dan dipertanggungjawabkan Kepala Kepolisian Daerah Propinsi Papua kepada Gubernur.
Pengankatan Kepala Kepolisian Daerah Propinsi Papua dilakukan oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesian atas persetujuan Gubernur Propinsi Papua
c. Bidang Moneter dan Fiskal
Propinsi Papua dapat menerima bantuan Negari setelah memberitahukan kepada Pemerintah.
Data dan informasi mengenai penerimaan pajak dan penerimaan Negara bukan pajak yang berasal dari Propinsi Papua disampaikan kepada Pemerintah Propinsi
dan DPRD setiap tahun anggaran.
d. Bidang Peradilan
Pengakuan adanya peradilan adat dalam masyarakat hukum adat tertentu. Pengankatan Kepala Kejaksaan Tinggi di Propinsi Papua dilakukan oleh Jaksa
Agung Republik Indonesia dengan persetujuan Gubernur.
e. Bidang Agama
Pemerintah mendelegasikan sebagian kewenangan perizinan penempatan tenaga kerja asing bidang keagamaan di Propinsi Papua kepada Gubernur Propinsi
Papua.
C. Hukum Adat, Masyarakat Adat dan Peradilan Adat
1. Hukum Adat
Hukum adat yang merupakan hukum kebiasaan harus dibedakan dari hukum agama, namun mengandung unsur regionalitas. Van Vollen Hoven
menyatakan bahwa salah satu cirri hukum adat adalah ciri hukum adat adalah sifat regionalitasnya. Van Vollenhoven berpendapat bahwa hukum adat adalah
adat yang mempunyai sanksi. Pengertian istilah adat pelaksanaa putusan peradilan adat ditetapkan dalam sidang adat dengan persetujuan para pihak. Menurut Van
Vollenhoven adalah kebiasaan yang sangat religious dan yang bersifat komunal. Kebiasaan tersebut terdiri dari tingkah laku-tingkah laku dan perbuatan-perbuatan
yang sudah sepatutnya untuk dilakukan oleh masyarakat.
16
Dengan demikian Hukum adat adalah aturan atau norma tidak tertulis dan hidup didalam
masyarakat adat, mengatur, mengikat, dan dipertahankan serta memiliki sanksi. Perkembangan hukum adat tidak tergantung pada Pemerintah. Hukum adat
dibangun dengan tujuan mempertahankan nilai, prinsip norma tertentu yang dianggap masih patut dipertahankan oleh Masyarakat adat.
Dalam hukum adat Prof. Ter Haar mengemukakan teori keseimbangan, dan teori yang dimaksudkan adalah hubungan yang harmonis antara manusia
dengan tenaga-tenaga gaib, tanah, dan harta benda agar hidup menjadi makmur dan harmonis. Manusia dan masyarakat merupakan titik-titik pusat dari suatu
kompleks perhubungan-perhubungan dari semua elemen kehidupan. Dititik pusat itulah terjilah proses kearah kepribadian
individualiseringprocess
. Kepribadian
16
Artikel Peradilan Adat :Membangun Asas Peradilan Adat 09092014 ; 9:29PM
ini mencakup kepribadian masyarakat maupun individu dalam lingkaran- lingkaran manusia tanah-harta MTH
17
. Kesadaran bahwa masyarakat dan individu beserta segala sesuatu
disekelilingnya merupakan satu kesatuan yang berproses atau berkembang bersama-sama menghasilkan cara berpikir sebagai berikut:
Setiap subyek MTH di dalam persekutuan diberi nilai dan penghargaan yang sama, kekayaan kebendaan dan kekayaan batin dapat dipertukarkan untuk
memperbaiki keseimbangan yang sudah terganggu. Setiap sebyek yang berpikir, maka ia berpikir dalam masyarakat. Pemikiran
dan pendapat seorang bernama Bambang dalam masyarakat Selopamioro misalnya, maka pemikirannya itu merupakan
resultante
daripada cara berpikir sebagai bagian atau anggota dari masyarakat itu dan sekaligus mewakili
pandangan masyarakat
representations collectives
. Representasi pemikiran kolektif yang disebutkan di nomor terdahulu ii
diterapkan pula ke dalam setiap peristiwa kehidupan, misalnya pelanggaran atau delik. Anggota masyarakat sadar bahwa ia mereka wajib mengganti
nilai yang terganggu itu untuk mempertahankan diri, jika lingkungan persekutuan hidupnya terganggu. Pemikiran yang demikian oleh Prof. Terr
Haar disebut
reciprociteitsidee
van Dijk Soehardi, 1964 : 116
17
http:www.academia.edu7003414Natal_Kristiono_S.Pd._M.H._Materi_Hukum_Adat_dari_berbagai_sumber download : selasa, 16 juni 2014: 8:10
Berdasarkan ketiga pemikiran diatas, yang dapat disebutkan sebagai dalil logika Prof. Ter Har, maka Ter Har menyampaikan pokok pikirannya tentang
delik adat sebagai berikut : Penuntutan pembayaran ganjaran delik dimaksudkan untuk
mengembalikan keseimbangan kosmis MTH. Berdasarkan jalan pikiran itu i Ter Har mengartikan delik adat sebagai
perbuatan merusak keseimbangan yang dilakukan oleh satu pihak dan yang sebelumnya itu tidak disetujui secara tegas atau secara diam-diam
oleh pihak lain. Dalam delik dan pembalasan atau pembayaran terjalin unsur yang bersifat
sangat pribadi dari masyarakat yakni rasa malu, tak senang hati, marah, dendam, benci-membenci, dan sebagainya.
2. Masyarakat Adat