9 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fungsi intermediasi LKP dari
pendekatan mikro yaitu menurut pendapat nasabahnya sudah baik. Artinya lembaga keuangan baik BRI Unit, BPR dan koperasi oleh nasabahnya sudah
menjalankan fungsi intermediasinya. Namun walaupun secara total skor termasuk klasifikasi kriteria baik, tetapi bila dibandingkan antar lokasi, maka LKP di
Garut agroekosistem dataran tinggi sebaran penilaian untuk BRI Unit dinilai lebih baik dibandingkan BPR dan Koperasi, karena sebesar 40 menilainya
sangat baik dan 60 baik; adapun untuk BPR sebanyak 10 yang menilainya sangat baik dan sisanya baik; bahkan untuk koperasi terdapat penilaian kualitas
pelayanan yang masih termasuk kriteria kurang baik yaitu 8 Untuk Kabupaten Indramayu penilaian nasabah terhadap fungsi
intermediasi LKP secara total hampir sama dengan di Kabupaten Garut yaitu termasuk dalam kriteria baik walaupun skor-nya berbeda untuk tiap indikator,
yaitu untuk BRI Unit skornya termasuk kriteria sangat baik dan baik, demikian juga dengan BPR. Untuk LK Koperasi bahkan masih ada yang menilai fungsi
intermediasi tidak baik sebesar 2. Koperasi di Indramayu yang anggotanya masih ada yang menilai fungsi
intermediasi tidak baik ialah untuk Koperasi Bina Hasil Tani yang posisinya ada di bawah binaan PT Pertani tetapi membuka kesempatan untuk petani sekitar
bahkan sampai keluar kecamatan untuk bergabung menjadi anggota koperasi. Hal ini dimaksudkan ke depannya untuk bisa ditarik ke dalam program Resi Gudang
RG yang diujicobakan di PT Pertani sebagai pemilik gudang sejak tahun 2008, dan diimplementasikan tahun 2009 sampai sekarang, tetapi kapasitas gudang yang
harusnya mencapai 10.000 ton tidak terpenuhi, sehingga menyebabkan biaya gudang menjadi mahal, dan ini pula yang menjadi salah satu keberatan petani.
4.2 Kinerja Usaha Petani dan UMKM Berdasarkan LKP
Jasa yang diintermediasi dari pihak yang surplus terhadap pihak yang defisit ialah kredit. Secara teoritis kredit dapat meningkatkan permodalan
sehingga bisa lebih kuat, nasabah akan lebih bisa mengakses teknologi yang lebih
10 baik dan pada gilirannya bisa meningkatkan produktivitas usahanya. Penilaian
mengenai pengaruh kredit di Garut untuk semua lembaga keuangan ternyata secara total dilihat dari skor-nya termasuk ke dalam kriteria kurang berpengaruh
baik. Keadaan ini secara teoritis bukan salah melainkan disebabkan ada beberapa alasan yaitu: 1 terdapat mis-alokasi kredit lihat alokasi kredit, karena selain
untuk produksi nasabah menggunakannya untuk konsumtif termasuk untuk memenuhi keperluan untuk pendidikan 2 jumlah kredit yang diberikan
dirasakan sangat kurang sehingga tidak cukup untuk menjangkau teknologi lebih baik,
3 Tidak merasa perlu menggunakan teknologi baru, karena menganggap teknologi yang sudah ada sudah cukup baik, 4 Produktifitas bila tidak ada hama
atau penyakit, dianggap normal saja.
Tabel 4.2 Skor Pengaruh Kredit LKP Terhadap Kinerja Usaha Nasabah
BRI BPR
Koperasi Grt
Ida Jabar Grt
Ida Jabar Grt
Ida Jabar
Penguatan modal 156
164 320
80 61
141 97
166 263
Pening Teknologi 87
81 168
32 44
76 116
81 197
Produktivitas 166
167 333
78 75
153 152
179 331
Jumlah Skor 409
412 821
190 180
370 365
426 791
Kriteria Baik
Baik Baik
Krg baik
Krg Baik
Krg Baik
Tdk Baik
Krg Baik
Tdk baik
Secara parsial pengaruh kredit terhadap kinerja untuk kelompok nasabah LKP ternyata menyebar dari yang menganggap sangat baik pengaruhnya sampai
sangat tidak baik. Untuk LK Bank BRI Unit, lebih banyak menyatakan berpengaruh baik karena memang digunakan untuk modal usaha, tetapi yang
mencolok di koperasi, sebagai contoh di KPGS, kredit kurang berpengaruh bahkan tidak berpengaruh baik terhadap kinerja usaha, bukan karena tidak
digunakan untuk penguatan modal karena bentuk makanan ternak menurut penilaian mereka sangat tidak berpengaruh disebabkan harga makanan ternak
makter terlalu mahal Rp 1.700 sd Rp 1.800, sedangkan harga jual susu per
11 liter Rp 2690 sd Rp. 2700, sehingga peternak memberikan ransum sapinya
dengan dosis yang tidak sesuai aturan. Di BRI Unit di Indramayu, pengaruh kredit terhadap kinerja menurut
penilaian nasabahnya sebagian besar berpengaruh baik karena sebagian besar kreditnya digunakan untuk membeli faktor produksi termasuk untuk menggadai
sawah baru, karena salah satu bentuk investasi atau tabungan di Indramayu adalah sawah yang diperoleh secara gadai. Biasanya sawah yang digadai
merupakan sawah PHBM Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat dengan ketentuan masyarakat menanam padi dari lahan yang dicetaknya dan Perhutani
menitipkan kayu putih. Kebiasaan menggadaikan kembali sawah yang dicetak petani ini menunjukkan bahwa mereka memerlukan uang tunai dan jangka
waktu gadai paling tidak selama 2 musim tanam. Nasabah BPR menilai pengaruh kredit terhadap kinerja usaha cukup
merata dari yang sangat baik sampai sangat tidak baik sehingga dilihat dari skornya termasuk kurang baik. Yang menilai tidak baik ialah petani yang
menggunakan kreditnya untuk modal usahataninya, tetapi ternyata padinya hancur akibat serangan hama wereng. Petani tidak mendapat perlindungan
padahal hutangnya tetap harus dibayar. Walaupun demikian, kebijakan BPR yang sudah benar-benar mengenal nasabahnya tetap memberikan pinjaman
berikutnya agar nasabahnya tetap bisa berusaha dan mengembalikan kreditnya. Untuk nasabah koperasi persentase yang menilai pengaruh kredit baik
terhadap kinerja usaha lebih tinggi dibandingkan BPR terutama untuk koperasi mina yang kreditnya benar-benar merupakan faktor produksi untuk menjalankan
usahanya berupa perbekalan selama menangkap ikan di laut. Adapun yang menilai kredit tidak berpengaruh disebabkan nilai kredit kurang sesuai dengan
kebutuhan, juga disebabkan merasa permintaan kreditnya belum terpenuhi sehingga tidak berpengaruh terhadap kinerja usahanya.
12
4.3 Keberlanjutan Usaha Berdasarkan Penilaian Nasabah LKP