Sistematika Penulisan Pemerintah sebagai Pelaksana Birokasi Pemerintahan

satuan pola sehingga dapat ditentukan dengan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 24 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini menggunakan pola pikir logika induktif, yaitu pola pikir untuk menarik kesimpulan dari kasus- kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. 25

N. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN Bagian bab ini akan membahas tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan BAB II PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PELAKSANA BIROKASI PEMERINTAHAN DI DAERAH Bagian bab ini akan membahas tentang Pemerintah sebagai Pelaksana Birokasi Pemerintahan dan Pemerintah Daerah Sebagai Pelaksana Birokrasi Pemerintahan di Daerah berdasarkan Otonomi Daerah serta Penyelengaraan Fungsi Pelayanan Pemerintah Dalam Pemberian Izin Mendirikan Bangunan BAB III PROSEDUR PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG NOMOR 14 TAHUN 2006 Bagian bab ini akan membahas Gambaran Umum Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Lubuk Pakam dan Izin Mendirikan Bangunan ditinjau dari Tata Ruang Kota serta Proses Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2006 BAB IV KENDALA-KENDALA DALAM PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI DELI SERDANG 24 Soerjono Soekanto. Op.Cit., hal 22 25 Jhonny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia Publishng, 2006, hal 249 Universitas Sumatera Utara Pada bagian bab ini akan membahas tentang Hambatan dalam Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah dan Solusi dalam mengatasi hambatan dalam Pemberian Izin Bangunan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian penelitian, kemudian dilengkapi dengan saran yang mungkin bermanfaat di masa yang akan datang untuk penelitian lanjutan. Universitas Sumatera Utara 23 BAB II PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PELAKSANA BIROKASI PEMERINTAHAN DI DAERAH

A. Pemerintah sebagai Pelaksana Birokasi Pemerintahan

Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 25 KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan. Dulu wilayah ini disebut Kabupaten Deli dan Serdang, dan pemerintahannya berpusat di Kota Medan. Memang dalam sejarahnya, sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, wilayah ini terdiri dari dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan kesultanan yaitu Kesultanan Deli berpusat di Kota Medan, dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan. Dulu daerah ini mengelilingi tiga “daerah kota madya” yaitu kota Medan yang menjadi ibukota Provinsi Sumatera Utara, kota Binjai dan kota Tebing Tinggi disamping berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu Langkat, Karo, dan Simalungun, dengan total luas daerah 6.400 KM2 terdiri dari 33 Kecamatan dan 902 Kampung. Daerah ini, sejak terbentuk sebagai kabupaten sampai dengan tahun tujuh puluhan mengalami beberapa kali perubahan luas wilayahnya, karena kota Medan. Tebing Tinggi dan Binjai yang berada didaerah perbatasan pada beberapa waktu yang lalu memintamengadakan perluasan daerah, sehingga luasnya berkurang menjadi 4.397,94 km2. Diawal pemerintahannya Kota Medan menjadi pusat pemerintahannya, karena memang dalam sejarahnya sebagian besar wilayah kota Medan adalah “tanah Deli” yang merupakan daerah Kabupaten Deli Serdang. Sekitar tahun 1980-an, pemerintahan daerah ini pindah ke Lubuk Pakam, sebuah kota kecil yang terletak di pinggir jalan lintas Sumatera lebih kurang 30 kilometer dari Kota Medan yang telah ditetapkan menjadi ibukota Kabupaten Deli Serdang. Tahun 2004 Kabupaten ini kembali mengalami perubahan baik secara Geografi maupun Administrasi Pemerintahan, setelah adanya pemekaran daerah Universitas Sumatera Utara dengan lahirnya Kabupaten baru Serdang Bedagai sesuai dengan U.U. No. 36 Tahun 2003, sehingga berbagai potensi daerah yang dimiliki ikut berpengaruh. Dengan terjadinya pemekaran daerah, maka Luas wilayahnya sekarang menjadi 2.497,72 KM2 terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desakelurahan, yang terhampar mencapai 3.34 persen dari luas Sumatera Utara. Kabupaten Deli Serdang dihuni penduduk yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Melayu, Karo, Simalungun, Jawa, Batak, Minang, Cina, Aceh dan pemeluk berbagai agama seperti Islam, Kristen, Hindu dan Budha, dengan total jumlah penduduk berjumlah 1.686.366 jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduknya LPP sebesar 2,74 persen dengan kepadatan rata-rata 616 jiwa perkilometer persegi. Dalam gerak pembangunannya, motto Kabupaten Deli Serdang yang tercantum dalam Lambang Daerahnya adalah “Bhinneka Perkasa Jaya” yang memberi pengertian; dengan masyarakatnya yang beraneka ragam suku, agama, ras dan golongan bersatu dalam kebhinnekaan secara kekeluargaan dan gotong royong membangun semangat kebersamaan, menggali dan mengembangkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya sehingga menjadi kekuatan dan keperkasaan untuk mengantarkan masyarakat kepada kesejahteraan dan kejayaan sepanjang masa. Dengan pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi dua wilayah, secara administratif Pemerintah Kabupaten Deli Serdang kini terbagi atas 22 Kecamatan yang didalamnya terdapat 14 Kelurahan dan 389 Desa. Berdasarkan teori due contract social 26 , negara terbentuk berdasarkan kesepakatan masyarakat untuk membentuk kekuasaan untuk dapat menghentikan kekacauan yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri. Dari kekuasaan yang diberikan pada negara tersebut negara mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk : 27 1. Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang asosisal, yakni yang bertentangan satu sama lain yang menjadi antagonis yang membahayakan. 26 Soeharjo, Ilmu Negara, Semarang : dahara prize, 1994, hal 7 27 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia, 1986, hal 39 Universitas Sumatera Utara 2. Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan- golongan kearah tercapainya tujuan masyarakat secara keseluruhan. Negara menentukan bagaimana kegiatan asosiasi-asosiasi masyarakat disesuaikan satu sama lain dan diarahkan pada pencapaian tujuan nasional. Due contract social di Indonesia terjadi untuk mengusir penjajahan di Bumi Nusantara, adanya rasa senasib dan sepenanggungan antar wilayah membangkitkan rasa kebersamaan untuk mencapai kemerdekaan. Dan selanjutnya setelah mencapai kemerdekaan maka tujuan kontrak sosial berkembang menjadi encapaian cita-cita bangsa Indonesia dan tujuan nasional. Selain hal tersebut cita- cita menjadikan Indonesia sebagai negara hukum juga merupakan harapan yang harus di capai oleh Bangsa Indonesia. Banyak dokumen kenegaraan yang menyiratkan adanya ciri-ciri negara hukum seperti yang telah di cita-citakan. Mukti Arto berpendapat negara hukum Indonesia adalah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang dapat ditemukan unsur-unsur negara hukum sebagai berikut: 28 1. Adanya pengakuan terhadap jaminan hak-hak asasi manusia; 2. Adanya pembagian kekuasaan; 3. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya pemerintah harus selalu berdasar atas hukum yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis; 4. Adanya kekuasaan kehakiman yang dalam menjalankan kekuasaannya bersifat merdeka artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah maupun kekuasaan lainnya. Penegasan mengenai Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum rechtstaat dan tidak berdasar atas kekuasaan belaka machtstaat sebagaimana tersebut dalam penjelasan UUD 1945. 29 Perwujudan bahwa Indonesia adalah negara hukum tercermin dalam sistem pembagian kekuasaan, sistem yang 28 Arto, A. Mukti, Konsepsi Ideal mahkamah Agung, Redefinisi Peran dan Fungsi Mahkamah Agung untuk Membangun Indonesia Baru, Yogyakarta,:Pustaka Pelajar, 2001, hal. 18- 19. 29 Wahjono, Padmo, Indonesia Negara Berdasar Atas Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1986, hal 7-32 Universitas Sumatera Utara digunakan adalah cenderung mendekati sistem trias politica yang dikemukakan oleh John Locke dan Montesquieu , dimana negara terbagi dalam kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Trias Politica dalam kenegaraan Indonesia dapat dilihat tersebar dalam konstitusi dan berbagai Undang-undang. Antara lain adalah terdapat dalam UUD 1945 dalam batang tubuhnya yang berisikan ketentuan tentang lembaga tinggi dan tertinggi negara. Pembagian kekuasaan negara yang ada di Indonesia terbagi dalam beberapa fungsi lembaga negara. Dibidang eksekutif fungsinya dijalankan oleh lembaga kepresidenan, dibidang legislatif fungsinya dijalankan oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan dibidang yudkatif fungsinya dijalankan oleh Mahkamah Agung. Dari uraian di atas jelas bahwa penyelenggara negara di Indonesia adalah lembaga-lembaga tersebut diatas, dalam bahasa hukum administrasi negara, mereka disebut sebagai Badan Tata Usaha Negara, dan orang-orang yang menjabat didalamnya adalah Pejabat Tata Usaha Negara. Sedangkan dalam bahasa keseharian, masyarakat cenderung menyebut sebagai “pemerintah”, yang bertugas menyelenggarakan Pemerintahan negara. dalam arti luas pemerintah adalah badan atau pejabat yang menjalankan urusan pemerintahan berdasar undang-undang yang berlaku uraian pada sub bab diatas menjelaskan tentang siapa penyelenggara pemerintahan Pusat di Indonesia, pada tingkat Daerah pemerintahan dijalankan oleh Pemerintah Daerah baik Kabupaten maupun Kota.

B. Pemerintah Daerah Sebagai Pelaksana Birokrasi Pemerintahan di