Ketidakpastian Tahapan Pengembangan Sistem Pakar

29 aturan dapat digunakan untuk menilai kasus lain yang hasilnya tidak diketahui.

2.1.10 Ketidakpastian

Dalam kenyataan sehari-hari para pakar seringkali berurusan dengan fakta- fakta yang tidak menentu dan tidak pasti, dengan demikian sistem pakar juga harus dapat menangani masalah kekurang pastian dan ketidakpastian ini. Teknik-teknik yang sudah digunakan untuk menangani hal tersebut adalah nilai faktor kepastian certainty factor. Ada tiga jenis selang faktor kepastian yang biasa digunakan : 1. Nilai 0 untuk pernyataan salah dan 1 untuk pernyataan benar. 2. Selang 0-1, pada sistem nilai 0 berarti salah mutlak, nilai 1 berarti benar mutlak dan selang nilai 0 CF 1 menunjukkan derajat kepastian. 3. Selang -1 – 1, pada sistem ini nilai 1 berarti benar mutlak, nilai -1 berarti salah mutlak, nilai 0 menunjukkan ketidak tahuan, nilai 0 CF 1 menunjukkan derajat kebenaran dan nilai -1 CF 1 menunjukkan derajat kesalahan.

2.1.11 Tahapan Pengembangan Sistem Pakar

Terdapat 6 tahapan atau fase dalam pengembangan sistem pakar seperti digambarkan pada gambar 2.3 penjelasan berikut merupakan penjelasan secara garis besar tentang fase-fase pengembangan tersebut. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 30 1. Identifikasi Tahap ini merupakan tahap penentuan hal-hal penting sebagian dasar dari permasalahan yang akan dianalisis. Tahap ini merupakan tahap untuk mengkaji dan membatasi masalah yang akan diimplementasikan dalam sistem. Setiap masalah yang akan diidentifikasi harus dicari solusi. Fasilitas yang akan dikembangkan, penentuan jenis bahasa pemrograman dan tujuan yang ingin dicapai dari proses pengembangan tersebut. Apabila identifikasi masalah dilakukan dengan benar maka akan dicapai hasil yang optimal. 2. Konseptualisasi Hasil identifikasi masalah dikonseptualisasikan dalam bentuk relasi antar data, hubungan antar pengetahuan dan konsep-konsep penting dan ideal yang akan diterapkan dalam sistem. Konseptualisasi juga menganalisis data-data penting yang harus didalami bersama dengan pakar di bidang permasalahan tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperoleh konfirmasi hasil wawancara dan observasi sehingga hasilnya dapat memberikan jawaban pasti bahwa sasaran permasalahan tepat, benar dan sudah selesai. 3. Formalisasi Apabila tahap konseptualisasi sudah dilakukan, maka di tahap formalisasi konsep-konsep tersebut diimplementasikan secara formal, misalnya memberikan kategori sistem yang akan dibangun, mempertimbangkan beberapa faktor pengambilan keputusan seperti Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 31 keahlian manusia, tingkat kesulitan yang mungkin terjadi, dokumentasi kerja dan sebagainya. 4. Implementasi Apabila pengetahuan sudah diformalisasikan secara lengkap, maka tahap implementasi dapat dimulai dengan membuat garis besar masalah kemudian memecahkan masalah ke dalam modul-modul. Untuk memudahkan maka harus diidentifikasikan : a. Apa yang akan menjadi inputan. b. Bagaimana prosesnya digambarkan dalam bagan alur dan basis aturannya. c. Apa yang menjadi output atau hasil kesimpulan. Sesudah itu semuanya diubah dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh komputer dengan menggunakan tahapan fase seperti gambaran fase pengembangan sistem pakar. 5. Evaluasi Sistem pakar yang selesai bangun, perlu dievaluasi untuk menguji dan menemukan kesalahannya. Hal ini merupakan hal yang umum dilakukan karena suatu sistem belum tentu sempurna setelah selesai pembuatannya sehingga proses evaluasi diperlukan untuk penyempurnaannya. Dalam evaluasi akan ditemukan bagian-bagian yang harus dikoreksi untuk menyamakan permasalahan dan tujuan akhir pembuatan sistem. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 32 6. Pengembangan Sistem Pengembangan sistem diperlukan sehingga sistem yang dibangun tidak menjadi usang dan investasi sistem tidak sia-sia. Dalam pengembangan sistem yang paling berguna adalah proses dokumentasi sistem dimana di dalamnya tersimpan semua hal penting yang menjadi tolak ukur pengembangan sistem di masa mendatang termasuk di dalamya adalah kamus pengetahuan masalah yang diselesaikan. Definisi masalah Kebutuhan sistem Evaluasi solusi alternative Vertifikasi pendekatan sistem Konseptualisasi rancangan dan desain Strategi pengembangan Materi pengetahuan Komputasi masalah Kemudahan pengenalan Analisa efisiensi Operasional Perawatan dan pengembangan sistem Evaluasi sistem secara periodik Membangun prototype Pengujian dan pengembangan Demonstrasi dan kemudahan analisa Penyelesaian desain Membangun basis pengetahuan Pengujian, evaluasi dan pengembangan basis pengetahuan Proses inoutan pemakai Instalasi, evaluasi dan pengembangan basis pengetahuan Orentasi dan latihan Keamanan Dokumentasi Integrasi dan pengujian kasus Fase I Inisialisasi Fase VI Implementasi Fase II Analisis dan desain Fase V Implementasi sistem Fase IV Pengembangan sistem Fase III Prototype dasar kasus Gambar 2.3 Fase Pengembangan Sistem Pakar Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 33

2.2 Metode Inferensi Forward Chaining

Metode inferensi adalah mekanisme berfikir dan pola-pola penalaran yang digunakan oleh sistem untuk mencapai suatu kesimpulan. Metode ini akan menganalisa masalah tertentu dan selanjutnya akan mencari jawaban atau kesimpulan yang terbaik. Penalaran dimulai dengan mencocokan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan dengan fakta-fakta yang ada dalam basis data ivonidiego, 2010. Forward chaining merupakan metode inferensi yang melakukan penalaran dari suatu masalah kepada solusinya. Jika klausa premis sesuai dengan situasi bernilai TRUE, maka proses akan menyatakan konklusi. Forward chaining adalah data-driven karena inferensi dimulai dengan informasi yang tersedia dan baru konklusi diperoleh. Jika suatu aplikasi menghasilkan tree yang lebar dan tidak dalam, maka gunakan forward chaining. Contoh : Terdapat 10 aturan yang tersimpan dalam basis pengetahuan yaitu : R1 : if A and B then C R2 : if C then D R3 : if A and E then F R4 : if A then G R5 : if F and G then D R6 : if G and E then H R7 : if C and H then I R8 : if I and A then J Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.