Rumusan Masalah BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) SEORANG PEMUDA GAGAL BERCINTA DI DESA BALONGDOWO CANDI SIDOARJO.
terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
7
Dengan kata lain teratasinya masalah yang dihadapi klien atau konseli karena keputusan dari
dirinya sendiri. Jadi bimbingan dan konseling islam adalah suatu proses pemberian
bantuan kepada konseli atau klien secara terarah, kontinue dan sistematis agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang
dimilikinya secara optimal dengan cara menginteralisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur’an dan Hadist Rosulullah SAW ke dalam
dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan al- Qur’an dan Hadist.
8
Sehingga di sini peneliti mendefiniskan pengertian dari bimbingan dan konseling Islam yakni suatu bentuk pemberian bantuan kepada
seorang atau sekelompok orang yang memiliki suatu permasalahan dan butuh untuk dipecahkan dengan cara-cara yang sesuai dengan al-Qur’an
dan Hadits serta kembali kepada fitrah keberagamaan manusia bahwa setiap diri mereka memiliki potensi unik yang bisa dikembangkan, dan
proses ini berlangsung secara terarah, continue dan sistematis. 2. Harga Diri Self Esteem
Harga diri self esteem adalah penilaian individu terhadap kehormatan diri, melalui sikap terhadap dirinya sendiri yang sifatnya
implisit dan tidak diverbalisasikan serta menggambarkan sejauh mana
7
Anas Salahuddin, Bimbingan dan Konseling, hlm.15-16
8
Samsul Munir Amir, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah, 2010, hlm.23
individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.
9
Jadi, menurut pendapat penulis harga diri self esteem adalah penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang mencakup keberhargaan
diri, keberartian diri, serta kemampuan yang dimiliki oleh dirinya sendiri sehingga muncul persepsi serta kepercayaan diri yang baik serta mudah
untuk mengatur emosi yang dimiliki agar dapat hidup dengan selaras dan penuh manfaat dengan individu lain.
3. Gagal Bercinta Di dalam definisi konsep ini, penulis menjabarkan pengertian gagal
bercinta yakni suatu usaha yang tidak tercapai untuk menaruh rasa cinta pada lawan jenis yang diharapkan dapat berlanjut pada hubungan yang
lebih serius menikah. Sedangkan secara teori, gagal bercinta ini dikaitkan dengan proses ta’aruf. Ta’aruf sendiri adalah kegiatan bersilaturahim. Jika
pada masa kini biasanya disebut dengan istilah berkenalan secara bertatap muka, atau bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan dengan
penghuninya.
10
Sedangkan menurut pendapat penulis, ta’aruf adalah proses perkenalan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang
diharapkan dapat berlanjut ke jenjang yang lebih serius yakni khitbah meminang dan berlanjut ke tahap pernikahan.
9
Stuart and Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC, 1998, hlm. 45
10
Qowi Alta Az-Zahra, Ya Allah, Aku Jatuh Cinta, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014, hlm. 46