Siklus Hidup Cacing Trematoda

6 mempunyai anus, dengan demikian sisa metabolisme makanan harus dimuntahkan Erasmus, 1972; Levine, 1990. Sistem saraf tersusun dari serabut cincin esophageal dan pasangan ganglia, tiga pasang berada di depan dan tiga pasang lainnya berada di belakang bagian dari tubuh. Pada umumnya cacing dewasa tidak mempunyai organ perasa yang khusus. Cacing trematoda tidak mempunyai sistem peredaran darah. Sistem ekskresi tersusun dari sebuah kantong posterior, sebuah sistem percabangan dari tabung pengumpul atau saluran pengumpul yang masuk ke dalam kantong posterior, dan sebuah sistem sel-sel ekskresi yang terbuka ke dalam saluran pengumpul Soulsby, 1982; Brotowidjojo, 1987; Levine, 1990. Sistem reproduksinya komplek, sebagian besar dari trematoda adalah hermaprodit yaitu pada setiap individu mempunyai organ reproduksi jantan dan betina. Tetapi pembuahan silang merupakan hal yang biasa, disebabkan karena testis lebih dulu berkembang daripada ovarium dan pembuahan sendiri tidak umum Dunn, 1978; Soulsby, 1982; Levine, 1990.

2.4 Siklus Hidup Cacing Trematoda

Siklus hidup cacing trematoda secara umum mengalami lima stadium antara lain : mirasidium, sporokista, redia, serkaria dan metaserkaria. Telur keluar bersama tinja dan harus mencapai air untuk berkembang lebih lanjut. Telur ini akan menetas dalam waktu sekitar 10-12 hari pada suhu 26 C, dan muncul mirasidium. Mirasidium ini berenang dengan aktif di dalam air hingga menjumpai siput dari famili Hydrobiidae, Bithyniidae dan Melaniidae IARC, 1994. Mirasidium masuk ke dalam siput, melepaskan epitelnya yang bersilia, masuk ke hepatopankreas, dan berubah berbentuk seperti kantong sporokista. Di dalam sporokista terdapat bola-bola benih dan berkembang ke stadium berikutnya menjadi redia. Setiap sporokista memproduksi 5-8 redia, yang membebaskan diri dari sporokista dan berkembang mencapai panjang 1-3 mm. Redia mempunyai mulut, faring yang berotot dan sepanjang tonjolan tumpul ke lateral di tengah- tengah dari pertengahan posterior tubuh. Selanjutnya redia akan tumbuh dan berkembang menghasilkan larva ketiga disebut serkaria. Serkaria akan 7 meninggalkan tubuh siput sekitar 3-7 minggu setelah infeksi, tergantung dari suhu, dan aktif berenang di dalam air. Dalam dua jam serkaria ini melepaskan ekornya dan masuk ke dalam tubuh induk semang kedua yaitu siput dan ikan air tawar, kemudian berkembang menjadi metaserkaria Soulsby, 1982; Levine, 1990; Kaufmann, 1996. Induk semang kedua setelah ditelan oleh hospes definitif akan mengakibatkan metaserkaria pecah di dalam usus halus, berkembang lebih lanjut menjadi cacing muda. Cacing muda akan menembus dinding usus masuk ke dalam rongga peritoneum, kemudian memasuki parenkim hati dan bermigrasi di dalam hati. Akhirnya cacing muda tersebut masuk ke dalam saluran empedu dan mengalami perkembangan menjadi cacing dewasa dan memulai produksi telur sekitar 8 minggu setelah infeksi. Selama di dalam tubuh, cacing ini akan memakan jaringan hati dan darah Erasmus, 1972; Levine, 1990.

2.5 Cacing Trematoda Hati pada Itik