cacing Opisthorchis obsequens yang menginfeksi itik Bali dengan prevalensi sebesar 38,12. Dari hasil penelitian di beberapa negara didapatkan kebanyakan
itik terinfeksi oleh cacing trematoda dan cestoda. Menurut McDonald 1981, cacing trematoda ada yang berpredileksi di dalam saluran pencernaan, saluran
pernafasan, pembuluh darah, organ hati dan yang lainnya. Cacing trematoda yang berpredileksi pada hati itik adalah Amphimerus sp., Metorchis sp., Opisthorchis
sp., Bilharziella sp., Gymnophallus mollisima, dan Trichobilharziella sp. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh infeksi cacing trematoda hati yaitu
terjadi penurunan produksi, anemia, penurunan rasio konversi pakan, penurunan berat badan dan bisa menimbulkan kematian Dunn, 1978; Soulsby, 1982; Levine,
1990; Musa et al., 2012. Adanya infeksi cacing ini akan menimbulkan kelainan pada hati serta dapat menggangu fungsi fisiologis hati sebagai sekresi empedu,
detoksifikasi persenyawaan racun bagi tubuh, metabolisme protein, karbohidrat, dan lipida, penyimpanan vitamin, penyimpanan karbohidrat, destruksi sel-sel
darah merah, pembentukan protein plasma, dan inaktifasi hormon polipeptida Schalm et al., 1975; Kerr, 2000.
Sampai saat ini, laporan penelitian tentang prevalensi infeksi dan jenis cacing yang menginfeksi hati itik di Bali masih sedikit. Oleh karena itu penelitian
ini sangat penting untuk dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas, dapat diidentifikasikan masalah dari penelitian sebagai berikut :
1. Berapa prevalensi infeksi cacing trematoda hati pada ternak itik lokal yang berasal dari beberapa kabupaten di Bali?
2. Jenis cacing trematoda apa yang menginfeksi hati ternak itik lokal yang berasal dari beberapa kabupaten di Bali?
3. Apakah terdapat perbedaan antara prevalensi infeksi cacing trematoda hati pada ternak itik lokal yang berasal dari beberapa kabupaten di
Bali?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui prevalensi infeksi cacing trematoda hati pada ternak itik
lokal yang berasal dari beberapa kabupaten di Bali. 2. Mengetahui jenis cacing trematoda yang menginfeksi hati ternak itik
lokal yang berasal dari beberapa kabupaten di Bali. 3. Mengetahui perbedaan prevalensi infeksi cacing trematoda hati pada
ternak itik lokal yang berasal dari beberapa kabupaten di Bali.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi awal tentang prevalensi infeksi serta jenis-jenis cacing trematoda hati pada itik lokal Anas sp.
yang berasal dari beberapa kabupaten di Bali, sehingga nantinya bisa dipakai sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut dan terkait juga dalam upaya
pengobatan serta pencegahannya untuk meningkatkan produktivitas ternak itik.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ternak Itik
Itik Anas sp. merupakan unggas air yang cukup dikenal masyarakat. Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara dan merupakan itik liar Anas
moscha atau Wild mallard. Itik tersebut dijinakkan oleh manusia hingga terbentuk itik yang dipelihara sekarang yang disebut Anas domesticus Chavez
Lasmini, 1978. Menurut Sahara dkk. 2009, jika dibandingkan dengan unggas lainnya, itik memiliki keunggulan yaitu mampu mempertahankan produksi telur
lebih lama; bila dipelihara dengan sistem pengelolaan yang sederhana sekalipun, itik masih mampu berproduksi dengan baik; umumnya tingkat morbilitas dan
mortalitas rendah; itik selalu bertelur di pagi hari, dengan demikian kegiatan pengambilan telur dilakukan sekali sehari sehingga peternak dapat melakukan
kegiatan lainnya; dengan pakan yang berkualitas rendah itik masih mampu bertelur; telurnya baik dijadikan untuk telur asin dan jamu.
Itik Bali disebut juga itik penguin Anas sp sosoknya hampir sama dengan itik jawa, tetapi lehernya lebih pendek dan bagian belakang tubuhnya tidak begitu
lebar. Warna bulunya lebih terang dibandingkan dengan itik Jawa. Ada tiga macam warna bulu itik Bali yang biasa ditemukan, yakni warna sumbian
menyerupai warna jerami padi, cemaning kombinasi warna hitam dan putih, dan selem gulai hitam seperti warna gula aren. Itik Bali ada yang mempunyai
ciri khas berupa jambul pada bagian kepalanya, terdapat pada itik yang berwarna putih. Penampilan itik jambul cukup menarik, sehingga selain menjadi itik
petelur, itik ini sering dimanfaatkan sebagai unggas hias. Pada umumnya, cangkang telur itik bali berwarna putih, tetapi ada pula yang berwarna kebiruan.
Itik ini mulai berproduksi setelah berumur 6 bulan. Penyebaran itik ini meliputi Bali dan Lombok Samosir, 2003; Sukmaya dkk, 2010; Udayana, 2014.
5
2.2 Sistem Pemeliharaan Itik