20
●Memiliki ruangan tidur sendiri dan ruang bagi benda-benda miliknya di masing-masing rumah orangtua
●Ikut serta dalam aktivitas yang sesuai dengan usianya sepanjang aktivitas itu tidak mengganggu hubungan terhadap masing-masing orangtua
●Tidak diberitahukan tentang rincian perceraian orangtua mereka di pengadilan ●Tidak merasa bersalah karena mencintai kedua orangtua
●Tidak diikutsertakan dalam keputusan akan hak kunjungan kepada anak dan hak pemeliharaan anak ●Tidak boleh ditanya kembali oleh salah satu orangtua setelah melewatkan waktu bersama orangtuanya
yang lain ●Tidak boleh diperlakukan sebagai utusan atau menjadi mata-mata di antara kedua orangtua
●Tidak boleh diminta untuk menjaga rahasia dari orangtuanya yang lain”
7. Dampak Perceraian Orangtua pada Anak
Perceraian orangtua memberikan dampak yang sangat merugikan bagi anak. Dampak perceraian orangtua bagi anak bisa bervariasi, tergantung
dari bagaimana orang tua dan anak mengatasi masalah yang timbul karena perceraian Stahl, 2004. Perceraian orangtua akan menimbulkan banyak
perubahan baik dari fisik, mental, maupun komunikasi dalam keluarga. Menurut Dagun 1990 anak yang mengalami perceraian orangtua
cenderung mulai memiliki rasa takut akan perubahan situasi keluarga dan memiliki rasa cemas ditinggal oleh salah satu orangtuanya. Setiap anak
yang orangtuanya bercerai memiliki respons yang berbeda dalam merespons terjadinya perceraian. Ada anak yang merespons perceraian
orangtuanya dengan cara yang positif seperti memiliki rasa percaya diri, hubungan dengan teman sebaya yang positif, menjadi motivasi untuk
berprestasi, atau menyalurkan emosi kepada hobi yang positif. Stahl 2004 mengatakan bahwa anak dan orangtuanya yang telah bercerai dapat saling
berkomunikasi mengenai tujuan hidupnya, sehingga anak mulai merencanakan masa depan baik pendidikan dan kariernya. Namun, adapula
anak yang merespons perceraian orangtuanya dengan cara yang negatif seperti
menjadi nakal,
sering berkelahi,
kegagalan akademis,
21
ketidakteraturan waktu
makan dan
tidur, depresi,
bunuh diri,
penyalahgunaan narkoba, merasa ikut bertanggung jawab, merasa bersalah, dan marah.
Respons positif dan negatif dari anak korban perceraian tergantung daya tahan anak terhadap situasi perceraian. Apabila anak tangguh atau
resilien, anak dapat mengatasi masalah tanpa mengalami dampak negatif dari perceraian orangtuanya. Tetapi, bila anak tidak memiliki resiliensi
maka anak tidak mampu menghadapi, meminimalkan atau menghilangkan dampak-dampak perceraian orangtuanya.
Berikut ini diuraikan berbagai dampak perceraian yang peneliti simpulkan dari berbagai sumber Sarbini Kusuma Wulandari, 2014;
Meiriana, 2016; Ningrum, 2013: a.
Perasaan tidak aman Perasaan tidak aman pada anak yang orangtuanya bercerai,
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sarbini Kusuma Wulandari 2014 menyimpulkan bahwa perasaan tidak aman pada anak
menyangkut finansial dan masa depannya. Seorang anak berpikiran bahwa masa depannya akan suram karena sudah tidak dapat perhatian
lagi dari orangtuanya secara materi. Maslow 1984 mengatakan bahwa salah satu kebutuhan mendasar
pada manusia adalah kebutuhan akan rasa aman. Namun, apabila yang terjadi orangtua bercerai, anak akan kehilangan rasa aman. Menurut
Sarbini Kusuma Wulandari 2014 biasanya anak cenderung introvert