Penilain Nasabah Terhadap Fungsi Intermediasi LKP di Jawa Barat

8

III. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan metode survey dengan mengambil sampel nasabah Bank BRI, BPR dan Koperasi. untuk menetapkan lokasi penelitian dilakukan dengan teknik multistage cluster sampling method terdiri atas suatu seri klaster berdasarkan persamaan kriteria Nan Lin, 1976. Kriteria yang digunakan ialah luas lahan pertaian dan jumlah lembaga keuangan yang dikelompokkan berdasarkan type agroekosistem. Berdasarkan teknik tersebut terpilih 2 kecamatan di Garut Cikajang dan Cisurupan dan 2 kecamatan di Indramayu Haur Geulis dan Loh Bener. Penilaian atas kualitas pelayanan, kinerja usaha dan keberlanjutan usaha menggunakan analisis likert, yang selanjutnya dianalisis menggunakan SEM Structural Equation Modelling SEM.

IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Penilain Nasabah Terhadap Fungsi Intermediasi LKP di Jawa Barat

Berdasarkan hasil wawancara, penilaian nasabah terhadap dimensi fungsi intermediasi LKP yang didekati dari kualitas pelayanannya, diperoleh skor sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Skor Variabel Fungsi Intermediasi LKP Skor BRI BPR Koperasi Grt Ida Jabar Grt Ida Jabar Grt Ida Jabar Tangible 656 670 1326 324 323 647 929 717 1646 Reliability 505 500 1005 244 254 498 706 546 1252 Responsiveness 668 657 1325 324 327 651 919 705 1624 Assurance 517 487 1004 244 247 491 696 536 1232 Empathy 485 475 960 240 237 477 710 496 1206 Fungsi Intermediasi 2831 2789 5620 1376 1388 2764 3960 3000 6960 Kriteria Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Keterangan: Grt = Garut Ida = Indramayu Jabar = Jawa Barat 9 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fungsi intermediasi LKP dari pendekatan mikro yaitu menurut pendapat nasabahnya sudah baik. Artinya lembaga keuangan baik BRI Unit, BPR dan koperasi oleh nasabahnya sudah menjalankan fungsi intermediasinya. Namun walaupun secara total skor termasuk klasifikasi kriteria baik, tetapi bila dibandingkan antar lokasi, maka LKP di Garut agroekosistem dataran tinggi sebaran penilaian untuk BRI Unit dinilai lebih baik dibandingkan BPR dan Koperasi, karena sebesar 40 menilainya sangat baik dan 60 baik; adapun untuk BPR sebanyak 10 yang menilainya sangat baik dan sisanya baik; bahkan untuk koperasi terdapat penilaian kualitas pelayanan yang masih termasuk kriteria kurang baik yaitu 8 Untuk Kabupaten Indramayu penilaian nasabah terhadap fungsi intermediasi LKP secara total hampir sama dengan di Kabupaten Garut yaitu termasuk dalam kriteria baik walaupun skor-nya berbeda untuk tiap indikator, yaitu untuk BRI Unit skornya termasuk kriteria sangat baik dan baik, demikian juga dengan BPR. Untuk LK Koperasi bahkan masih ada yang menilai fungsi intermediasi tidak baik sebesar 2. Koperasi di Indramayu yang anggotanya masih ada yang menilai fungsi intermediasi tidak baik ialah untuk Koperasi Bina Hasil Tani yang posisinya ada di bawah binaan PT Pertani tetapi membuka kesempatan untuk petani sekitar bahkan sampai keluar kecamatan untuk bergabung menjadi anggota koperasi. Hal ini dimaksudkan ke depannya untuk bisa ditarik ke dalam program Resi Gudang RG yang diujicobakan di PT Pertani sebagai pemilik gudang sejak tahun 2008, dan diimplementasikan tahun 2009 sampai sekarang, tetapi kapasitas gudang yang harusnya mencapai 10.000 ton tidak terpenuhi, sehingga menyebabkan biaya gudang menjadi mahal, dan ini pula yang menjadi salah satu keberatan petani.

4.2 Kinerja Usaha Petani dan UMKM Berdasarkan LKP