Berdasarkan ketiga pemikiran diatas, yang dapat disebutkan sebagai dalil logika Prof. Ter Har, maka Ter Har menyampaikan pokok pikirannya tentang
delik adat sebagai berikut : Penuntutan pembayaran ganjaran delik dimaksudkan untuk
mengembalikan keseimbangan kosmis MTH. Berdasarkan jalan pikiran itu i Ter Har mengartikan delik adat sebagai
perbuatan merusak keseimbangan yang dilakukan oleh satu pihak dan yang sebelumnya itu tidak disetujui secara tegas atau secara diam-diam
oleh pihak lain. Dalam delik dan pembalasan atau pembayaran terjalin unsur yang bersifat
sangat pribadi dari masyarakat yakni rasa malu, tak senang hati, marah, dendam, benci-membenci, dan sebagainya.
2. Masyarakat Adat
Masyarakat tradisional atau masyarakat adat adalah komunitas-komunitas yang hidup berdasarkan asal-usul leluhur secara turun temurun disuatu wilayah
adat, yang memilikikedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial yang diatur oleh hukum adat atau lembaga adat yang mengelola keberlangsungan
hidup masyarakat. Hak-hak masyarkat adat yakni
18
: a.
Menjalankan sistem pemerintahan sendiri
18
Artikel Peradilan Adat : Pengelolaan Hutan Mukim dan Persiapan Masyarakat Adat 10092014; 20:44
b. Menguasai dan mengelola sumber daya alam dalam wilayahnya terutama
memberi manfaat bagi warganya c.
Bertindak kedalam mengurus dan mengatur warga dan lingkunganya d.
Hak ikut serta dalam transaksi yang menyangkut dengan lingkungannya e.
Hak membentuk adat f.
Hak membentuk dan menyelenggrakan peradilan adat
Masyarakat tradisonal atau masyarakt adat didaerah biasanya memiliki tradisi hukum yang kuat berdasarkan hukum adatnya dalam memecahkan masalah
yang terjadi dalam lingkungannya. Hal ini merupakan realitas dimana tradisi atau
custom
masih berlaku dibanyak tempat. Ini juga merupakan relaitas dimana perubahan masyarakat kadang kala terbentur dengan batas wilayah, dan hal ini
juga merupakan kenyataan dimana terdapat daerah-daearah yang masih steril dari keberlakuan hukum formal.
Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang kehutanan menjelasakan secara rinci berkatain dengan masyarakat adat yakni :keberadaan masyarakat adat
diakui dengan memenuhi unsur antara lain
19
: a.
Masyarakat Adat masih dalam bentuk paguyuban b.
Ada lembaga dalam bentuk perangkat penguasa adat c.
Ada wilayah hukum adat yang jelas
19
Artikel Peradilan Adat : Posisi Peradilan Adat Dalam RUU KUHAP : 9102014: 21:20
d. Ada pranata dan perangkat hukum, khususnya peradilan adat yang masih
ditaati e.
Masih mengadakan pungutan hasil hutan diwilayah hutan sekitarnya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hedar Laudjeng mengatakan : dimana ada masyarakat adat disitu ada peradilan adat, ungkapan tersebut mengikuti ungkapan yang sangat terkenal
dalam kajian hukum yang diperkenalkan oleh Tullius Cicero106-43 SM
Ubi Societas Ibi ius
dimana ada masyarakat disitu ada hukum. Ungkapan itu kemudian dikembangkan dan berlaku juga kepada masyarkat adat “Dimana ada
masyarakat adat disitu ada peradilan adat”, karena setiap hukum membutuhkan peradilan, bagaimanapun sederhana bentuknya, termasuk pada masyarakat adat.
20
Adanya masyarakat adat maka ada aturan-aturan adat dan juga sanksi adat yang demikian juga membentuk peradilan adat yang dipimpin oleh para pemangku adat
atau dewan adat.
3. Peradilan Adat