Peran Modal Hubungannya Dengan Kinerja dan Keberlanjutan Usaha

6 dan kredibilitas perusahaan yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan konsumen kepada perusahaan seperti, reputasi perusahaan, prestasi dan lain-lain. Indikatornya ialah karyawan memiliki a Kemampuan berkomunikasi dengan baik,b informasi akurat,c sopan santun dan ramah, d terampil, e memberikan keamanan. Untuk masyarakat perdesaan yang lebih sederhana dalam kesehariannya, maka kualitas pelayanan yang diharapkan dari pihak lembaga keuangan dapat didekati dengan beberapa atribut di atas dengan modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat.

2.2 Peran Modal Hubungannya Dengan Kinerja dan Keberlanjutan Usaha

Lembaga keuangan menurut Mosher 1966 merupakan salah satu dari lima syarat pelancar yang harus dipenuhi dalam pembangunan pertanian yang menyebutkan lebih spesifiknya sebagai kredit, yaitu sumber modal yang ditawarkan oleh lembaga keuangan. Keberadaan kredit merupakan penguatan terhadap kemampuan usaha petani untuk mengakses teknologi. Teknologi yang selalu berubah menurut Mosher merupakan salah satu syarat pokok pembangunan pertanian. Teknologi dalam pertanian adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan pekerjaan dan menghasilkan output yang lebih baik. Hal ini berbeda dengan istilah otomatisasi yang berarti menggantikan suatu pekerjaan yang dilakukan manusia dengan mesin Robbins dan Coulter, 2005. Teknologi dalam pertanian dapat berupa alat-alat, pestisida, maupun metode bertani yang baru, termasuk juga teknologi pengolahan, penanganan pasca panen dan pemasaran hasil. Dengan demikian keberadaan kredit melalui lembaga keuangan perdesaan penting untuk menguatkan sistem produksi dan pengolahan yang masih tradisional. Persoalan ini sebenarnya dapat diatasi dengan adanya modal yang berputar di dalam sistem produksi dan pengolahan. Namun demikian keterbatasan modal merupakan persoalan paling rumit di wilayah perdesaan. Keterbatasan modal menyebabkan aktivitas ekonomi tidak berjalan, sehingga kemudian menyebabkan masyarakat berada dalam posisi tersubordinasi Ellis dan 7 Biggs, 2001. Karena itu, para perumus kebijakan pembangunan perdesaan harus mengawinkan kelembagaan sektor finansial dengan kebijakan pemerintah agar mampu menggerakkan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan, khususnya usaha pertanian dan usaha mikro, kecil dan menengah UMKM. Secara faktual di sektor pertanian dan perdesaan, usaha kecil termasuk skala mikro memiliki kontribusi yang sangat signifikan terhadap pendapatan domestik bruto PDB. Hasil kajian Wijono 2005 menunjukkan bahwa 85 persen kontribusi sektor pertanian terhadap PDB didominasi oleh unit usaha berskala kecil. Implikasinya adalah setiap langkah dalam memacu perekonomian perdesaan yang umumnya berbasis pada sektor pertanian, harus disertai dengan upaya memajukan usaha skala mikrokecil. Kontribusi usaha kecil dalam penyerapan tenaga kerja juga sangat dominan. Pada tahun 2004 jumlah tenaga kerja yang terserap di usaha kecil mencapai 70,92 juta, jauh lebih besar dibandingkan dengan usaha menengah 8,15 juta dan usaha besar 0,40 juta, bahkan di Jawa Barat pada tahun 2010 mampu menyerap 80 dari total angkatan kerja. Oleh karena itu tidak berlebihan bila dikatakan bahwa sektor pertanian dan UMKM terlalu berharga untuk diabaikan Abdullah, 2006. Dalam implementasinya, kredit ini memberikan tambahan modal atau dengan kata lain terdapat penguatan modal. melaksanakan usahanya sehingga para pelaku usaha tani pada gilirannya akan mampu menggunakan teknologi dengan lebih baik, karena teknologi ini sebagai barang ekonomi memerlukan korbanan ekonomi untuk menjangkaunya. Selanjutnya,dengan tekonologi yang lebih baik diharapkan produktivitas usahatani akan meningkat. Oleh karen itu, maka proksi dari kinerja usaha sebagai akibat dari adanya kredit ialah penguatan modal, peningkatan penggunaan teknologi dan peningkatan produktivitas usaha. Usaha yang baik tentunya usaha yang berlangsung terus dalam jangka panjang berkelanjutan, bukan usaha yang hanya berjalan sesaat saja. Berkaitan dengan modal yang berasal dari kredit, maka kriteria berkelanjutan tentunya terdapat kemampuan untuk membayar kredit beserta kontraprestasinya itu dengan lancar. Adapun kemampuan membayar ini akan terjadi bila usaha yang dibiayai meraih keuntungan. 8

III. Metode Penelitian