Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pikiran Hipotesis

adalah rendah, hasrat untuk membayar pajak berpengaruh negatif terhadap kecenderungan penghindaran pajak tidak teruji kebenarannya tidak setuju sebesar 29,76 yang artinya tingkat kejujuran wajib pajak para pengusaha perorangan yang memiliki NPWP di Sidoarjo barat dan bergerak di restoran adalah rendah, kedisiplinan wajib pajak berpengaruh negatif terhadap kecenderungan penghindaran pajak teruji kebenrannya sangat setuju sebesar 33,33 yang artinya tingkat kejujuran wajib pajak para pengusaha perorangan yang memiliki NPWP di Sidoarjo barat dan bergerak di restoran adalah tinggi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ini melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Tingkat Pemahaman Self Assessment System Terhadap Kecenderungan Penghindaran Pajak Penghasilan Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pedagang Batu Permata di Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh tingkat pemahaman self assessment system terhadap kecenderungan penghindaran pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi? Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penyusunan penelitian ini sebagai berikut : Untuk menguji secara empiric dan mengetahui apakah terdapat terdapat pengaruh tingkat pemahaman selft assessment system terhadap kecenderungan penghindaran pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi.

1.4. Manfaat Penelitian

1 Bagi Wajib Pajak Memberikan dasar yang kuat tentang pemahaman self assessment system dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak Negara melalui peningkatan kepatuhan wajib pajak. 2 Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penelitian lebih lanjut pada bidang perpajakan serta dalam rangka pengembangan ilmu perpajakan. 3 Bagi Akademis Digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian lain dengan materi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

A. Indawati 2007 dengan judul “Analisis Sikap Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerapan Self Assesssment System Pajak Penghasilan Berdasarkan Karakteristik Wajib Pajak - Studi Empiris wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP sidoarjo Timur”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada perbedaan sikap wajib pajak orang pribadi dalam penerapan self assessment system pajak penghasilan dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, dan masa kerja. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat perbedaan sikap yang signifikan berdasarkan tingkat pendidikan, terdapat perbedaan sikap yang signifikan berdasarkan jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan, dan terdapat perbedaan sikap yang signifikan berdasarkan masa kerja. B. Hidayati 2008 dengan judul ” Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ”. Tujuan Penelitian ini memberikan sosialisasi mengenai pajak dan penerimaan pajak sehingga ke depan mampu meningkatkan kesadaran serta meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Hasil analisis menunjukan sosialisasi, pengkajian lagi peraturan yang ada, dan perbaikan kinerja petugas pajak agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. C. Hijriyah 2008 dengan judul “Pengaruh Penerapan Self Assessment System Terhadap Kecendrungan Penghindaran Pajak Penghasilan Perseorangan Studi Kasus Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya Genteng”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesadaran, kejujuran, hasrat untuk membayar pajak dan kedisiplinan wajib pajak terhadap kecenderungan penghindaran pajak. Hasil penelitian ini kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan penghindaran pajak, kejujuran wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan penghindaran pajak, hasrat untuk membayar pajak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan penghindaran pajak tidak, kedisiplinan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan penghindaran pajak teruji kebenarannya. Disini ditekankan bahwa hasil penelitian terdahulu digunakan sebagai pendamping baik landasan teori maupun uji hipotesisnya. Penelitian terdahulu digunakan sebagai argumentasi yang kuat dan logis bahwa penelitian dengan permasalahan yang dimaksudkan dipandang perlu untuk dilaksanakan. Penelitian yang dilakukan saat ini berbeda dengan penelitian terdahulu. Adapun perbedaannya antara lain : Objek, tempat dan lokasi penelitian serta waktu penelitian Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel : 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian terdahulu Nama Judul Variabel 1. Supriyati dan Fitri. I Analisis Sikap Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerapan Self Assessment System Pajak Penghasilan Berdasarkan Karakteristik Wajib Pajak – Studi wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Sidoarjo Timur. X1= Sikap wajib pajak sikap positif dan negatif X2= Latar belakang wajib pajak tingkat pendidikan, jenis pajak, tingkat penghasilan Y = Self Assessment System 2. Nur Hidayati Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. X1=Pengetahuan tentang Pajak X2=Persepsi Terhadap Petugas Pajak X3=Persepsi Terhadap Kriteria Wajib Pajak Patuh Y =Kepatuhan Wajib Pajak Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3. Farida Nur Hijriyah Pengaruh Penerapan self Assessment System Terhadap Kecendrungan Penghindaran Pajak Penghasilan Perseorangan Studi Kasus Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya Genteng X 1 = Kesadaran wajib pajak X2=Kejujuran wajib pajak X3=Hasrat membayar pajak X4=Kedisiplinan wajib pajak Y=Kecendrungan Penghindaran Pajak 4. Ferdy Eka Pradana Pengaruh Tingkat Pemahaman Selft Assessment System Terhadap Kecenderungan Penghindaran Pajak Penghasilan Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pri badi Pedagang Batu Permata di Surabaya”. X= Pemahaman Self Assessment System Y = Penghindaran Pajak Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Pajak Memahami mengapa seseorang harus membayar pajak untuk membiayai pembangunan yang terus dilaksanakan, maka perlu dipahami terlebih dahulu akan pengertian dari pajak itu sendiri. Menurut Soemitro Resmi 2009:1, pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa imbal kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Definisi ini kemudian disempurnakan, menjadi: “pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan”surplus”nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. Menurut Djajadiningrat Resmi 2009:1, pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan cirri-ciri yang melekat pada pajak adalah: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1 Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya. 2 Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. 3 Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah. 4 Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bisa dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

2.1.2. Fungsi Pajak

Pajak memiliki fungsi yang sangat strategis bagi berlangsungnya pembangunan suatu Negara. Pajak memiliki fungsi Rahayu, 2010:26, sebagai berikut: 1 Fungsi penerimaan Budgetair, pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. 2 Fungsi mengatur Regulerend, pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi.

2.1.3. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak itu sendiri menurut Resmi 2009:11 dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1. Official Assessment System Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta memungut pajak sepenuhnya berada ditangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan peranan dominan ada pada aparatur perpajakan. 2. Self Assessment System Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada ditangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, wajib pajak diberi kepercayaan untuk: a. Menghitung sendiri pajak yang terutang b. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. c. Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang d. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang e. Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang 3. With Holding system Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukkan pihak ketiga ini dilakukasn sesuai peraturan perundang- undangan perpajakan. Keputusan Presiden dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedi. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.

2.1.4. Syarat-syarat Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo 2003:2 pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Pemungutan pajak harus adil syarat keadilan Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. masing-masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaanya yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada majelis pertambangan pajak. 2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang syarat yuridis di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan baik bagi Negara maupun warganya 3. Tidak mengganggu perekonomian syarat ekonomi Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat. 4. Pemungutan pajak harus efisien syarat finansiil Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya. 5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.5. Dasar Penagihan Pajak

Menurut Mardiasmo 2003:3-4 terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian hak kepada Negara untuk memungut pajak. Teori-teori tersebut antara lain : 1 Teori Asuransi Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyat. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang di ibaratkan sebagai sutu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut 2 Teori Kepentingan Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan misalnya perlindungan masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap Negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar 3 Teori Daya Pikul Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan dua unsur pendekatan yaitu: a. Unsur obyektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang b. Unsur subyektif, memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus dipenuhi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4 Teori Bakti Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan Negaranya. Sebagai warga Negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah suatu kewajiban 5 Teori Asas Daya Beli Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga Negara. Selanjutnya Negara akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan. Pajak Penghasilan Pajak penghasilan Pph adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak Resmi, 2009:80. Yang dimaksud dengan penghasilan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang berasal baik dari Indonesia yang dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka penghasialn itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah dan lain sebagainya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2.2.6.1.Subyek Pajak Penghasilan pajak penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan. Berdasarkan pasal 2 ayat 1 UU No.36 tahun 2008 mengelompokkan subyek pajak sebagai berikut subyek, Resmi 2009:81: 1 Subyek pajak orang pribadi Orang pribadi sebagai subyek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia maupun di luar Indonesia. 2 Subyek pajak warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subyek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subyek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan. 3 Subyek pajak badan Badan adalah sekumpulan orang yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas PT, perseroan komandoter CV, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara BUMN, atau badan usaha milik daerah BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya termasuk reksa dana. 4 Subyek pajak bentuk usaha tetap BUT Bentuk usaha tetap BUT adalah bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu 12 dua belas bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Seperti kantor cabang, kantor perwakilan, pabrik, gedung kantor dan orang atau badan usaha yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas. 2.2.6.2.Obyek Pajak Penghasilan Obyek pajak merupakan segala sesuatu barang, jasa, kegiatan, atau keadaan yang dikenakan pajak. Obyek pajak penghasilan adalah penghasilan yang dimaksud dalam perpajakan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai sebagai konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun Resmi, 2009:86. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomi kepada wajib pajak, penghasilan menurut Resmi 2009:86 dapat dikelompokkan menjadi : 1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaries, akuntan, pengacara. 2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan. 3. Penghasilan dari modal atau penggunaan harta seperti bunga, deviden, royalty, sewa, keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak digunakan untuk usaha. 4. Penghasilan lain-lain, yaitu penghasilan yang tidak dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok sebelumnya, seperti keuntungan karena pembebasan utang, hadiah undian, keuntungan karena selisih kurs. 2.2.6.3.Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP Penghitungan PTKP ditentukan menurut keadaan pada wal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak. Penghitungan PTKP untuk pegawai lama tahun sebelumnya sudah bekerja di Indonesia dilakukan dengan melihat keadaan pada awal tahun takwim 1 Januari. Bagi pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun takwim, besarnya PTKP tersebut berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun takwim yang bersangkutan Mardiasmo, 2008:141. Besarnya PTKP setahun adalah : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1. Penghasilan Tidak Kena Pajak Tabel 2.2 : Penghasilan Tidak Kena Pajak No Keterangan Setahun 1. Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp. 15.840.000,- 2. Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp. 1.320.000,- 3. Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami. Rp. 15.840.000,- 4. Tambahan untuk setiap anggota keturunan sedarah semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang diatnggung sepenuhnya , maksimal 3 orang untuk setiap keluarga Rp. 1.320.000,- Sumber: Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., AK, edisi revisi, 2008 2.2.6.4.Penetapan Tarif Umum Pajak Penghasilan Tarif pajak merupakan presentase tertentu yang digunakan untuk menghitung besarnya PPh. Tarif PPh yang berlaku di Indonesia dikelompokkan menjadi dua yaitu tarif umum sesuai pasal 17 UU No.7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah beberapa kali dan yang terakhir adalah dalam UU No.36 Tahun 2008 dan tarif lainnya. Sistem penerapan tarif pajak penghasilan sesuai dengan pasal 17 UU PPh dibagi menjadi dua, yaitu wajib pajak orang pribadi dalam negeri, dan wajib pajak dalam negeri badan dan bentuk usaha tetap. 1. Tarif PPh untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri, yaitu: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 2.3 : Tarif Pajak Orang Pribadi Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 5 Diatas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 250.000.000,- 15 Diatas Rp. 250.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000 25 Diatas Rp. 500.000.000,- 30 Sumber: Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., AK, edisi revisi, 2008 2. Tarif PPh untuk Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap adalah 28 dua puluh delapan. Tarif tersebut menjadi 25 dua puluh lima persen mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.

2.1.6. Pemahaman Self Assessment System

Menurut Resmi 2009:12, selft assessment system adalah system pemungutan pajak yang memeberi wewenang wajib pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Dalam system ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta pelaksanaan pemungutan pajak berada pada wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu memahami peraturan perpajakan yang sedang berlaku dan mempunyai kejujuran yang tinggi serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu wajib pajak diberi kepercayaan untuk: a. Menghitung sendiri pajak yang terutang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang c. Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang d. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang e. Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang Dengan demikian, berhasil tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada wajib pajak sendiri peranan dominan ada pada wajib pajak. Shoup Zain, 2005:110 menyatakan selft assessment system merupakan tipe keenam dari tipe-tipe administrasi perpajakan. Dalam tipe keenam ini wajib pajak mendapat beban yang berat, karena wajib pajak harus melaporkan semua informasi yang relevan dalam Surat Pemberitahuannya SPT, menghitung dasar pengenaan pajaknya, mengkalkulasi jumlah pajak yang terutang dan melunasi pajak yang terutang atau mengangsur jumlah pajak yang terutang. Menurut Rahayu 2010 dikutip bahwa self assessment system itu mengandung hal yang penting, yang diharapkan ada dalam diri wajib pajak yaitu: 1. Tax consciousness atau kesadaran wajib pajak 2. Kejujuran wajib pajak 3. Tax mindedness, hasrat untuk membayar pajak 4. Tax discipline, disiplin wajib pajak terhadap pelaksanaan peraturan perpajakan sehingga pada waktu wajib pajak dengan sendirinya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. memenuhi kewajiban yang dibebankan kepadanya oleh undang- undang. 2.2.7.1.Kesadaran Wajib Pajak Dalam kamus Bahasa Indonesia 2002:975, kesadaran adalah keinsyafan, keadaan mengerti, tahu dan merasa. Jadi kesadaran wajib pajak adalah suatu sikap tahu dan mengerti yang dimiliki oleh wajib pajak untuk memahami arti dan fungsi dari pembayaran pajak. Gunadi 2003 menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak merupakan kunci dari sistem perpajakan yang ditetapkan di Indonesia yaitu self assessment system. Dalam system ini wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajaknya yang terutang. Oleh karena itu, apabila semakin tinggi kesadaran yang dimiliki oleh wajib pajak atas kewajiban perpajakannya maka tidak mustahil target penerimaan pajak akan tercapai. Menurut Soemitro 1992:5 kesadaran wajib pajak akan kewajibannya dapat dipupuk melalui pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Dengan memiliki kesadaran akan pajak, maka wajib pajak juga harus mempunyai keinginan membayar pajak tax minded dan sekaligus ditanamkan kedisiplinan pajak tax dicipline yang kuat dan didasari dengan kejujuran yang mantab. 2.2.7.2.Kejujuran Wajib Pajak Kejujuran merupakan hal yang paling sulit karena kejujuran bertalian erat dengan moral seseorang yang terbentuk dalam masa yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. panjang. Kejujuran adalah sifat keadaan jujur ketulusan hati, kelurusan hati Kamus Bahasa Indonesia,2002:479. Jadi kejujuran wajib pajak adalah suatu sikap ketulusan hati yang dimiliki oleh wajib pajak untuk jujur dan terbuka dalam memenuhi kewajiban perpajakan, terutama dalam pengisian SPT. Kejujuran wajib pajak merupakan salah satu faktor terpenting dalam penerapan selft assessment system. Dalam sistem ini wajib pajak harus aktif memenuhi kewajiban perpajakannya mulai dari mendaftarkan diri, mengisi SPT dengan jujur Rahayu, 2010:139. 2.2.7.3.Hasrat Membayar Pajak Hasrat adalah keinginan kuat Kamus Bahasa Indonesia,1990:300. Jadi hasrat untuk membayar pajak adalah keinginan yang kuat untuk melakukan kewajiban perpajakan yaitu membayar pajak. Hasrat membayar pajak dapat muncul dari hati wajib pajak yang telah memiliki kesadaran pajak. Menurut Simatupang 2002 menyatakan bahwa adanya keinginan yang kuat dari sebagian masyarakat untuk tidak membayar, karena ketidakrelaan untuk mengalihkan senagian kekayaan kepada Negara. Selain itu, ada satu yang menyebabkan rakyat belum secara sukarela membayar pajak yaitu adanya image ditengah-tengah masyarakat bahwa membayar pajak untuk orang pajak. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2.2.7.4.Kedisiplinan Wajib Pajak Dalam Kamus Bahasa Indonesia 2002:268 disiplin adalah tata tertib, ketaatan atau kepatuhan pada peraturan bidang studi yang memiliki obyek sistem dan metode tertentu. Predikat wajib pajak patuh dalam arti disiplin dan taat, tidak sama dengan wajib pajak yang berpredikat pembayaran pajak dalam jumlah besar, tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan jumlah nominal setoran pajak yang dibayarkan pada kas negara. Karena pembayaran pajak terbesar sekalipun belum tentu memenuhi kriteria sebagai wajib pajak patuh,meskipun memberikan kontribusi besar pada negara, jika masih memiliki tunggakan maupun keterlambatan penyetoran pajak maka tidak dapat diberi predikat wajib pajak patuh Rahayu 2010:139.

2.2.8. Penghindaran Pajak

Dalam kamus Bahasa Indonesia 2002:402 penghindaran berarti proses, cara, perbuatan menghindarkan atau menghindari, pengelakan atau penyingkiran. Pembayaran pajak dapat dengan mudah dihindari dengan tidak melakukan perbuatan yang memberi alasan untuk dikenakan pajak, yaitu dengan meniadakan atau tidak melakukan hal-hal yang dikenakan pajak. Penghindaran pajak juga disebut sebagai tax planning, yaitu proses pengendalian tindakan agar terhindar dari konsekuensi pengenaan pajak yang tidak dikehendaki. Sedangkan menurut Mortenson penghindaran pajak berkenaan dengan pengaturan sesuatu peristiwa sedemikian rupa Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. untuk meminimalkan atau menghilangkan beban pajak dengan memperhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat pajak yang ditimbulkan. Jadi penghindaran pajak adalah satu tindakan yang dilakukan oleh wajib pajak untuk menghindarkan diri dari pembayaran pajak dengan tujuan agar tidak terkena pajak atau untuk meminimkan jumlah pajak yang terutang Rahayu 2010:146 . Tax avoidance adalah salah satu cara penghindaran kewajiban dengan memanfaatkan celah-celah undang-undang yang ada. Variabel tax avoidance adalah rasio perbandingan manfaat penundaan pembayaran PPh dengan ketetapannya PPh-nya. Analisis dari studi tax avoidance atau penundaan pembayaran oleh wajib pajak, berdasarkan prinsip bahwa wajib pajak akan menunda pembayaran pajak, apabila keuntungan pembayaran pajak lebih besar dari pada kerugiannya Kiryanto,1999:11. Masyarakat sebagai wajib pajak menganggap pajak sebagai beban bukan sebagai kebutuhan, karena mereka menganggap pajak tidak mendapatkan imbalan prestasi secara langsung layaknya dalam jual beli barang kebutuhan hidup. Pada dasarnya tidak ada orang yang mau rela membayar pajak, setiap orang mempunyai kecenderungan untuk menghindari pembayaran pajak Burton,2005. Perlawanan aktif terhadap pajak meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan terhadap fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak, diantaranya adalah Marsyahrul, 2005:16 : a. Penghindaran diri dari pajak Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b. Pengelakan atau penyelundupan pajak, dan c. Melalaikan pajak

2.2.9. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Penghindaran Pajak

Gunadi 2003 menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak merupakan kunci dari sistem perpajakan yang ditetapkan di Indonesia yaitu self assessment system. Dalam sistem ini wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajaknya yang terutang. Kurang meratanya proses penyaluran pajak dapat menimbulkan avoidance penghindaran pada masyarakat. Hal ini dapat memacu masyarakat untuk malas membayar pajak. Satu hal yang menyebabkan masyarakat belum secara sukarela membayar pajak adalah image ditengah-tengah masyarakat bahwa membayar pajak untuk orang-orang pajak. Penilaian mereka sebenarnya bukan tanpa alasan, justru mereka sadar sepenuhnya dalam mengungkapkan hal tersebut. Dari kondisi ini ternyata dapat menciptakan pikiran-pikiran negatif dari mayarakat terhadap pihak pajak, mereka beranggapan bahwa dana-dana tersebut bukan untuk keperluan pembangunan melainkan hanya untuk oknum pajak saja, sehingga hasilnya tidak akan pernah dirasakan secara maksimal oleh masyarakat Silalahi,2002. Dengan adanya keinginan dari masyarakat untuk tidak mau atau enggan membayar pajak, akhirnya dapat menyebabkan adanya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. penghindaran pajak yang dilakukan oleh masyarakat. Kesadaran wajib pajak akan meningkat bilamana dalam masyarakat muncul persepsi positif terhadap pajak. Dengan meningkatnya pengetahuan perpajakan masyarakat melalui pendidikan perpajakan baik formal maupun non formal akan berdampak positif terhadap pemahaman dan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak Rahayu, 2010:141 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kamila, 2010 menemukan hubungan yang positif atas kesadaran wajib pajak dan Penghindaran pajak, tetapi tidak menemukan adanya hubungan yang tidak signifikan. Sedangkan dari hasil penelitian Pradinyawati, 2005 menemukan adanya hubungan yang negatif atas kesadaran wajib pajak dan penghindaran pajak, tetapi tidak menemukan adanya hubungan signifikan.

2.2.10. Pengaruh Kejujuran Wajib Pajak terhadap Penghindaran Pajak

Kejujuran wajib pajak merupakan salah satu faktor terpenting dalam penerapan self assessment system. Dalam sistem ini wajib pajak harus aktif memenuhi kewajiban perpajakannya mulai dari mendaftarkan diri, mengisi SPT dengan jujur, baik dan benar sampai melunasi pajak terutang tepat pada waktunya Rahayu, 2010:139. Dasar self assessment system pelaksanaan kewajiban dan hak hukum dan kewajiban bernegara adalah trusty atau kepercayaan bahwa wajib pajak adalah jujur. Menurut Rohadie 2001 permasalahan yang dihadapi oleh wajib pajak di Indonesia adalah belum siapnya masyarakat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. untuk diterapkannya self assessment system secara murni, hal ini disebabkan antara lain karena belum cukupnya pengetahuan perpajakan serta tingkat kesadaran dan kejujuran wajib pajak, sehingga dalam melaporkan perhitungan pajak penghasilan belum benar dan lengkap. Penyampaian SPT merupakan kewajiban wajib pajak yang diatur dalam undang-undang. Sesuai dengan self assessment system yang dipakai oleh Indonesia, maka fungsi SPT tahunan itu adalah sebagai sarana bagi wajib pajak untuk menetapkan sendiri besarnya pajak yang terutang dengan jalan melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan melaporkan tentang pemenuhan pembayaran pajak yang telah dilaksanaakna sendiri. Masalah yang muncul dalam pengisian SPT ini adalah bahwa masih banyak wajib pajak yang berusaha untuk menghindarkan diri dari pengenaan pajak atau setidak-tidaknya terkena pajak dengan seringan mungkin. Soemitro 1987:134 menyatakan bahwa wajib pajak melakukan pembukuan ganda untuk mengelabui Dirjen pajak dalam urusan pajak, pembukuan ini dilakukan untuk menguntungkan diri sendiri. Dasar dari teori keagenan agency teory adalah adanya dua individu, satu individu disebut agen dan yang lain disebut principal Hendriksen, 2000:221-222. Wajib pajak disebut sebagai agen, sedangkan Kantor Pelayanan Pajak KPP disebut sebagai principal. Sikap yang pasif dari petugas pajak terhadp kesalahan-kesalahan dan pemalsuan-pemalsuan, dapat mengganggu keseluruhan struktur perpajakan, karena wajib pajak Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. yang jujur akhirnya tidak dapat mempertahankan dirinya untuk berbuat hal yang sama. Selain itu hal yang paling merusak moral wajib pajak, adalah apabila dia mengetahui dan yakin bahwa wajib pajak lainnya tidak mematuhi dan membayar pajak sesuai dengan beban yang harus dipikulnya Zain, 1990:33. Berdasarkan hal tersebut wajib pajak akan memanfaatkan peluang- peluang itu sehingga banyak permasalahan yang muncul dalam pengisian SPT seperti memanipulasi jumlah pajak yang terutang, sehingga secara tidak langsung mereka melakukan penghindaran pembayaran pajak. Menurut Hijriyah 2005, kedisiplinan wajib pajak memiliki hubungan yang positif dalam penghindaran pajak. Sedangkan penelitian yang dilakukan Widya, 2010 tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan dan mempunyai berpengaruh negatif.

2.2.11. Pengaruh Hasrat Membayar Pajak terhadap Penghindaran Pajak

Hasrat untuk membayar pajak adalah satu keinginan yang kuat untuk membayar pajak. Hasrat ini akan muncul disebabkan adanya kesadran yang tinggi akan kewajiban dalam perpajakan yaitu membayar pajak sesuai dengan penghasilan yang diperoleh. Hasrat untuk membayar pajak oleh wajib pajak masih rendah disebabkan rasa keraguan pajak yang telah disetorkan ke Negara. Keraguan yang muncul dari wajib pajak mengakibatkan kecenderungan penghindaran pajak. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Semakin sulit prosedur dan proses dalam pembayaran pajak yang harus dilakukan oleh wajib pajak maka hasrat wajib pajak untuk membayar pajak semakin rendah sehingga menimbulkan kecenderungan penghindaran pajak. Menurut Rahayu, 2010:146, semakin tinggi jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak semakin tinggi penghindaran pajak yang terjadi. Hasrat membayar pajak terhadap penghindaran pajak terdapat hubungan yang positif Widya, 2010, sedangkan menurut Kamila, 2010 berpengaruh secara negatif.

2.2.12. Pengaruh Kedisiplinan Wajib Pajak terhadap Penghindaran Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu 2010:139 predikat wajib pajak patuh dalam arti disiplin dan taat, tidak sama dengan wajib pajak yang berpredikat pembayar pajak dalam jumlah besar, tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan jumlah nominal setoran pajak yang dibayarkan pada kas negara. Menurut Chaizi Nasucha Rahayu, 2010:139, kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari :  Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftrkan diri  Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan SPT  Kepatuhan dalam menghitung dan pembayaran pajak terhutang  Kepatuhan dalam membayar tunggakan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Semakin tinggi tingkat kebenaran menghitung dan memperhitungkan, ketepatan menyetor, serta mengisi dan memasukkan SPT, maka diharapkan semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban pajaknya. Adanya kecenderungan wajib pajak untuk menghindari kewajiban perpajakannya, dikarenakan faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kedisiplinan wajib pajak dalam membayar pajak, akhirnya dapat menyebabkan adanya penghindaran pajak yang dilakukan oleh masyarakat. Menurut Erard dan Feinstin menggunakan teori psikologi dalam kepatuhan wajib pajak, yaitu rasa bersalah dan rasa malu,persepsi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah Rahayu, 2010:139. Tingkat kedisiplinan wajib pajak sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat pemahaman mereka terhadap ketentuan perpajakan. Kedisiplinan wajib pajak terhadap penghindaran pajak dapat dihubungkan dengan Positive Accounting Theory PAT yaitu bahwa manajer akan berusaha menaikkan laba dalam melaporkan laporan keuangan tetapi akan memperbesar jumlah rugi dalam laporan keuangan untuk menghindari pajak. Hal ini mendukung adanya hubungan antara kedisiplinan wajib pajak dengan adanya penghindaran pajak. Jadi seorang wajib pajak yang berusaha mencari dan memanfaatkan celah-celah UU PPh untuk meringankan beban pajaknya dengan melakukan penghindaran pajak. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Menurut Hijriyah 2005, kedisiplinan wajib pajak memiliki hubungan yang positif dalam penghindaran pajak. Sedangkan penelitian yang dilakukan Widya, 2010 tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan dan mempunyai berpengaruh negatif. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.3. Kerangka Pikiran

Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikiran Self Assessment System Regresi Linear Sederhana

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bahwa terdapat pengaruh tingkat pemahaman selft assessment system terhadap kecenderungan penghindaran pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi. Self Assessment System X Penghindaran Pajak Y Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 39 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Utara).

0 0 101

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya Rungkut).

0 0 107

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya Rungkut).

0 0 107

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Industri Kecil di Wedoro).

1 3 110

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Barat).

3 16 117

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Barat)

0 0 24

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pedagang Batu Permata di Surabaya)

0 0 21

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya Rungkut)

0 0 23

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Utara)

0 0 20

ANALISIS PEMAHAMAN SELF ASSESSMENT SYSTEM PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

0 2 94