BAB I PENDAHULUAN
H. Latar Belakang
Pada zaman modern sekarang ini, banyak sekali dilakukan pembangunan dalam berbagai sektor kehidupan. Pembangunan terjadi secara menyeluruh di
berbagai tempat hingga ke pelosok-pelosok daerah. Kegiatan pembangunan diharapkan dapat menunjang perekonomian negara, sehingga dapat mewujudkan
kesejahteraan umum. Dalam hal ini pemerintahlah yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengusahakan kesejahteraan bagi warga negaranya. Dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya itu, menyebabkan begitu banyak keterlibatan negara pemerintah dalam kehidupan warganya, tidak sebatas
berinteraksi, tetapi sekaligus masuk dalam hidup dan kehidupan warganya. Pemerintah yang melaksanakan tugas Negara mempengaruhi kehidupan warga
negara, sementara di sisi lain warga juga mempengaruhi pemerintah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya.
1
Seseorang dikatakan sejahtera apabila merasa bebas untuk mewujudkan kehidupan individual dan sosialnya sesuai dengan aspirasi serta dengan
kemungkinan-kemungkinan yang tersedia bagi dirinya, tidak berarti bahwa yang dikejar dalam menciptakan kesejahteraan hanya kebebasan. Kebebasan dari satu
orang akan berhadapan dengan kebebasan orang lain, demikian pula kepentingan sekelompok orang akan berhadapan dengan kepentingan pihak lain, untuk itu
perlu ada keselarasan. Peran pemerintah dalam hal ini sangat diharapkan untuk mewujudkan kondisi itu, baik melalui pengaturan, kebijakan tetentu, maupun
stelsel Perizinan.
2
Perizinan itu sendiri dipandang sebagai salah satu instrumen pengaturan yang paling banyak digunakan oleh pemerintahan dalam
mengendalikan masyarakat agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Otonomi daerah sebagai wujud pelaksanaan asas desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintah yang digulir oleh pemerintah sebagai jawaban atas
1
Y.Sri Pudyatmoko, Perizinan Problem dan Upaya Pembenahan, Grasindo, Jakarta, 2009, hal.2
2
Ibid., hal 4
Universitas Sumatera Utara
tuntutan masyarakat, pada hakekatnya merupakan penetapan konsep teori areal division of power yang membagi kekuasaan negara secara vertikal. Dalam konteks
ini, kekuasaan terbagi antara pemerintah pusat di satu pihak dan pemerintah daerah di lain pihak, yang secara legal konstitusional tetap dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia selanjutnya dalam tukisan ini disebut NKRI. Kondisi ini membawa implikasi terhadap perubahan paradigma
pembangunan yang dewasa ini diwarnai dengan isyarat globalisasi. Konsekuensinya, berbagai kebijakan publik dalam kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan publik menjadi bagian dari dinamika yang harus direspon dalam kerangka proses demokratisasi, pemberdayaan masyarakat dan
kemandirian lokal. Harapan tersebut muncul oleh karena kebijakan ini dipandang sebagai jalan baru untuk menciptakan suatu tatanan yang lebih baik dalam sebuah
skema good governance dengan segala prinsip dasarnya. Melalui pemerintahan yang desentralistik, akan terbuka wadah demokrasi
bagi masyarakat lokal untuk berperan dalam menentukan nasibnya, serta berorientasi kepada kepentingan rakyat melalui pemerintahan daerah yang
terpercaya, terbuka dan jujur serta bersikap tidak mengelak terhadap tanggung jawab sebagai prasyarat terwujudnya pemerintahan yang akuntabel dan mampu
memenuhi asas-asas kepatuhan dalam pemerintahan. Pemerintah dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik,
bersih dan berwibawa, dihadapkan pada pelaksanaan tugas yang sangat luas dan kompleks. Pemerintah memiliki hak dan wewenang untuk mengatur kehidupan
warga negaranya. Pada dasarnya penyelenggaraan pemerintahan mengemban tiga fungsi hakiki, yaitu pelayanan service, pemberdayaan empowerment, dan
pembangunan development. Jadi selain melaksanakan pembangunan, pemerintah juga memberikan pelayanan publik.
Upaya pemerintah dalam meningkatkan citra pelayanan, mulai dengan diberlakukannya UU No.12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas UU No.32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten kota, selanjutnya PP No.41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat
daerah, dan pada akhirnya melalui Menteri Dalam Negeri dengan Permendagri
Universitas Sumatera Utara
No.24 tahun 2006 tentang penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2009 tentang Perizinan Terpadu Satu Pintu
dan permendagri No.20 tahun 2008 tentang pedoman organisasi dan tata kerja unit pelayanan perizinan terpadu daerah. Implementasi dari peraturan-peraturan
tersebut adalah dengan pembentukan organ untuk mengurus pelayanan perizinan yang berbentuk badankantor.
3
Salah satu upaya untuk mewujudkan pelayanan yang akuntabel terhadap pengguna jasa, ditetapkan Keputusan Menteri PAN Nomor.
26KEPM.PAN62004 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Maksud ditetapkannya petunjuk teknis ini adalah sebagai acuan bagi
seluruh penyelenggara pelayanan publik untuk meningkatkan kualitas transparansi dan akuntabilitas pelayanan.
4
Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Sumatera Utara, seperti sekarang ini memiliki kemajuan yang begitu pesat.
Kemajuan tersebut seiring dengan banyaknya investor-investor yang masuk di kabupaten ini. Pemerintah Kabupaten Deli Serdang tentu tidak tinggal diam dalam
menanggapi kemajuan yang terjadi sekarang ini. Dalam mengganggapi hal tersebut Pemerintah Kabupaten Deli Serdang giat melakukan perbaikan-perbaikan
baik dalam bentuk fisik maupun non fisik, salah satunya ialah perbaikan dalam sektor pelayanan publik khususnya di pelayanan perizinan salah satunya adalah
pelayanan Izin Mendirkan Bangunan selanjutnya dalam tulisan ini disebut IMB. Untuk mendirikan sebuah bangunan diperlukan peraturan agar bangunan itu
dikatakan legal oleh pemerintah. Pengaturan mengenai IMB di Kabupaten Deli Serdang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No. 14 Tahun
2006 tentang Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu bentuk pelayanan publik. Di samping itu IMB merupakan salah satu
retribusi Kabupaten Deli Serdang yang berarti sumber pendapatan daerah. Kantor pelayanan adimistrasi perizinan dan Dinas Tata Ruang dan Bangunan yang
3
Ridwan, Juniarso. Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik. Bandung: Nuansa,. 2009, hal 229
4
Kepmenpan, “Keputusan Menteri PAN Nomor. 26KEPM.PAN62004 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik”.
Universitas Sumatera Utara
merupakan penyelenggara pelayanan IMB harus memiliki kapabilitas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Salah satu kapabilitas yang harus
dimiliki adalah “akuntabilitas yaitu suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai-nilai
atau norma eksternal yang ada di masyarakat atau yang di miliki oleh para stakeholders”.
5
IMB disusun sebagai standar penyesuaian bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Mendirikan bangunan rumah atau pemukiman dengan terencana akan
menjamin kondisi lingkungan yang menjamin segala aktivitas. Pada dasarnya, setiap pengakuan hak oleh seseorang terhadap suatu bangunan harus didasarkan
bukti yang kuat dan sah menurut hukum. Tanpa bukti tertulis, suatu pengakuan di hadapan hukum mengenai objek hukum tersebut menjadi tidak sah. Sehingga
dengan adanya sertifikat IMB akan memberikan kepastian dan jaminan hukum kepada masyarakat.
Dalam kaitannya dengan pemberian pelayanan pada Dinas Pemukiman dan Tata Ruang sebagai organisasi publik yang juga berperan untuk menciptakan
good governance sudah semestinya menciptakan pelayanan yang transparan, sederhana, murah, tanggap dan akuntabilitasnya dapat dipertanggungjawabkan ke
publik. Persoalan yang timbul saat ini adalah realitas pelaksanaan fungsi
pelayanan di bidang IMB Di Kabupaten Deli Serdang. Data dari Ombudsman Kabupaten Deli Serdang menunjukkan Dinas Perizinan Kabupaten Deli Serdang
rawan maladministrasi. Hal ini dilihat dari banyaknya pengaduan masyarakat berupa pelayanan yang berlarut-larut; mempersulitdiskriminasi pelayanan dan
lamanya waktu penyelesaian pelayanan.
6
Berdasarkan latar belakang di atas maka skripsi ini berjudul Prosedur Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006 Studi di Kabupaten Deli Serdang
5
Agus Dwiyanto, “Reformasi Birokrasi Publik” Cet.1; Yogyakarta : Galang Printika Yogyakarta,2002,hal 55
6
http:kab.deliserdang.antaranews.comberita36781diakses tanggal 25 Mei 2014
Universitas Sumatera Utara
I. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah Pemerintah Daerah Sebagai Pelaksana Birokasi
Pemerintahan Di Daerah? 2.
Bagaimanakah Prosedur Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun
2006? 3.
Bagaimanakah kendala-kendala dalam penerbitan izin mendirikan bangunan di Deli Serdang?
J. Tujuan dan Manfaat Penulisan