Undang Otonomi Khusus Provinsi Papua yang selanjutnya diharapkan akan berfungsi sebagai pedoman dasar bagi pelaksanaan berbagai aspek Otonomi Khusus Papua di masa
mendatang. Ada tujuh butir Nilai-nilai Otonomi Khusus Papua. Nilai-nilai dasar yang dimaksud adalah
14
:
1. Perlindungan terhadap Hak-hak Dasar Penduduk Asli Papua 2. Demokrasi dan Kedewasaan Berdemokrasi
3. Penghargaan tehadap Etika dan Moral 4. Penghargaan terhadap Hak-hak Asasi Manusia
5. Penegakan Supremasi Hukum 6. Penghargaan terhadap Pluralisme
7. Persamaan kedudukan, hak dan kewajiban sebagai warga negara
1. Peraturan Daerah Khusus
Pemberian Otonmi Khusus bagi Propinsi Papua diatur dalam UU Otsus. Selanjutnya, Papua diberi kewenangan untuk mempunyai Perdasus, yaitu
Peraturan Daerah Khusus yang mengatur kondisi khusus atau hal-hal yang tidak diatur dalam UU Otsus serta Perdasi yaitu Peraturan Daerah Propinsi yaitu
peraturan yang menjalankan aturan-aturan dalam undang-undang ini. Hal ini berbeda dengan undang-undang pada umumnya, sebab jika pengaturan lebih
14
http:www.academia.edu1596060esai_otsus_papua didownload pada jumat, 8 Agustus 2014, Jam 8:33
lanjut dari suatu undang-undang adalah Peraturan Pemerintah, maka kelanjutan dari UU ini adalah Perdasi dan Perdasus
15
. Bertolak dari pengertian tentang otonomi, maka isi dari otonomi itu
sendiri adalah pemberian kewenangan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dimana pemberian kewenangan tersebut haruslah dijalankan sesuai
dengan UU. Pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi
dilakukan dengan menggunakan pendekatan “Residu”, yakni menentukan terlebih dahulu kewenangan Pemerintah Pusat, sedangkan sisanya menjadi kewenangan
Pemerintah Propinsi. Kewenangan Pemerintah Propinsi sebagian diserahkan kepada Pemerintah KabupatenKota dengan menggunakan pendekatan formal,
yakni adanya kebebasan mengurus dan mengatur segala sesuatu yang dianggap penting bagi ekssistensi daerahnya, asalkan tidak mencakup urusan yang talah
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi yang telah diatur dalam suatu produk hukum tertentu.
2. Pembagian Wewenang Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Papua
Dalam Undang-Undang ini, ditetapkan kewenangan Pemerintah Pusat mencakup urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan monoter dan fiskal,
peradilan, agama serta kewenangan tertentu dibidang lain kebijakan tentang
15
Bonai Sandhi, Makna pengibaran Bendera Bintang Kejora bagiPemerintah dan Masyarakat Papua, FH. UKSW, 2010.
perencanaan dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dan perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian
negara, pembinaan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia, pendayagunaan Sumbar Daya Alam serta teknilogi tinggi yang strategis, konservasi dan standarisasi
nasional. Mengingat Undang-Undang ini bersifat khusus, maka semua kewenangan Pemerintah Pusat tersebut dilaksanakan dengan kekhususan dengan kekhususan di
Propinsi Papua. Beberapa kekhususan dalam pelaksanaan kewenangan Pemerintah Pusat yang dimaksud antara lain :
a. Bidang Politik Luar Negeri
Perjanjian Internasional yang dibuat oleh Pemerintah yang hanya terkait dengan kepentingan Propinsi Papua dilaksanakan setelah mendapat pertimbangan
Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Propinsi Papua dapat mengadakan kerjasama yang saling menguntungkan dengan
lembaga atau badan diluar negeri yang diatur dengan keputusan bersama sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Bidang Pertahanan dan Keamanan
Gubernur berhak berkoordinasi dengan Pemerintah dalam hal kebijakan tata ruang pertanahan di Propinsi Papua.
Kebijakan mengenai keamanan di Propinsi Papua dikoordinasikan oleh Kepala Kepolisisan Daerah Propinsi Papua kepada Gubernur.
Hal-hal mengenai tugas kepolisian dibidanbg ketertiban dan ketentraman masyarakat di Propinsi Papua, termasuk pembiayaannya, diatur dengan Perdasi
dan dipertanggungjawabkan Kepala Kepolisian Daerah Propinsi Papua kepada Gubernur.
Pengankatan Kepala Kepolisian Daerah Propinsi Papua dilakukan oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesian atas persetujuan Gubernur Propinsi Papua
c. Bidang Moneter dan Fiskal
Propinsi Papua dapat menerima bantuan Negari setelah memberitahukan kepada Pemerintah.
Data dan informasi mengenai penerimaan pajak dan penerimaan Negara bukan pajak yang berasal dari Propinsi Papua disampaikan kepada Pemerintah Propinsi
dan DPRD setiap tahun anggaran.
d. Bidang Peradilan
Pengakuan adanya peradilan adat dalam masyarakat hukum adat tertentu. Pengankatan Kepala Kejaksaan Tinggi di Propinsi Papua dilakukan oleh Jaksa
Agung Republik Indonesia dengan persetujuan Gubernur.
e. Bidang Agama
Pemerintah mendelegasikan sebagian kewenangan perizinan penempatan tenaga kerja asing bidang keagamaan di Propinsi Papua kepada Gubernur Propinsi
Papua.
C. Hukum Adat, Masyarakat Adat dan Peradilan Adat