

B. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Sleman ... 57

C. Visi, Misi, dan Motto Pelayanan KPP Pratama Sleman... 58

D. Struktur Organisasi ... 58

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Deskripsi Data ... 62

B. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 66

C. Analisis Data ... 69

D. Pembahasan ... 82

BAB VI PENUTUP ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Keterbatasan Penelitian ... 87

C. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(14)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasional Variabel... 47

Tabel 3.2 Kategori Tingkat Persepsi Kebermanfaatan ... 53

Tabel 3.3 Kategori Tingkat Persepsi Kemudahan Penggunaan ... 54

Tabel 4.1 Jumlah Sumber Daya Manusia KPP Pratama Sleman ... 60

Tabel 5.1 Data Responden Berdasarkan Jabatan ... 63

Tabel 5.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Wajib Pajak ... 64

Tabel 5.3 Data Responden Berdasarkan Kegiatan Bidang Usaha ... 65

Tabel 5.4 Data Responden Berdasarkan Lama Penggunaan e-Faktur ... 66

Tabel 5.5 Hasil Uji Validitas ... 67

Tabel 5.6 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Kebermanfaatan ... 68

Tabel 5.7 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Kemudahan Penggunaan ... 68

Tabel 5.8 Persentase Jawaban Responden per Butir Pernyataan untuk Komponen Persepsi Kebermanfaatan ... 71

Tabel 5.9 Persentase Jawaban Responden per Butir Pernyataan untuk Komponen Persepsi Kemudahan Penggunaan ... 77


(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Technology Acceptance Model (TAM) ... 25 Gambar 2.2. Desain Penelitian ... 31 Gambar 4.1. Struktur Organisasi KPP Pratama Sleman ... 59


(16)

xiii ABSTRAK

ANALISIS PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK TERHADAP PENGGUNAAN E-FAKTUR SEBAGAI SARANA PELAPORAN FAKTUR

PAJAK

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman

Eni Nur Lestariningsih NIM: 122114113 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis persepsi Pengusaha Kena Pajak terhadap penggunaan e-Faktur sebagai sarana pelaporan Faktur Pajak. Subjek penelitian ini adalah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman yang menggunakan e-Faktur.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan persepsi Pengusaha Kena Pajak diukur menggunakan rentang skala. Teknik pengujian instrumen yang dilakukan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi Pengusaha Kena Pajak terhadap penggunaan e-Faktur sebagai sarana pelaporan Faktur Pajak termasuk dalam kriteria setuju. Persepsi Pengusaha Kena Pajak setuju bahwa penggunaan e-Faktur sebagai sarana pelaporan e-Faktur Pajak adalah sistem yang bermanfaat. Selain itu, Persepsi PKP setuju bahwa penggunaan e-Faktur sebagai sarana pelaporan Faktur Pajak adalah mudah digunakan.

Kata Kunci: Persepsi, Kebermanfaatan dan Kemudahaan Penggunaan e-Faktur, e-Faktur, TAM


(17)

xiv ABSTRACT

AN ANALYSIS ON PERCEPTION OF TAXABLE ENTERPRISE TO USE E-FAKTUR AS A MEANS OF REPORTING TAX INVOICE

A Case Study in Sleman Tax Office

Eni Nur Lestariningsih Student Number: 122114113

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

Purpose of the study is to analyze the perception of taxable enterprise using e-Faktur as a means of reporting Tax Invoice. This research subject is a taxable enterprise registered in the Sleman Tax Office which uses e-Faktur.

This type of the research is a case study. The technique of data collection is questionnaires and the perception of taxable enterprise is measured using a range of scales. Mechanical testing of the instrument is performed using validity and reliability test.

The results show that the taxable enterprises perceive that e-Faktur as a means of reporting Tax Invoice included in the agreed criteria. The taxable enterprises agree that the use of e-Faktur as a means of reporting Tax Invoice is a useful system. In addition, the taxable enterprises agree that e-Faktur as a means of reporting Tax Invoice is easy to use.

Keywords: Perception, Usefulness and Ease of Use of The e-FakturSystem, e-Faktur, TAM


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi dari masa ke masa selalu lebih baik dan memberikan banyak manfaat bagi para pengguna. Perkembangan teknologi memberikan dampak positif dan negatif tergantung para pengguna dalam memanfaatkan teknologi yang tersedia. Salah satu manfaat dari teknologi informasi adalah dapat membantu mempercepat dan mempermudah pekerjaan manusia.

Pekerjaan menjadi lebih cepat dan mudah karena hadirnya internet di masa sekarang yang merupakan bentuk perkembangan teknologi. Kemajuan teknologi yang menggunakan sarana internet dimanfaatkan oleh semua pengguna untuk saling bertukar informasi. Pengiriman informasi dengan teknologi yang menggunakan jaringan internet dapat berupa softcopy sehingga tidak perlu mencetak dalam bentuk hardcopy sehingga menghemat biaya dan menghemat waktu.

Perkembangan teknologi yang semakin baik dimanfaatkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk meningkatkan pelayanan administrasi pajak bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk meningkatkan penerimaan pajak. Salah satu jenis penerimaan pajak yang mempunyai kontribusi besar dalam penerimaan negara adalah PPN. Penerimaan pajak atas PPN didukung dengan bukti adanya dokumen transaksi berupa Faktur Pajak. Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak


(19)

(PKP) yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak.

Peningkatan pelayanan bagi Wajib Pajak berkaitan dengan Faktur Pajak ditunjukan dengan diluncurkannya Faktur oleh DJP. DPJ meluncurkan e-Faktur karena masih terdapat penyalahgunaan e-Faktur Pajak, diantaranya Wajib Pajak non PKP yang menerbitkan Faktur Pajak padahal tidak berhak menerbitkan Faktur Pajak, Faktur Pajak yang terlambat diterbitkan, Faktur Pajak fiktif, atau Faktur Pajak ganda, dan juga karena beban administrasi yang begitu besar bagi pihak DJP maupun bagi PKP (www.pajak.go.id).

Pemberlakuan e-Faktur dimaksudkan untuk memberikan kemudahan, kenyamanan, dan keamanan bagi Pengusaha Kena Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan khususnya pembuatan Faktur Pajak. Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang diwajibkan membuat Faktur Pajak berbentuk elektronik ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. PKP yang telah diwajibkan membuat Faktur Pajak menggunakan e-Faktur namun tidak melaksanakannya maka secara hukum dianggap tidak membuat Faktur Pajak sehingga akan dikenakan sanksi pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Besarnya sanksi pajak adalah berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Hal tersebut diatur dalam Pengumuman Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Nomor: Peng-6/PJ.02/2015 tentang Penegasan atas e-Faktur tertanggal 16 Juni 2015.

Pemberlakuan e-Faktur telah ditetapkan dan terbagi menjadi 3 tahap, namun masih ada PKP yang tidak langsung menerapkan penggunaan e-Faktur


(20)

berdasarkan tanggal yang telah ditetapkan. E-Faktur yang merupakan sistem baru mungkin masih kurang dipahami akan manfaat dan kemudahan dari aplikasi tersebut oleh PKP calon pengguna sistem e-Faktur. Adanya perubahan dalam pembuatan Faktur Pajak yang awalnya manual menjadi elektronik memunculkan persepsi terhadap penggunaan sistem e-Faktur. Ada pihak yang memiliki anggapan sulit dan tidak memberikan manfaat, namun bagi pihak yang sudah terbiasa terhadap perubahan teknologi mungkin menilai mudah dan bermanfaat.

Penilaian terhadap manfaat dan kemudahan e-Faktur dapat dilihat dari persepsi PKP terhadap penggunaan e-Faktur. Penilaian terhadap persepsi ini dapat dihubungkan dengan model penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model atau TAM). TAM adalah salah satu teori yang menjelaskan penggunaan sistem teknologi informasi terhadap individual. TAM berargumentasi bahwa penerimaan individual terhadap sistem teknologi informasi ditentukan oleh persepsi kegunaan (kebermanfaatan) dan persepsi kemudahan penggunaan. Hal ini dapat membantu calon pengguna baru e-Faktur untuk mengetahui bagaimana pandangan atau penilaian terhadap sistem e-Faktur.

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya maka

penulis merumuskan judul penelitian “Analisis Persepsi Pengusaha Kena Pajak terhadap Penggunaan e-Faktur sebagai Sarana Pelaporan Faktur Pajak”.


(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan sebelumnya maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi Pengusaha Kena Pajak terhadap penggunaan e-Faktur sebagai sarana pelaporan Faktur Pajak?”

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Responden dalam penelitian ini adalah Pengusaha Kena Pajak yang menggunakan e-Faktur dan terdaftar di KPP Pratama Sleman.

2. Variabel yang digunakan adalah persepsi kebermanfaatan dan persepsi kemudahan penggunaan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian adalah untuk menganalisis persepsi Pengusaha Kena Pajak terhadap penggunaan e-Faktur sebagai sarana pelaporan Faktur Pajak.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran kepada KPP untuk mengevaluasi penggunaan sistem e-Faktur.


(22)

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi mahasiswa terhadap penggunaan sistem e-Faktur di Indonesia.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis.

F. Sistematika Penelitian Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan tentang terori-teori yang mendukung penelitian, penelitian terdahulu dan desain penelitian.

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, subyek dan obyek penelitian, tempat dan waktu penelitian, variabel penelitian dan operasional variabel, populasi dan sampel penelitian, data, teknik pengumpulan data, uji validitas dan uji reliabilitas serta teknik analisi data.


(23)

Bab IV : Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman.

Bab V : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan tentang deskripsi responden, analisis data, dan pembahasan.

Bab VI : Penutup

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan saran bagi peneliti selanjutnya.


(24)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Persepsi

Menurut Walgito (2010:99), persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.

Persepsi menurut Suharnan (2005:23) merupakan suatu proses menginterpretasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia. Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan di dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung menurut Matlin (1989) dan Solso (1988) dalam Suharnan.

Hardy (1988:83), bagi hampir semua orang, sanngatlah mudah kiranya melakukan perbuatan melihat, mendengar, membau, merasakan, dan menyentuh, yakni proses-proses yang sudah semestinya ada. Namun informasi yang datang dari organ-organ indera kiranya perlu terlebih dahulu diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti, dan proses ini dinamakan persepsi (perception).


(25)

Ling (2021:6) persepsi merupakan serangkaian proses rumit yang melaluinya kita memperoleh dan menginterpretasikan informasi indrawi. Interpretasi ini memungkinkan kita mencerap lingkungan kita secara bermakna. Solso (2007:75) persepsi (perception) melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informasi sensorik. Persepsi mengacu pada interpretasi hal-hal yang kita indera.

Persepsi didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1061) sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan seseorang terhadap suatu kondisi atau informasi yang ditangkap melalui panca indera.

2. Pengertian Pajak

Menurut UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam Mardiasmo (2009:1):


(26)

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasrkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada medapat jasa timbal (kontaprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

3. Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2009:1) terdapat dua fungsi pajak, yaitu: a. Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Contoh:

1) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras.

2) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

3) Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.

4. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2009:7) sistem pemungutan pajak terbagi menjadi berikut:


(27)

a. Official Assessment System

Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-ciri dari sistem ini adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus, Wajib Pajak bersifat pasif dan utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri dari sistem ini adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri, Wajbi Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dan fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya adalah wewenang menentukan besarnya pajak yang teutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.


(28)

5. Pengertian Wajib Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), orang pribadi merupakan Subjek Pajak Penghasilan. Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dalam buku BIJAK (2015:11), dapat dikategorikan sebagai berikut: (1) Penghasilan daru usaha yaitu penghasilan yang diterima tau diperoleh dari kegiatan usaha Wajib Pajak, misalnya usaha toko atau berjualan online. (2) Penghasilan dari pekerjaaan bebas yaitu penghasilan yang diterima atau diperoleh dari pekerjaan bebas yang dilakukan Wajib Pajak, misalnya dokter, pengacara, atau notaris. (3) Penghasilan dari pekerjaan yaitu penghasilan yang diterima tau diperoleh dari pekerjaan Wajib Pajak sebagai pegawai (karyawan), misalnya sebagai direktur, komisaris, pegawai tetap, atau pegawai harian. (4) Penghasilan dari modal yaitu penghasilan yang diterima tau diperoleh Wajib Pajak dari modal yang dimilikinya yang berupa harta gerak maupun harta tak gerak, misalnya bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta. (5) Penghasilan lainnya yaitu penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak selain dari kategori di atas, misalnya hadiah, hibah, warisan, atau pembebasan utang.


(29)

Menurut UU Nomor 16 Tahun 2009 badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

6. Faktur Pajak

a. Pengertian Faktur Pajak

Menurut UU Nomor 42 Tahun 2009 Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak.

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Pengusaha kena pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak


(30)

dan/atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang nomor 42 tahun 2009.

Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Penyerahan barang kena pajak adalah setiap penyerahan barang kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan undang-undang nomor 42 tahun 2009. Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan. Penyerahan jasa kena pajak adalah setiap kegiatan pemberian jasa yang dikenai pajak berdasarkan undang-undang nomor 42 tahun 2009.

b. Jenis Faktur Pajak

Djuanda (2002:74) jenis Faktur Pajak berdasarkan UU PPN Tahun 2000 adalah sebagai berikut:

1)Faktur Pajak Standar

Faktur Pajak standar adalah Faktur Pajak yang dibuat sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 2000 yaitu dalam Faktur Pajak standar harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak yang meliputi:


(31)

a) Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;

b) Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;

c) Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;

d) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

e) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

f) Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan g) Nama, jabatan dan tandatangan yang berhak menandatangani

Faktur Pajak. 2)Faktur Pajak Gabungan

Faktur Pajak Gabungan adalah Faktur Pajak standar yang cara penggunananya diperkenankan kepada PKP yang memuat lebih dari satu transaksi dalam satu bulan takwin atas penyerahan BKP/JKP kepada pembeli atau penerima jasa yang sama, dan harus dibuat paling lambat pada akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan BKP/JKP.

3)Faktur Pajak Sederhana

Faktur Pajak sederhana adalah dokumen yang disamakan fungsinya dengan Faktur Pajak, yang diterbitkan oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP yang dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir, atau kepada pembeli atau penerima jasa yang tidak


(32)

diketahui identitasnya secara lengkap. Faktur Pajak sederhana sekurang-kurangnya harus memuat:

a) Nama, alamat usaha, NPWP serta nomor dan tanggal pengukuhan PKP yang menyerahkan BKP/JKP;

b) Jenis dan kuantum BKP/JKP yang diserahkan;

c) Jumlah harga jual atau penggantian yang sudah termasuk pajak atau besarnya pajak dicantumkan secara terpisah;

d) Tanggal pembuatan Faktur Pajak sederhana. c. Faktur Pajak Fiktif

Surat edaran direktur jenderal pajak nomor SE - 29/PJ.53/2003 yang dimaksud dengan Faktur Pajak fiktif antara lain adalah:

1) Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Pengusaha yang belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

2) Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Pengusaha dengan menggunakan nama, NPWP, dan Nomor Pengukuhan PKP orang pribadi atau badan lain.

3) Faktur Pajak yang digunakan oleh PKP merupakan Faktur Pajak yang tidak diterbitkan oleh PKP penerbit.

4) Faktur Pajak yang secara formal memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat (5) Undang-undang PPN, tetapi tidak memenuhi secara material yaitu tidak ada penyerahan barang dan atau uang atau barang tidak diserahkan kepada pembeli sebagaimana tertera pada Faktur Pajak.


(33)

5) Faktur Pajak yang diterbitkan oleh PKP yang identitasnya tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

7. E-Faktur

a. Pengertian E-Faktur

Faktur Pajak berbentuk elektronik, yang selanjutnya disebut e-Faktur, adalah Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Pasal 1 ayat (1) PER-16/PJ/2014).

b. Dasar Hukum Pembuatan e-Faktur

1) UU Nomor 42 TAHUN 2009 tentang Perubahan Ketiga atas UU Nomor 8 TAHUN 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan PPnBM. 2) PMK-151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata

Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak.

3) PER-17/PJ/2014 tentang Perubahan Kedua atas PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Prosedur Pemberitahuan dalam rangka Pembuatan, Tata Cara Pengisian Keterangan, Pembetulan atau Penggantian, dan Pembatalan Faktur Pajak.

4) PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak berbentuk Elektronik.


(34)

c. Kewajiban Membuat e-Faktur

1) Pengusaha Kena Pajak yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-136/PJ/2014

2) Tahap pemberlakuan e-Faktur

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-136/PJ/2014 pemberlakuan e-Faktur terbagi menjadi tiga tahap, yaitu:

a) Sejak 1 Juli 2014 kepada 45 PKP tertentu.

b) Per 1 Juli 2015 PKP yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jawa dan Bali wajib menggunakan e-Faktur.

c) Per 1 Juli 2016 pemberlakukan e-Faktur secara nasional. d. Transaksi yang Diwajibkan Pembuatan e-Faktur

Berdasarkan peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 transaksi yang diwajibkan pembuatan e-Faktur yaitu: 1) Penyerahan Barang Kena Pajak (Pasal 4 ayat (1) huruf a dan/ atau

Pasal 16D UU PPN) dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak (Pasal 4 ayat (1) huruf c UU PPN)

2)Dikecualikan atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak:

a) yang dilakukan oleh pedagang eceran (Pasal 20 PP No. 1 Tahun 2012)

b) yang dilakukan oleh PKP Toko Retail kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri (Pasal 16E UU PPN)


(35)

c) yang bukti pungutan PPN berupa dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak (Pasal 13 ayat (6) UU PPN).

e. Saat Pembuatan e-Faktur

Saat pembuatan e-Faktur oleh Pengusaha Kena Pajak berdasarkan Pasal 3 PER 16/PJ/2014:

1) saat penyerahan Barang Kena Pajak 2) saat penyerahan Jasa Kena Pajak

3) saat penerimaan pembayaran (dalam hal penerimaan pembayaran sebelum penyerahan BKP dan/ atau JKP)

4) saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan

5) saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

f. Keterangan yang wajib ada pada e-Faktur

Berdasarkan pasal 4 (1) PER-16/PJ/2014 e-Faktur harus mencantumkan keterangan mengenai penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat: 1) Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan Barang Kena Pajak

atau Jasa Kena Pajak.

2) nama, alamat, dan NPWP pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak.


(36)

3) jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga.

4) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut.

5) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut. 6) kode, nomor seri, dan tanggal pembutan Faktur Pajak.

7) nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. g. Manfaat e-Faktur

Widodo dan Putu (2015) manfaat e-Faktur bagi Pengusaha Kena Pajak, dalam PER 16/PJ2014 sudah dijabarkan kemudahan-kemudahan dari penggunaan e-Faktur yaitu:

1) Tanda tangan basah digantikan tanda tangan elektronik

2) E-Faktur Pajak tidak harus dicetak sehingga mengurangi biaya kertas, biaya cetak, dan biaya penyimpanan dokumen.

3) Aplikasi e-Faktur Pajak juga membuat SPT masa PPN sehingga PKP tidak perlu lagi membuatnya.

4) PKP yang menggunakan e-Faktur Pajak juga dapat meminta nomor seri Faktur Pajak melalui situs pajak dan tidak perlu lagi datang ke KPP.

5) Terlindungi dari penyalahgunaan Faktur Pajak yang tidak sah, karena cetakan e-Faktur dilengkapi dengan pengaman berupa QR code. QR code menampilkan informasi tentang transaksi penyerahan: nilai DPP dan PPN dan lain-lain.


(37)

6) Informasi dalam QR code dapat dilihat menggunakan aplikasi QR codescanner yang terdapat di-smartphone atau gadget lainnya. 7) Apabila informasi yang terdapat dalam QR code tersebut berbeda

dengan yang ada dalam cetakan e-Faktur Pajak maka Faktur Pajak tersebut tidak valid.

8) Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang sudah memiliki sistem pembuatan Faktur Pajak tidak harus menginput data Faktur Pajak per transaksi (key in). PKP dapat melakukan impor data dari sistem Faktur Pajak yang digunakan ke aplikasi e-Faktur dengan menggunakan skema dan mekanisme impor data. Aplikasi e-Faktur menyediakan fungsi Impor untuk mengimpor data Faktur dalam format csv ke dalam database aplikasi.

8. Pelaporan Faktur Pajak

Ketentuan mengenai kewajiban pelaporan Faktur Pajak atau e-Faktur terdapat dalam Pasal 11 PER-16/PJ-2014 yaitu:

a. e-Faktur wajib dilaporkan oleh PKP ke DJP dengan cara diunggah (upload) ke DJP dan memperoleh persetujuan dari DJP.

b. Pelaporan e-Faktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan aplikasi atau sistem elektronik yang telah ditentukan dan/ atau disediakan DJP.

c. DJP memberikan persetujuan untuk setiap e-Faktur yang telah diunggah (upload) sepanjang Nomor Seri Faktur Pajak yang digunakan


(38)

untuk penomoran e-Faktur tersebut adalah Nomor Seri Faktur Pajak yang diberikan oleh DJP kepada PKP yang membuat e-Faktur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. e-Faktur yang tidak memperoleh persetujuan dari DJP bukan merupakan Faktur Pajak.

9. Sertifikat Elektronik dan Akun PKP a. Pengertian Sertifikat Elektronik

Sertifikat elektronik merupakan sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam Transaksi Elektronik yang dikeluarkan oleh penyelenggara sertifikat elektronik (SE-20/PJ/2014).

b. Fungsi Sertifikat Elektronik

Sertifikat elektronik sebagai prasyarat untuk mendapatkan layanan perpajakan secara elektronik (melaui akun PKP) dalam melaksanakan ketentuan Udang-undang Pajak Pertambahan Nilai seperti pengunaan aplikasi e-Faktur, permintaan nomor seri Faktur Pajak secara online dan layanan lainnya (SE-20/PJ/2014).

c. Cara Memperoleh Sertifikat Elektronik

PKP dapat memperoleh sertifikat elektronik dengan cara mengajukan permintaan Sertifikat Elektronik ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP dikukuhkan dengan menyampaikan Surat


(39)

Permintaan Sertifikat Elektronik. Selanjutnya petugas di KPP akan memandu PKP untuk melakukan prosedur berikutnya.

d. Persyaratan dan Ketentuan yang Berlaku untuk Meminta Digital Sertifikat

1) Surat permintaan sertifikat elektronik ditandatangani dan disampaikan oleh pengurus PKP yang bersangkutan secara langsung ke KPP tempat PKP dikukuhkan dan tidak diperkenankan untuk dikuasakan ke pihak lain.

2) Pengurus sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah:

a) Orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan dan/atau mengambil kepututsan dalam menjalankan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam UU KUP; dan

b) Namanya tercantum dalam SPT Tahunan PPh Badan tahun pajak sebelum tahun diajukannya surat permintaan sertifikat elektronik.

3) SPT Tahunan PPh Badan sebagaimana dimaksud pada huruf b yang telah jatuh tempo pada saat pengajuan surat permintaan sertifikat elektronik harus sudah disampaikan ke KPP dengan dibuktikan asli SPT Tahunan PPh Badan beserta bukti penerimaan surat/tanda terima pelaporan SPT.

4) Dalam hal pengurus sebagaimana dimaksud pada huruf b namanya tidak tercantum dalam SPT Tahunan PPh Badan, maka pengurus tersebut harus menunjukkan asli surat pengangkatan pengurus yang


(40)

bersangkutan dan menunjukkan asli akta pendirian perusahaan atau asli penunjukan sebagai BUT/permanent establisment dari perusahaan induk di luar negeri dan menyerahkan fotocopy dokumen tersebut.

5) Pengurus sebagaimana dimaksud pada huruf a harus menunjukkan asli kartu identitas berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan asli Kartu Keluraga (KK), serta menyerahkan fotocopy dokumen tersebut.

6) Dalam hal pengurus merupakan Warga Negara Asing harus menunjukkan asli paspor, asli Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS), atau asli Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), dan menyerahkan fotocopy dokumen tersebut.

7) Menyampaikan softcopy pas foto terbaru yang disimpan dalam compact disc (CD) sebagai kelengkapan surat permintaan sertifikat elektronik.

8) Seluruh berkas persyaratan di atas disampaikan ke Petugas Khusus yang bertugas di Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) di KPP tempat PKP dikukuhkan.

e. Pengertian Akun PKP

Akun PKP merupakan wadah layanan secara elektronik yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk mempermudah pemberian layanan secara elektronik dalam hal ini adalah pemberian


(41)

digital sertifikat dan pemberian nomor seri Faktur Pajak melalui website.

Fungsinya untuk mempermudah pelayanan kepada PKP sekaligus memberikan keamanan. Setiap PKP yang memenuhi syarat akan dibuatkan Akun PKP oleh DJP. Untuk dapat menggunakan Akun PKP, PKP harus mengaktifkan Akun tersebut.

10.Model Penerimaan Teknologi

a. Konsep Model Penerimaan Teknologi

Definisi model penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model atau TAM) merupakan suatu model penerimaan sistem teknologi informasi yang akan digunakan oleh pemakai (Jogiyanto,2007:111). Model penerimaan teknologi atau technology acceptance model (TAM) dikembangkan oleh Davis et al. (1989). TAM memiliki dua konstruk utama, yaitu kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use). TAM berargumentasi bahwa penerimaan individual terhadap sistem teknologi informasi ditentukan oleh dua konstruk tersebut.

Kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) keduanya mempunyai pengaruh ke minat perilaku (behavioral intention). Pemakai teknologi akan mempunyai minat menggunakan teknologi (minat perilaku) jika merasa sistem teknologi bermanfaat dan mudah digunakan.


(42)

Perilaku (Behavior)

Kegunaan persepsian (perceived usefulness) juga mempengaruhi kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) tetapi tidak sebaliknya. Pemakai sistem akan menggunakan sistem jika sistem bermanfaat baik sistem itu mudah digunakan atau tidak mudah digunakan. Sistem yang sulit digunakan akan tetap digunakan jika pemakai merasa bahwa sistem masih berguna. Model dari TAM dapat dilihat di gambar berikut ini (gambar 2.1).

Gambar 2.1: Technology Acceptance Model (TAM) Sumber: Jogiyanto (2007:112)

Karena TAM dimaksudkan untuk penggunaan teknologi, maka perilaku (behavior) di TAM dimaksudkan sebagai perilaku menggunakan teknologi.

Kegunaan Persepsian (Perceived Usefulness)

Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived Ease

of Use)

Sikap terhadap Perilaku (Attitude towards

Behavior)

Minat Perilaku (Behavioral


(43)

b. Konstruk Model TAM

1) Kegunaan Persepsian (Persepsi Kebermanfaatan)

Kegunaan persepsian (perceived usefulness) didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya.

Dari definisi kegunaan persepsian, diketahui bahwa kegunaan persepsian (perceived usefulness) merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang proses pengambilan keputusan. Dengan demikian jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi berguna maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi kurang berguna maka dia tidak akan menggunakan sistem informasi tersebut. Terdapat 6 indikator yang digunakan untuk menilai persepsi kebermanfaatan yaitu: bekerja lebih cepat, meningkatkan kinerja, meningkatkan produktivitas, efektivitas, membuat pekerjaan lebih mudah, dan bermanfaat.

2) Kemudahan Penggunaan Persepsian (Persepsi Kemudahan Penggunaan)

Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha.

Dari definisi kemudahan penggunaan persepsian, diketahui bahwa konstruk kemudahan penggunaan persepsian (perceived


(44)

ease of use) ini juga merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang proses pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi mudah digunakan maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi tidak mudah digunakan maka dia tidak akan menggunakannya. Terdapat 6 indikator yang digunakan untuk menilai persepsi kemudahan penggunaan yaitu: mudah dipelajari, dapat dikendalikan, jelas dan dapat dipahami (dimengerti), fleksibel, mudah sehingga menjadi terampil, dan mudah digunakan.

3) Sikap Terhadap Perilaku

Sikap terhadap perilaku (attitude towards behavior) didefinisikan oleh Davis et al. (1989) sebagai perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan. Sikap terhadap perilaku (attitude towards behavior) juga didefinisikan oleh Mathieson (1991) sebagai evaluasi pemakai tentang ketertarikannya menggunakan sistem.

4) Minat Perilaku

Minat Perilaku (behavioral intention) adalah suatu keinginan (minat) seseorang untuk melakukan suatu perilaku yang tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku (behavior) jika mempunyai keinginan atau minat (behavioral intention) untuk melakukannya.


(45)

5) Perilaku

Perilaku (behavior) adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Dalam konteks penggunaan sistem teknologi informasi, perilaku (behavior) adalah penggunaan sesungguhnya (actual use) dari teknologi.

Dalam penelitian ini penulis hanya terbatas pada pengukuran dua konstruk, yaitu konstruk persepsi kebermanfaatan dan konstruk persepsi kemudahan penggunaan. Hal ini disebabkan karena penulis hanya ingin mengetahui persepsi pengguna terhadap kebermanfaatan dan kemudahan penggunaan sistem e-faktur.

B. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh Himawan Wibisono (2013) dengan judul Analisis Penerimaan Sistem e-learning SMK LABOR Pekan baru dengan menggunakan technology acceptance model (TAM). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana mengukur persepsi penerimaan siswa terhadap kemudahan pemakaian dan kemanfaatan sistem e-learning dan mengetahui faktor-faktor yang dapat mendorong siswa dalam menggunakan sistem e-learning pada SMK Labor Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerimaan sistem e-learing SMK Labor Pekanbaru untuk persepsi kemudahan pemakaian adalah termasuk kedalam kategori sangat puas dengan persentasi 97,45%, dan untuk persepsi kebermanfaatan adalah termasuk kedalam kategori sangat puas dengan persentasi 97,45%.


(46)

Perbedaan penelitian Himawan dengan penelitian yang sekarang adalah Himawan menganalisis persepsi siswa terhadap penerimaan sistem e-learning sedangkan penelitian sekarang menganalisis persepsi PKP terhadap penggunaan sistem e-Faktur. Kesamaan dalam penelitian adalah metode analisis data deskriptif dan variabel yang digunakan menggunakan model penerimaan sistem teknologi oleh TAM.

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan dan mengkaji hasil penelitian terdahulu maka dapat dikatakan untuk menilai persepsi PKP terhadap penggunaan e-Faktur dapat dilakukan dengan menggunakan metode TAM. Suatu sistem yang diteliti dapat dikatakan bermanfaat dan mudah dengan diukur menggunakan indikator-indikator yang terdapat dalam persepsi kebermanfaatan dan persepsi kemudahan penggunaan menurut TAM. Hasil penelitian termasuk dalam kategori bermanfaat atau tidak bermanfaat, mudah atau tidak mudah ditentukan berdasarkan tingkat prestasi yang ditetapkan. Maka berdasarkan kategori tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem e-Faktur merupakan sistem yang bermanfaat dan mudah atau tidak menurut persepsi PKP.

Desain penelitian untuk menjawab persepsi PKP terhadap penggunaan e-Faktur sebagai sarana pelaporan e-Faktur Pajak dapat dilihat pada Gambar 2.2. Pertama penulis menentukan sampel yang tepat untuk memilih responden, setelah itu membagikan kuesioner yang sudah dikelompokan menjadi 2 variabel yaitu persepsi kebermanfaatan dan persepsi kemudahan penggunaa. Jika kuesioner sudah terkumpul maka penulis dapat mencari skor total dari


(47)

setiap persepsi menggunakan skala likert lalu menentukan rata-rata persepsi. Hasil tersebut lalu dianalisis untuk menarik kesimpulan. Adapun Gambar 2.2 sebagai berikut.


(48)

a.

Gambar 2.2: Desain Penelitian

Sampel

Membagikan kuesioner yang bertujuan untuk

mengetahui persepsi PKP

Persepsi Kemudahan (X2) Persepsi

Kebermanfaatan (X1)

Mencari skor total dan nilai rata-rata dari

setiap indikator variabel

Menganalisis indikator dari setiap variabel


(49)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian studi kasus, penelitian ini hanya dilakukan di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman, hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi untuk PKP di lingkungan kantor pelayanan pajak lain atau untuk seluruh Indonesia.

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek adalah orang-orang yang memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitiannya. Subjek dalam penelitian ini adalah PKP yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman dan telah menggunakan e-Faktur.

2. Objek Penelitian

Objek adalah sesuatu yang menjadi pokok pembahasan atau rumusan masalah dalam penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah persepsi kebermanfaatan dan persepsi kemudahan penggunaan terhadap penggunaan e-Faktur.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman. Waktu penelitian yang dilakukan peneliti pada bulan April 2016 sampai Mei 2016.


(50)

D. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Sugiyono (2012:38) variabel penelitian adalah suatu atribut, nilai/sifat dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai banyak variasi tertentu antara yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari informasinya serta ditarik kesimpulannya. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

a. Persepsi Kebermanfaatan (X1)

Suatu sistem dapat dikatakan bermanfaat apabila memberikan dampak atau hasil yang menguntungkan bagi pengguna. Sistem e-Faktur dapat dikatakan sistem yang bermanfaat menurut persepsi pengguna apabila memberikan dampak atau hasil yang menguntungkan bagi pengguna dibandingkan tidak menggunakan e-Faktur. Indikator variabel ini adalah:

1) Bekerja Lebih Cepat

Menggunakan e-Faktur dapat membuat pekerjaan lebih cepat. Pengguna e-Faktur tidak perlu melaporkan Faktur Pajak dengan datang ke KPP. Pelaporan Faktur Pajak dapat lebih cepat dilakukan cukup dengan mengirim data langsung ke DJP melalui e-Faktur dengan terkoneksi internet setelah pembuatan Faktur Pajak. PKP diwajibkan untuk meng-upload Faktur Pajak ke sistem DJP untuk memperoleh persetujuan. Penilaian Pengguna e-Faktur terhadap poin ini pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat


(51)

Setuju (SS) apabila pengguna e-Faktur cukup melaporkan e-Faktur dengan mengirim data ke DJP melalui aplikasi e-Faktur secara langsung setelah membuat Faktur Pajak. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Setuju (S) apabila pengguna e-Faktur cukup melaporkan e-Faktur dengan mengirim data ke DJP melalui aplikasi e-Faktur secara langsung setelah membuat Faktur Pajak namun harus menunda jika tidak dapat terkoneksi internet. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Cukup Setuju (CS) apabila pengguna e-Faktur cukup melaporkan e-Faktur dengan mengirim data ke DJP melalui aplikasi e-Faktur secara langsung setelah membuat Faktur Pajak walaupun harus menunda jika tidak terkoneksi internet, dengan menggunakan e-Faktur tetap lebih cepat dibandingkan sebelum menggunakan. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Tidak Setuju (TS) apabila pengguna e-Faktur merasa tidak ada perbedaan bahwa lebih cepat menggunakan e-Faktur dibandingkan saat sebelum menggunakan e-Faktur saat melaporkan Faktur Pajak. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Tidak Setuju (STS) apabila pengguna e-Faktur merasa menggunakan e-Faktur lebih memperlama proses pelaporan Faktur Pajak dibandingkan sebelum menggunakan e-Faktur.


(52)

2) Meningkatkan Kinerja

Menggunakan e-faktur dapat meningkatkan kinerja karyawan yang bertugas untuk menyelesaikan tugas berkaitan dengan Faktur Pajak dan transaksi lainnya berkaitan dengan pelaporan Faktur Pajak. Menggunakan e-Faktur meningkatkan hasil kerja menjadi lebih baik terkait dengan hasil Faktur Pajak yang dibuat dan dilaporkan memiliki ketepatan yang sesuai dengan standar pelaporan ataupun pembuatan Faktur Pajak. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Setuju (SS) apabila pengguna e-Faktur merasa hasil kerja meningkat lebih baik setelah menggunakan e-Faktur dalam menyelesaikan seluruh tugas berkaitan dengan Faktur Pajak dibandingkan saat belum menggunakan Faktur. Pengguna Faktur dapat menceklis pada kolom Setuju (S) apabila pengguna e-Faktur merasa hasil kerja meningkat lebih baik setelah menggunakan e-Faktur dalam menyelesaikan tugas berkaitan dengan Faktur Pajak walau untuk beberapa tugas tidak mengalami peningkatan kinerja dibandingkan saat belum menggunakan e-Faktur. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Cukup Setuju (CS) apabila pengguna e-Faktur merasa hasil kerja meningkat lebih baik setelah menggunakan e-Faktur dalam menyelesaikan tugas berkaitan dengan Faktur Pajak walau hanya beberapa tugas yang mengalami peningkatan kinerja dibandingkan saat belum menggunakan e-Faktur. Pengguna e-Faktur dapat


(53)

menceklis pada kolom Tidak Setuju (TS) apabila pengguna Faktur merasa hasil kerja tidak meningkat setelah menggunakan e-Faktur dalam menyelesaikan tugas berkaitan dengan e-Faktur Pajak dibandingkan saat belum menggunakan Faktur. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Tidak Setuju (STS) apabila pengguna e-Faktur merasa hasil kerja menurun setelah menggunakan e-Faktur dalam menyelesaikan tugas berkaitan dengan Faktur Pajak dibandingkan saat belum menggunakan e-Faktur.

3) Meningkatkan Produktivitas

Penggunaan e-Faktur dapat meningkatkan produktivitas pengguna e-Faktur karena aplikasi ini merupakan satu kesatuan dengan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) yang selama ini dilaporkan melalui e-SPT. Aplikasi e-Faktur dapat untuk pembuatan dan pelaporan Faktur Pajak, selain itu dapat untuk pembuatan SPT PPN dalam satu sistem. Pengguna dapat membuat Faktur Pajak atau melakukan pelaporan lebih banyak dibandingkan saat belum menggunakan e-Faktur. Peningkatan produktivitas kerja dilihat dari kuantitas hasil pekerjaan dan waktu pembuatan Faktur Pajak menjadi lebih cepat. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Setuju (SS) apabila pengguna e-Faktur saat menggunakan e-Faktur merasa menyelesaikan pekerjaan berkaitan dengan pembuatan dan pelaporan Faktur Pajak lebih banyak dan


(54)

cepat dalam waktu sehari dibandingkan saat belum menggunakan e-Faktur untuk seluruh transaksi. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Setuju (S) apabila pengguna e-Faktur saat menggunakan e-Faktur merasa menyelesaikan pekerjaan berkaitan dengan pembuatan dan pelaporan Faktur Pajak lebih banyak dan cepat dalam waktu sehari dibandingkan saat belum menggunakan e-Faktur untuk beberapa transaksi. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Cukup Setuju (CS) apabila pengguna e-Faktur saat menggunakan e-Faktur merasa mengalamai peningkatan jumlah dan cepat hanya dalam hal pelaporan Faktur Pajak atau hanya dalam hal pembuatan Faktur Pajak dalam waktu sehari dibandingkan saat belum menggunakan e-Faktur. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Tidak Setuju (TS) apabila pengguna e-Faktur saat menggunakan e-Faktur merasa dalam menyelesaikan pekerjaan berkaitan dengan pembuatan dan pelaporan Faktur Pajak tidak ada perbedaan jumlah yang dihasilkan dalam waktu sehari dibandingkan saat belum menggunakan e-Faktur. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Tidak Setuju (STS) apabila pengguna e-Faktur saat menggunakan e-Faktur merasa dalam menyelesaikan pekerjaan berkaitan dengan pembuatan dan pelaporan Faktur Pajak lebih sedikit dalam waktu sehari dibandingkan saat belum menggunakan e-Faktur.


(55)

4) Efektivitas

E-faktur merupakan sebuah sarana yang sangat efektif dalam menanggulangi dan mencegah penggunaan Faktur Pajak fiktif. E-faktur menyediakan berbagai macam sistem pengamanan mulai dari e-Nofa, sistem tanda tangan elektronik, QR Code di setiap cetakan e-Faktur, dan setiap e-Faktur yang dibuat oleh PKP akan terintegrasi antara pajak keluaran dan pajak masukan dari masing-masing PKP yang bertransaksi. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Setuju (SS) apabila pengguna e-Faktur merasa dengan menggunakan e-Faktur tidak ada lagi Faktur Pajak fiktif yang beredar lagi. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Setuju (S) apabila pengguna e-Faktur merasa dengan menggunakan Faktur sangat sedikit Faktur Pajak fiktif beredar. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Cukup Setuju (CS) apabila pengguna e-Faktur merasa dengan menggunakan e-Faktur terdapat penurunan jumlah Faktur Pajak fiktif yang beredar hanya sedikit. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Tidak Setuju (TS) apabila pengguna e-Faktur merasa dengan menggunakan e-Faktur tidak mengurangi Faktur Pajak fiktif yang beredar. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Tidak Setuju (STS) apabila pengguna e-Faktur merasa dengan menggunakan e-Faktur menambah jumlah Faktur Pajak fiktif yang beredar.


(56)

5) Membuat Pekerjaan Lebih Mudah

Menggunakan e-Faktur membuat pekerjaan lebih mudah. Kemudahan pekerjaan berkaitan dengan fitur-fitur yang disediakan dalam sistem e-faktur sehingga membantu dalam pembuatan dan pelaporan Faktur Pajak menjadi lebih mudah. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Setuju (SS) apabila pengguna e-Faktur merasa fitur-fitur yang tersedia seluruhnya dapat membantu mempermudah dalam pembuatan dan pelaporan Faktur Pajak. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Setuju (S) apabila pengguna e-Faktur merasa fitur-fitur yang tersedia beberapa tidak dapat membantu mempermudah dalam pembuatan dan pelaporan Faktur Pajak. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Cukup Setuju (CS) apabila pengguna e-Faktur merasa fitur-fitur yang tersedia hanya beberapa yang dapat membantu mempermudah dalam pembuatan dan pelaporan Faktur Pajak. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Tidak Setuju (TS) apabila pengguna e-Faktur merasa fitur-fitur yang tersedia tidak mempermudah maupun mempersulit dalam pembuatan dan pelaporan Faktur Pajak. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Tidak Setuju (STS) apabila pengguna e-Faktur merasa fitur-fitur yang tersedia mempersulit pengguna dalam pembuatan dan pelaporan Faktur Pajak.


(57)

6) Bermanfaat

Menggunakan e-Faktur bermanfaat dalam menghemat biaya bagi PKP karena dengan menggunakan e-Faktur, PKP tidak diwajibkan untuk mencetak Faktur Pajak dalam bentuk kertas. Tidak diwajibkannya untuk mencetak Faktur Pajak dalam bentuk kertas maka perusahaan dapat menghemat biaya untuk pembuatan dan penyimpanan Faktur Pajak. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Setuju (SS) apabila pengguna e-Faktur merasa menggunakan e-Faktur dapat menghemat seluruh biaya mencetak, penyimpanan Faktur Pajak dan biaya pengadaan sistem. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Setuju (S) apabila pengguna e-Faktur merasa menggunakan e-Faktur dapat menghemat setengah biaya mencetak, penyimpanan Faktur Pajak dan biaya pengadaan sistem. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Cukup Setuju (CS) apabila pengguna Faktur merasa menggunakan e-Faktur dapat menghemat biaya mencetak, penyimpanan e-Faktur Pajak dan biaya pengadaan sistem walaupun tetap harus mengeluarkan biaya untuk dokumen pendukung. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Tidak Setuju (TS) apabila pengguna e-Faktur merasa menggunakan e-Faktur tidak mengurangi biaya mencetak dan penyimpanan Faktur Pajak. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Tidak Setuju (STS) apabila pengguna Faktur merasa menggunakan


(58)

e-Faktur mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk mencetak, penyimpanan Faktur Pajak dan biaya pengadaan sistem.

b. Persepsi Kemudahan Penggunaan (X2)

Sistem e-Faktur dapat dikatakan sistem yang mudah apabila dapat dipelajari dan dipahami dengan mudah oleh pengguna dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari sistem tersebut. Indikator variabel ini adalah:

1) Mudah Dipelajari

E-Faktur merupakan aplikasi yang mudah dipelajari dan tidak membutuhkan usaha yang sulit untuk mempelajari cara menggunakan aplikasi e-Faktur. Pengguna e-Faktur diberikan buku panduan manual untuk membantu mempelajari penggunaan e-Faktur. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Setuju (SS) apabila pengguna e-Faktur merasa bahwa e-Faktur mudah dipelajari sendiri cukup melalui buku panduan. Pengguna Faktur dapat menceklis pada kolom Setuju (S) apabila pengguna e-Faktur merasa bahwa e-e-Faktur mudah dipelajari sendiri cukup melalui buku panduan dan bantuan dari pegawai DJP cukup melalui sambungan telepon. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Cukup Setuju (CS) apabila pengguna e-Faktur merasa bahwa e-Faktur mudah dipelajari dengan mengikuti pelatihan yang diberikan oleh pihak DJP dan melalui buku panduan. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Tidak Setuju (TS) apabila


(59)

pengguna e-Faktur merasa bahwa e-Faktur sulit dipelajari walaupun telah mengikuti pelatihan. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Tidak Setuju (STS) apabila pengguna e-Faktur merasa bahwa e-Faktur sulit dipelajari walaupun mengikuti pelatihan dan memerlukan waktu yang lama. 2) Dapat Dikendalikan

Penggunaan e-Faktur dapat dikendalikan oleh pengguna dalam pengoperasiannya untuk membuat Faktur Pajak dan pelaporan Faktur Pajak. E-Faktur dapat menghasilkan informasi sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna saat menggunakan sistem e-Faktur. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Setuju (SS) apabila pengguna Faktur merasa menggunakan e-Faktur membantu menghasilkan informasi sesuai dengan yang diharapkan. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Setuju (S) apabila pengguna e-Faktur merasa menggunakan e-Faktur membantu menghasilkan informasi sesuai dengan yang diharapkan walau ada sedikit kesulitan. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Cukup Setuju (CS) apabila pengguna e-Faktur merasa menggunakan e-Faktur membantu menghasilkan informasi sesuai dengan yang diharapkan walaupun sulit dan ada beberapa yang tidak sesuai. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Tidak Setuju (TS) apabila pengguna Faktur merasa menggunakan e-Faktur tidak membantu menghasilkan informasi sesuai dengan


(60)

yang diharapkan. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Tidak Setuju (STS) apabila pengguna e-Faktur merasa menggunakan e-Faktur mempersulit menghasilkan informasi sesuai dengan yang diharapkan.

3) Jelas dan Dapat Dipahami (dimengerti)

Sistem e-Faktur menyajikan beberapa fitur dan menu untuk membantu dalam menyelesaikan tugas berkaitan dengan pembuatan dan pelaporan Faktur Pajak. Fitur dan menu yang tersedia dalam suatu sistem haruslah jelas dan dapat dipahami. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Setuju (SS) apabila pengguna e-Faktur merasa fitur dan menu yang tersedia dalam Faktur jelas dan dapat dipahami fungsinya. Pengguna Faktur dapat menceklis pada kolom Setuju (S) apabila pengguna e-Faktur merasa terdapat beberapa fitur dan menu yang tersedia dalam e-Faktur tidak jelas dan tidak dapat dipahami fungsinya namun cukup menghubungi pegawai DJP via telepon untuk bertanya. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Cukup Setuju (CS) apabila pengguna e-Faktur merasa terdapat beberapa fitur dan menu yang tersedia dalam e-Faktur tidak jelas dan tidak dapat dipahami fungsinya namun cukup menghubungi pegawai DJP dengan datang ke KPP untuk bertanya. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Tidak Setuju (TS) apabila pengguna Faktur merasa terdapat fitur dan menu yang tersedia dalam


(61)

e-Faktur tidak jelas dan tidak dapat dipahami fungsinya dan tidak ada pegawai DJP yang memahami. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Tidak Setuju (STS) apabila pengguna e-Faktur merasa seluruh fitur dan menu yang tersedia dalam e-Faktur tidak jelas dan tidak dapat dipahami fungsinya..

4) Fleksibel

Sistem e-Faktur merupakan sistem yang fleksibel karena dapat menerima import data dari sistem lain yang digunakan oleh perusahaan. Perusahaan tidak perlu melakukan input data ulang jika ingin menggunakan e-Faktur dan sebelumnya telah menggunakan sistem yang lain. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Setuju (SS) apabila pengguna e-Faktur merasa seluruh jenis sistem akuntansi dapat melakukan import data ke sistem e-Faktur. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Setuju (S) apabila pengguna e-Faktur merasa hanya beberapa jenis sistem akuntansi yang tidak dapat melakukan import data ke sistem e-Faktur. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Cukup Setuju (CS) apabila pengguna e-Faktur merasa beberapa jenis sistem akuntansi yang dapat melakukan import data ke sistem e-Faktur. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Tidak Setuju (TS) apabila pengguna e-Faktur merasa hanya ada satu jenis sistem akuntansi yang dapat melakukan import data ke sistem e-Faktur. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada


(62)

kolom Sangat Tidak Setuju (STS) apabila pengguna e-Faktur merasa tidak ada sistem akuntansi yang dapat melakukan import data ke sistem e-Faktur.

5) Mudah sehingga Menjadi Terampil

Sistem e-Faktur mudah untuk digunakan sehingga membuat pengguna menjadi terampil dalam menggunakan sistem tersebut. Seseorang dikatakan terampil apabila dapat melakukan sesuatu dengan cepat dan benar. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Setuju (SS) apabila pengguna e-Faktur merasa dapat menggunakan sistem e-Faktur dengan mudah sehingga cepat dalam membuat dan melaporkan Faktur Pajak dengan benar. Pengguna Faktur dapat menceklis pada kolom Setuju (S) apabila pengguna e-Faktur merasa dapat menggunakan sistem e-e-Faktur dengan mudah sehingga dapat membuat dan melaporkan Faktur Pajak dengan benar namun tidak cepat. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Cukup Setuju (CS) apabila pengguna e-Faktur merasa dapat menggunakan sistem e-Faktur dengan mudah sehingga dapat membuat Faktur Pajak dengan benar namun tidak cepat dan masih dengan selalu membuka buku panduan. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Tidak Setuju (TS) apabila pengguna e-Faktur merasa kesulitan menggunakan e-e-Faktur sehingga membuat dan melaporkan Faktur Pajak masih melakukan kesalahan. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Tidak


(63)

Setuju (STS) apabila pengguna e-Faktur merasa sangat sulit menggunakan e-Faktur sehingga dalam membuat Faktur Pajak menggunakan e-Faktur masih sering salah, waktu yang lama, dan selalu melihat buku panduan.

6) Mudah Digunakan

E-Faktur merupakan sistem yang mudah untuk dioperasikan atau digunakan oleh pengguna. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk dapat membuat Faktur Pajak dengan menggunakan e-Faktur. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Setuju (SS) apabila pengguna e-Faktur merasa tidak memerlukan waktu yang lama untuk membuat Faktur Pajak menggunakan e-Faktur. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Setuju (S) apabila pengguna e-Faktur merasa tidak memerlukan waktu yang lama untuk membuat Faktur Pajak menggunakan e-Faktur, namun hanya untuk beberapa transaksi tertentu memerlukan waktu yang sedikit lebih lama. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Cukup Setuju (CS) apabila pengguna e-Faktur merasa memerlukan waktu yang sama untuk membuat Faktur Pajak menggunakan e-Faktur atau sebelum menggunakan e-Faktur, namun beberapa transaksi tertentu tidak membutuhkan waktu yang lama. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Tidak Setuju (TS) apabila pengguna e-Faktur merasa memerlukan waktu yang sama untuk membuat Faktur Pajak menggunakan Faktur atau sebelum menggunakan


(64)

e-Faktur. Pengguna e-Faktur dapat menceklis pada kolom Sangat Tidak Setuju (STS) apabila pengguna e-Faktur merasa memerlukan waktu yang lebih lama untuk membuat Faktur Pajak menggunakan e-Faktur dibandingkan sebelum menggunakan e-Faktur.

2. Operasional Variabel

Tabel 3.1: Operasional Variabel

Variabel Indikator Nomor

Kuesioner

Persepsi Kebermanfaatan

(X1)

1. Bekerja lebih cepat 2. Meningkatkan kinerja 3. Meningkatkan produktivitas 4. Efektivitas

5. Membuat pekerjaan lebih mudah 6. Bermanfaat

1 s/d 6

Persepsi Kemudahan Penggunaan

(X2)

7. Mudah dipelajari 8. Dapat dikendalikan 9. Jelas dan dapat dipahami

(dimengerti) 10.Fleksibel

11.Mudah sehingga menjadi terampil 12.Mudah digunakan

1 s/d 6

Sumber: Data Diolah

E. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah PKP yang terdaftar di KPP Pratama Sleman dan telah menggunakan e-Faktur.


(65)

Sugiyono (2012:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah PKP yang berada di lingkungan KPP Pratama Sleman dan telah menggunakan e-Faktur. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode convinience sampling. Menurut Sarwono (2010: 81), convenience atau opportunity sampling: memilih unit-unit analisis yang dianggap sesuai oleh peneliti. Jumlah kuesioner yang disebarkan untuk meneliti persepsi PKP adalah sebanyak 100 kuesioner. Berdasarkan rumus Slovin sampel ditentukan sebagai berikut (Wiyono, 2011:78) :

� =

+ ��

� = + . . ,

� = ,

(dibulatkan menjadi 100) Keterangan :

N = ukuran populasi n = ukuran sampel

e = batas kesalahan yang diinginkan yaitu sebesar 10%

F. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa kuesioner yang ditujukan kepada responden pengguna e-Faktur. Kuesioner yang ditujukan berisi pernyataan-pernyataan mengenai penggunaan e-Faktur.


(66)

Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur distribusi kuesioner adalah dengan skala likert yang menunjukkan pernyataan, dimana setiap pernyataan yang bersifat positif diberi nilai kuantitatif 5,4,3,2,1. Responden sebagai individu diminta untuk menjawab setiap pernyataan dalam variabel kebermanfaatan dan variabel kemudahan penggunaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), cukup setuju (CS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) berdasarkan persepsi responden dalam menggunakan e-Faktur.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dari variabel persepsi kebermanfaatan dan persepsi kemudahan penggunaan yang digunakan oleh Himawan Wibisono (2013) dan juga mengacu pada penelitian Gardner dan Amoroso (2004) dalam Jogiyanto (2007:180) dengan membuat penyesuaian pada pernyataan yang terdapat dalam variabel persepsi kebermanfaat dan variabel persepsi kemudahan penggunaan agar lebih sesuai dengan sistem e-Faktur. Hal ini untuk menyesuaikan manfaat dari penggunaan sistem e-Faktur yang berbeda dengan sistem e-learning dan internet.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner dalam penelitinan ini terdiri dari 2 bagian yaitu:

1. Bagian pertama berisi tentang pertanyaan yang menyangkut identitas responden yang mengisi kuesioner. Informasi yang tercantum dalam bagian pertama adalah nama responden, jabatan responden, kepemilikan


(67)

NPWP, nama tempat usaha, alamat tempat usaha, status PKP, jenis usaha, dan lama penggunaan e-Faktur.

2. Bagian kedua, berisi tentang pernyataan yang berhubungan dengan persepsi Pengusaha Kena Pajak terhadap penggunaan e-Faktur yang terdiri dari:

a. Persepsi Kebermanfaatan

b. Persepsi Kemudahan Penggunaan

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Data 1. Uji Validitas

Menurut Sanusi (2014:76) agar data yang diperoleh mempunyai tingkat akurasi dan konsistensi yang tinggi, instrumen penelitian yang digunakan harus valid dan reliabel. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur.

Validitas instrumen ditentukan dengan mengorelasikan antara skor yang diperoleh setiap butir pertanyaan atau pernyataan dengan skor total. Skor total adalah jumlah dari semua skor pertanyaan atau pernyataan. Jika skor tiap butir pertanyaan berkorelasi secara signifikan dengan skor total pada tingkat alfa 5% maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur itu valid. Validnya data ialah jika nilai rhitung > nilai rtabel pada taraf signifikan 0,05 atau 5%, sebaliknya jika nilai rhitung < nilai rtabel, maka instrumen dikatakan tidak valid.

Rumus yang digunakan untuk mencari nilai korelasi adalah korelasi pearson product moment yang dirumuskan sebagai berikut.


(68)

r = N ∑XY − ∑X∑Y

√[N∑ − ][�∑ − ∑ ]

r = koefisien korelasi X= skor butir

Y = skor total butir

N= jumlah sampel (responden)

2. Uji Reliabilitas

Menurut Prasetyo dan Lina (2010: 104) menjelaskan bahwa reliabilitas berkaitan dengan keterandalan suatu indikator. Informasi yang ada pada indikator ini tidak berubah-ubah, atau yang disebut dengan konsisten.

Menurut Ghozali (2007:41) suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu kewaktu. Suatu konstuk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Uji reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban responden konsisten dari waktu ke waktu.

I. Teknik Analisis Data

Peneliti ingin mengetahui gambaran tentang persepsi pengguna sehingga analisis yang sesuai adalah analisis deskriptif. Sanusi (2014:116) menyatakan bahwa apabila peneliti bermaksud untuk menjelaskan data dari satu variabel yang diteliti, peneliti dapat menggunakan statistik deskriptif. Analisis deskriptif untuk menjawab rumusan masalah di atas dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(69)

1. Persiapan

Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain: mengecek identitas responden dan mengecek kelengkapan isian data. Hal ini dilakukan untuk menghindari satu responden mengisi dua kuesioner dan mengetahui bahwa seluruh pernyataan berkaitan dengan variabel telah terisi.

2. Tabulasi

Kegiatan tabulasi meliputi pemberian skor terhadap item-item pernyataan dalam kuesioner dan memberi kode terhadap semua subvariabel untuk kepentingan pengolahan data komputer.

3. Penentuan Rentang Skala

Teknik yang digunakan dalam penarikan kesimpulan adalah dengan analisis pengukuran rentang skala. Analisis ini digunakan untuk menentukan nilai skala persepsi Pengusaha Kena Pajak terhadap penggunaan e-Faktur sebagai sarana pelaporan Faktur Pajak, atas masing-masing variabel pada kriteria yang ditentukan. Analisis ini terbatas pada penilaian apakah variabel persespi kebermanfaatan dan variabel persepsi kemudahaan penggunaan masuk dalam kategori setuju atau tidak setuju bahwa e-Faktur bermanfaat dan setuju atau tidak setuju bahwa e-Faktur mudah. Analisis rentang skala dapat ditetapkan hal-hal sebagai berikut (Sugiono, 2002):

a. Rentang jawaban menggunakan Skala Likert 1 sampai 5.

b. Jumlah skor tertinggi (positif) adalah jumlah pernyataan dikali skala tertinggi.


(70)

c. Jumlah skor terendah (negatif) adalah jumlah pernyataan dikali skala terendah.

d. Rumus rentang skala adalah: CI = �

Keterangan:

CI = Interval Kelas

Range = Selisih antara data terbesar dan terkecil C = Jumlah alternatif jawaban setiap item

Range didapat dari selisih skor terbesar dan skor terkecil dengan hasil sebesar 24. Jumlah alternatif jawaban setiap item adalah sebanyak 5 kelas. Lalu selanjutnya adalah menentukan interval kelas. Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus maka diperoleh rentang kelas sebesar 4,8 setiap kelasnya, ini didapat dari range dibagi jumlah alternatif jawaban setiap item (24/5=4,8). Hasil klasifikasi dapat dilihat pada tabel 3.2 dan tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.2: Kategori Tingkat Persepsi Kebermanfaatan

Sumber: data diolah Kelas Kualifikasi 25,2-30,0 Sangat Setuju 20,4-25,1 Setuju

15,6-20,3 Cukup Setuju 10,8-15,5 Tidak Setuju


(71)

Tabel 3.3: Kategori Tingkat Persepsi Kemudahan Penggunaan

Sumber: data diolah

4. Menghitung Rata-Rata

Rata-rata hitung adalah nilai yang menunjukkan pusat di antara nilai-nilai yang ada dalam pengamatan. Rata-rata hitung digunakan untuk mengetahui skor dari setiap komponen variabel berdasarkan persepsi responden. Perhitungan rata-rata menggunakan rumus sebagai berikut.

X =∑�

Keterangan:

X = rata-rata hitung

∑X = jumlah semua nilai kuesioner n = jumlah responden

5. Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan kategori tingkat persepsi kebermanfaatan dan kategori tingkat persepsi kemudahan penggunaan maka dapat ditarik kesimpulan tentang persepsi PKP terhadap penggunaan e-Faktur sebagai sarana pelaporan Faktur Pajak. Apabila rata-rata dari variabel persepsi kebermanfaat mendekati angka 30 berarti menunjukkan bahwa PKP sangat setuju jika e-Faktur merupakan sistem yang bermanfaat, sebaliknya

Kelas Kualifikasi 25,2-30,0 Sangat Setuju 20,4-25,1 Setuju

15,6-20,3 Cukup Setuju 10,8-15,5 Tidak Setuju


(72)

bila rata-rata dari variabel persepsi kebermanfaatan mendekati angka 6 berarti menunjukan bahwa PKP sangat tidak setuju jika e-Faktur merupakan sistem yang bermanfaat berdasarkan persepsi PKP.

Apabila rata-rata dari variabel persepsi kemudahan penggunaan mendekati angka 30 berarti menunjukkan bahwa PKP sangat setuju jika e-Faktur merupakan sistem yang mudah, sebaliknya bila rata-rata dari variabel persepsi kemudahan penggunaan mendekati angka 6 berarti menunjukan bahwa PKP sangat tidak setuju jika e-Faktur merupakan sistem yang mudah berdasarkan persepsi PKP.


(73)

56 BAB IV

GAMBARAN UMUM

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SLEMAN

A. Sejarah KPP Pratama Sleman

Kantor pelayanan pajak (KPP) Pratama Sleman berdiri berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 55/PMK.01/2007. Permenkeu tersebut menyatakan bahwa Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Yogyakarta Dua dipecah menjadi 3 (tiga) yaitu KPP Pratama Sleman, KPP Pratama Wonosari, dan KPP Prataman Wates.

KPP Pratama Sleman merupakan pecahan dari KPP Yogyakarta Dua (KPP Induk), juga merupakan penggabungan dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) Sleman dan fungsi pemeriksaan dari Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa) Yogyakarta. Sistem Administrasi Modern diterapkan pada KPP Pratama Sleman sejak Saat Mulai Operasi (SMO) pada tanggal 30 Oktober 2007, bersamaan dengan Kantor Pelayanan Pajak lainnya di lingkungan Kantor Wilaarh DJP D.I. Yogyakarta.

Peresmian gedung kantor dilaksanakan oleh Menteri Keuangan RI pada tangal 5 November 2007. Gedung kantor yang dipergunakan untuk operasional KPP Pratama Sleman menempati Lantai I, Lantai IV, dan Lantai V Gedung Kanwil DJP D. I. Yogyakarta yang terletak di Jalan Ring Road Utara No. 10 Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Wilayah


(1)

Lanjutan Lampiran IV

Responden Nomor Butir Pernyataan Total P1 P2 P3 P4 P5 P6

34 4 4 4 4 4 4 24

35 4 4 4 4 4 3 23

36 4 4 3 3 3 4 21

37 4 4 3 3 4 3 21

38 5 5 4 4 4 1 23

39 4 4 3 3 2 3 19

40 4 5 4 5 3 3 24

41 4 4 4 4 4 4 24

42 4 4 4 4 4 4 24

43 3 3 3 2 3 3 17

44 4 4 4 4 4 4 24

45 5 5 5 5 5 5 30

46 4 4 3 3 3 4 21

47 4 5 4 4 3 4 24

48 4 4 5 4 4 3 24

49 2 5 3 3 2 2 17

50 4 4 4 4 4 4 24

51 4 4 3 3 4 3 21

52 3 4 4 4 4 3 22

53 4 3 4 4 4 4 23

54 3 3 3 3 4 4 20

55 4 4 4 4 4 4 24

56 4 5 4 4 4 4 25

57 4 4 4 4 2 2 20

58 4 4 4 3 4 4 23

59 3 3 2 3 2 2 15

60 4 5 4 5 5 4 27

61 4 5 4 4 4 3 24

62 4 5 5 4 5 5 28

63 1 4 4 1 3 1 14

64 3 4 3 4 3 4 21

65 3 4 3 4 4 3 21

66 4 4 4 3 3 4 22

67 4 4 4 3 4 3 22

68 4 3 4 3 4 4 22

69 5 4 5 3 5 4 26


(2)

Lanjutan Lampiran IV

Responden Nomor Butir Pernyataan Total P1 P2 P3 P4 P5 P6

71 4 4 4 4 4 4 24

72 4 4 4 3 4 4 23

73 3 3 4 4 5 4 23

74 3 4 3 3 3 3 19

75 5 2 4 4 5 4 24

76 4 4 4 4 4 4 24

77 4 5 3 3 4 4 23

78 3 4 3 3 3 3 19

79 4 4 4 4 4 5 25

80 3 4 4 4 4 3 22

81 5 5 4 3 5 5 27

82 2 3 2 3 3 2 15

83 4 4 4 2 4 4 22

84 4 4 4 4 4 4 24

85 4 1 4 1 3 4 17

86 3 4 4 3 4 4 22

87 4 4 3 2 3 2 18

88 4 4 4 4 4 4 24

89 5 4 4 5 4 5 27

90 3 4 4 3 4 4 22

91 2 2 3 3 3 4 17

92 4 4 4 3 4 4 23

93 4 3 5 2 4 5 23

94 5 5 5 5 5 5 30

95 3 4 4 3 4 5 23

96 4 4 4 4 4 4 24

97 3 3 3 2 4 4 19

98 3 3 3 3 3 3 18

99 3 3 4 4 4 4 22

100 4 4 4 4 4 4 24

TOTAL 2225

RATA-RATA 22.25


(3)

Lampiran V

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Data Kuesioner Persepsi PKP terhadap

Penggunaan e-Faktur sebagai Sarana Pelaporan Faktur Pajak, Persespi

Kebermanfaatan

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 19.29 11.562 .618 .837

p2 19.52 10.919 .783 .809

p3 19.70 10.515 .705 .821

p4 19.08 13.569 .372 .873

p5 19.60 10.505 .748 .812

p6 19.76 10.204 .662 .832

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.856 6


(4)

Lampiran VI

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Data Kuesioner Persepsi PKP terhadap

Penggunaan e-Faktur sebagai Sarana Pelaporan Faktur Pajak, Persespi

Kemudahan Penggunaan

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 18.56 8.168 .619 .786

p2 18.37 8.922 .477 .815

p3 18.49 8.576 .706 .774

p4 18.75 8.553 .526 .806

p5 18.48 8.111 .692 .771

p6 18.60 8.182 .545 .804

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items


(5)

Lampiran VII

Surat Ijin Penelitian


(6)