THE SOCIAL INTERACTION MODELS IN THE ROLE OF PEERS TO THE FORMATION OF STUDENTS’ PERSONALITY IN SCHOOL ENVIRONMENT MODEL INTERAKSI SOSIAL PERAN TEMAN SEBAYA DALAM PEMBENTUKAN NILAI KEPRIBADIAN SISWA DI LINGKUNGAN SEKOLAH

(1)

ABSTRACT

THE SOCIAL INTERACTION MODELS IN THE ROLE OF PEERS TO THE FORMATION OF STUDENTS’ PERSONALITY

IN SCHOOL ENVIRONMENT by

Roseanna Febriyani

The aim of the research was to describe the social interaction models in the role of peers to the formation of the students’ personality in school environment. The method of this research was descriptive qualitative. The subjects of the research were five students of SMA Negeri 10 Bandar Lampung. The research data were collected by using observation and interviews

The result of this research was the social interaction models in peers provided interrelationship. The social interaction models were formed because of the openness, trust, a sense of comfort, the interests, needs, equality and similarity of motives. The role of peers was take and give, dependency. Friendship was one of process in interaction in which students will experience a process of interrelationship such as the interplay between peers. The roles of peers in this research were (1) friendship provided new information; (2) peers provided information to interact with other friends; (3) the intimacy of friendship relationship with peers. Friends had influence in shaping the personality of the students. Personality was the character of a person in his behavior. The value of personality formed by social interaction models in the role of peers in school environment were welcoming, social caring, tolerance.


(2)

ABSTRAK

MODEL INTERAKSI SOSIAL PERAN TEMAN SEBAYA DALAM PEMBENTUKAN NILAI KEPRIBADIAN

SISWA DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh

Roseanna Febriyani

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model interaksi sosial peran teman sebaya dalam pembentukan nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa di SMA Negeri 10 Bandar Lampung sebanyak 5 orang siswa. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan obsevasi dan wawancara.

Adapun hasil penelitian ini yaitu model interaksi sosial teman sebaya memberikan hubungan timbal balik. Model interaksi sosial terbentuk karena adanya keterbukaan, kepercayaan, rasa nyaman, kepentingan, kebutuhan, kesetaraan dan kesamaan motif. Maka peran teman sebaya yang muncul adalah take and give, ketergantungan. Pertemanan sebagai salah satu proses interaksi dimana siswa akan mengalami proses timbal balik misalnya pengaruh-mempengaruhi antar teman sebaya. Peran teman sebaya dalam penelitian ini yaitu (1) pertemanan memberikan informasi-informasi baru; (2) teman sebaya memberikan informasi berinteraksi dengan teman yang lain; (3) keakraban hubungan pertemanan dengan teman sebaya. Teman mempunyai pengaruh dalam membentuk kepribadian siswa. Kepribadian merupakan watak seseorang di dalam perilakunya. Nilai kepribadian yang terbentuk dari model interaksi sosial peran teman sebaya di lingkungan sekolah yaitu bersahabat, peduli sosial, toleransi.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada 28 Februari 1989, anak pertama dari tiga bersaudara merupakan buah hati dari Papa Rifdanil, S.Pd dan Mama Rosmiyati.

Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis untuk pertama kali diawali pada Taman Kanak-kanak Beringin Raya tahun 1994-1995, kemudian dilanjutkan di Sekolah Dasar Negeri I Beringin Raya dan diselesaikan pada tahun 2001. Setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 4 Rawa Laut, Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) 10 Bandar Lampung yang penulis selesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Sosiologi(Non-Reguler) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis mengaplikasikan ilmu di bidang akademis dengan melaksanakan Praktek Kuliah Lapangan (PKL) di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Bandar Lampung. Setelah menjalankan proses perkuliahan selama tiga tahun sembilan bulan dan lulus September 2011. Tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di jurusan Magister Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.


(8)

MOTO

Perlakukanlah setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa

hormat, meski mereka berlaku buruk pada mu. Ingatlah

bahwa kamu menunjukkan penghargaan pada orang lain

bukan karena siapa mereka tapi karena siapakah dirimu

(Andrew T. Somers)

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia

lain

(HR. Tarmizi)

Disaat kita terjatuh maka segeralah berpikir bagaimana cara

kita bangkit .


(9)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil „alamin, dan mengucap syukur kepada Allah SWT, Kau telah tunjukkan setiap jalan untuk merasa kebahagiaan ini. Satu demi satu harapan dan bulir impian diri akhirnya terealisasi. Sebuah karya yang merupakan wujud tanggung jawab dan perjuangan diri dalam setiap limpahan ridho dan rizki-Mu di setiap perjalanan hidupku, dalam setiap titik kehidupan ini yang

meyakinkanku bahwa semua yang telah kuraih adalah doa tulus dari orang-orang yang selalu mencintai dan menyayangiku.

Dengan segala kerendahan hati, serta penuh cinta dan kasih sayang, karya kecil yang amat sederhana ini kupersembahkan untuk:

 Papa dan Mama

Kedua orang tua ku papa Rifdanil, S.Pd dan Mama Rosmiyati. Semua yang ku lakukan untuk senyum papa dan mama. Terima kasih untuk semua doa, cucuran keringat dan air mata, pengorbanan tanpa pamrih, kepercayaan dan limpahan cinta kasih yang telah menjadi nafas kehidupanku, motivasi serta mengiringi setiap langkahku sehingga aku berhasil tiba di “jenjang” ini...  Adik-adikku Roseamelia Adevina dan Rosearistavia Yuniarif

Saudara terbaik yang selalu menjadi yang terbaik dalam hatiku dan selalu mewarnai hari-hariku dalam merajut kebersamaan, serta motivatorku untuk menjadi lebih baik dan sukses dalam kehidupanku nanti...

 Keluarga besarku

Terima kasih atas doa dan kasih sayangnya.  My Lovely Pooh (Dimas Aditya Saputra, S.T.P.)

Seseorang yang selama empat tahun dua bulan ini selalu ada mengiringi fase kehidupanku. Ada di samping ku saat ku susah dan senang serta selalu memperhatikan, menyayangi, mencintai dan sabar menghadapi ku. Penantian ini akan segera berakhir my lovely pooh.... 

 Almamater tercinta Universitas Lampung.

Budi dan bakti dalam setiap tetes perjuanganku, tempat ku belajar tentang kehidupan dan kebersamaan dalam setiap perjuangan pencapaian impian setinggi-tingginya.


(10)

SANWACANA

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia yang tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Model Interaksi Sosial Peran Teman Sebaya Dalam Pembentukan Nilai Kepribadian Siswa Di Lingkungan Sekolah”. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulisan tesis ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan motivasi, dan saran yang diberikan dari semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., Rektor Universitas Lampung. 2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Pascasarjana Universitas

Lampung.

3. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. H. Pargito, M.Pd., selaku Ketua Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sebagai penguji I yang telah memberi masukan dan saran yang bermanfaat bagi penulis.


(11)

5. Bapak Dr. R. Gunawan Sudarmanto, S.Pd., S.E., M.M., selaku Sekretaris Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, dan sebagai pembimbing II, terimakasih atas segala bantuan, motivasi, dan dukungannya semoga bapak selalu dalam lindungan Allah dan segera diberikan kesehatan, amin.

6. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberi motivasi dan saran yang bermanfaat bagi penulis.

7. Ibu Dr. Risma M Sinaga, M.Hum, selaku dosen penguji II yang telah memberi masukan dan saran yang bermanfaat bagi penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen FKIP Universitas Lampung, khususnya Dosen Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

9. Papa dan mama tercinta Rifdanil, S.Pd dan Rosmiyati yang telah membimbing serta memberikan cinta dan kasih sayangnya dengan penuh kesabaran. Terima kasih atas doanya yang tiada henti untuk keberhasilan anak-anaknya

10.Adik-adikku Roseamelia Adevina dan Rosearistavia Yuniarif yang telah menemani, mewarnai hari-hariku dalam merajut kebersamaan, serta motivatorku untuk menjadi lebih baik. Sukses buat kita bertiga semoga bisa jadi anak yang bisa dibanggain papa dan mama.

11.Dimas Aditya Saputra, S.T.P. terimakasih atas kasih sayang, cinta, perhatian dan atas bantuannya selama ini serta penantiannya.

12.Ibu Novi selaku guru di SMA 10 Bandar Lampung yang bersedia membagi jam ngajarnya dengan penulis, terimakasih atas pengalaman berharganya.


(12)

13.Drs. Fadrizal Alam dan Dra. Wiyati, terimakasih atas pinjaman buku-buku dan saran-sarannya.

14.Sahabatku Rainbow Desy Mauliya S.Pd, Iffatul Fa-Izah S.E dan Tri Darmawati S.Pd.

15.Teman dekatku Irma Dahlia M.Pd, Baby Deni Effendi Muhtar S.Pd dan Fatma Rossa M.Pd, Merita Sagita, S.E, M.Pd.

16.Isbandiyah M.Pd terimakasih atas sarannya yang sudah sangat membantu. 17. Rekan-rekan seperjuangan Magister Pendidikan IPS Angkatan 2012, Mas adi,

Aprilia, Bu Soimah Apriliyani, Apriyanti, Abah Asrin, Astri, Pak Budi, Mbak Cherley, Defti, Mabak Desy S, Mbak Dewi, Bu Fatma, Pak Dadang, Pak Wardaya, Dwi, Dwilita, Fajar, Bu Fau, Febra, Mbak Fitri, Bang Hambali, Heri, Bu Hurus, Mbak Iceu, Pak Ignatius, Inaya, Into, Kak Lili, Bu Maryani, Kak Mery, Mbak Novi, Putut, Mimi, Restia, Duli, Mas Sidiq Ndut, Bunda Siti, Bu Sofi, Bu Marti, Titi, Pak Wahyudin, Dedek Dani, Pak Wartoyo, Pak Waluyo dan Bu Retno.

18.Almarhum sahabat kami Magister Pendidikan IPS 2012 tercinta Bapak Padri. 19.Teman-teman mahasiswa Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas

Lampung.

20.Murid-murid Kelas XI IPS 5 SMA Negeri 10 Bandar Lampung yang banyak membantu dalam penelitian ini.

21.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Demikianlah penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga karya ini


(13)

bermanfaat bagi semua, akhir kata dengan kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, 11 Februari 2014 Penulis,

Roseanna Febriyani NPM 1223031032


(14)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Kegunaan Penelitian ... 7

F. Ruang Lingkup ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A.Tinjauan Interaksi Sosial ... 10

1. Interaksi Sosial ... 10

2. Syarat Interaksi Sosial ... 15

3. Bentuk Interaksi Sosial . ... 20

4. Proses Interaksi Sosial. ... 21

5. Faktor Dasar Terbentuknya Interaksi Sosial ... . 26

6. Unsur-unsur Dalam Interaksi Sosial ... 29

B. Tinjauan Nilai Kepribadian ... 34

1. Nilai………..………….…. ... 34

2. Kepribadian … ... 39

3. Pola Kepribadian ... 40

4. Perubahan Kepribadian ... 44

5. Karakteristik Kepribadian... 45

6. Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian ... 47

C.Tinjauan Teman Sebaya ... 51

1. Teman Sebaya... 52


(15)

Halaman

D.Tinjauan Lingkungan Sekolah ... 56

E. Tinjauan Materi Kajian Sosiologi dalam Kawasan Pendidikan IPS ... 57

1. Pendidikan IPS ... 57

2. Ruang Lingkup Pendidikan IPS ... 58

3. Karakteristik Pendidikan IPS ... 59

4. Tujuan Pendidikan IPS ... 60

5. Manfaat Pendidikan IPS ... 62

6. Dimensi Pendidikan IPS ... 63

7. IPS Sebagai Pengembangan Pribadi Seseorang ... 71

8. Pembelajaran Sosiologi dalam kawasan IPS di SMA ... 72

F. Penelitian yang relevan ... 75

G.Kerangka Pikir. ... 76

III. METODE PENELITIAN... 78

A.Pendekatan Penelitian ... 78

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 79

C.Subjek dan Objek Penelitian ... 80

D.Sumber Data ... 80

E. Teknik Pengumpulan Data ... 81

F. Teknik Penentuan Informan. ... 83

G.Keabsahan Data ... 84

H.Teknik Analisis Data ... 86

IV. Hasil Dan Pembahasan ... 89

A.Profil SMA Negeri 10 Bandar Lampung ... 89

B.Peran Teman Sebaya ... 101

1. Pertemanan memberikan informasi-informasi baru ... 102

2. Teman sebaya memberikan informasi berinteraksi dengan teman yang lain ... 104

3. Keakraban hubungan pertemanan dengan teman sebaya ... 105

C.Pembentukan Model Interaksi ... 107

D.Model Interaksi Sosial Teman Sebaya ... 113

1. Memberi dan Menerima (Take and give) ... 114

2. Ketergantungan ... 117


(16)

Halaman V. Simpulan dan Saran. ... 131

A.Simpulan. ... 131 B.Saran. ... 132

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 2.1Nilai-Nilai Dan Deskripsi Nilai Kepribadian ... 36 2.2Nilai-Nilai Perilaku Karakter Berdasarkan Tingkat Satuan Pendidikan .... 38 4.1Daftar Ruang SMA Negeri 10 Bandar Lampung ... 91


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 43 2.2Skema Kerangka Pikir... 77 4.1Model Interaksi Sosial Peran Teman Sebaya dalam Pembentukan

Nilai Kepribadian Siswa di Lingkungan Sekolah ... 113 4.2 Jaringan-jaringan Model Interaksi Sosial Teman Sebaya ... 120


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman wawancara ... 134

2. Hasil wawancara informan I ... 135

3. Hasil observasi informan I ... 136

4. Hasil wawancara informan II ... 137

5. Hasil observasi informan II ... 138

6. Hasil wawancara informan III... 139

7. Hasil observasi informan III ... 140

8. Hasil wawancara informan IV ... 141

9. Hasil observasi informan IV ... 142

10. Hasil wawancara informan V ... 143

11. Hasil observasi informan V... 144

12. Karakteristik Informan Penelitian. ... 145

13. Kebersamaan yang informan lakukan saat bersama teman sebaya di sekolah... 145

14. Alasan memilih teman sebaya ... 146

15. Hal yang di dapat informan dari pertemanan ... 147

17. Dukungan sosial yang di dapat dari teman sebaya ... 147

18. Pentingnya teman sebaya bagi informan ... 148

19. Mendapatkan informasi cara berinteraksi dengan teman yang lain ... 149

20. Keakraban hubungan pertemanan informan dengan teman sebaya ... 150

21. Surat izin penelitian ... 152


(20)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Manusia akan bersosialisasi dengan orang lain dengan proses interaksi sosial. Interaksi sosial yaitu hubungan antar individu dengan individu lainnya atau individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.

Persoalan-persoalan kehidupan manusia dilihat dari sisi sosial semakin hari makin banyak, dan semakin komplek. Bahkan akhir-akhir ini dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dunia, dan semakin terbatasnya sumber-sumber penghidupan manusia, membuat kehidupan manusia semakin komplek, kompetetif, dan menjadi tidak menentu (uncertainty).

Sementara itu, untuk menyiapkan generasi muda yang berkarakter dan memiliki kepekaan sosial perlu membekali pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap, serta kemampuan berfikir kritis dan kreatif dalam rangka mengambil keputusan. Di antara program pendidikan tentang masalah sosial kehidupan manusia di tingkat sekolah dilakukan melalui program pendidikan IPS (Social Studies) (Pargito, 2010: 4). Menurut Somantri, (2001: 92) pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar


(21)

2 manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan pendidikan.

Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang akan mengalami perkembangan. Pada masa ini remaja belum memiliki golongan yang jelas karena sudah tidak tergolong anak-anak tetapi juga belum termasuk kedalam golongan dewasa/tua.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Soekanto (2007: 312)

“Masa remaja dikatakan sebagai sesuatu masa yang berbahaya, karena pada periode ini seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak untuk menuju ketahap selanjutnya, yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami perkembangan”.

Menurut Ravik (2005: 60) sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, terdiri dari pendidik dan anak didik, dan tenaga kependidikan. Antara mereka telah terjadi hubungan yang berlapis-lapis, baik antara siswa dengan guru, murid dengan murid, serta murid dengan warga sekolah. Hubungan siswa dengan murid juga menunjukkan suasana yang edukatif. Sesama siswa saling berkawan, berolahraga bersama dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, saling mengajak dan diajak, saling bercerita, saling mendisiplinkan diri agar tidak menyinggung perasaan teman sepergaulannya. Sekolah merupakan miniatur masyarakat yang memiliki peran-peran yang cukup rumit dan menerapkan pola-pola peraturan yang lebih ketat. Tempat dimana proses pengajaran keterampilan dan macam-macam standar pengetahuan akan diserap dan dipahami oleh siswa untuk memainkan peran kehidupannya pada jenjang kedewasaannya.


(22)

3 Keseharian pada peserta didik SMA Negeri 10 Bandar Lampung membentuk suatu kelompok, perlu diperhatikan agar dapat terhindar dari perkelahian dapat berdampak buruknya karakter yang akan terbentuk. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan peserta didik terhadap aturan di sekolah bisa dilihat pada peserta didik terlihat datang terlambat karena bangun kesiangan, kemudian pada pelaksanaan silent reading biasanya peserta didik berusaha untuk tidak melaksanakannya dengan berbagai alasan, ada juga peserta didik merokok di kamar mandi pada saat istirahat, adanya pergeseran cinta tanah air yang belum dimiliki peserta didik secara baik ini ditandai dengan keadaan setiap hari senin banyak peserta didik tidak melaksanakan upacara bendera, mereka dengan sengaja bersembunyi di dalam kelas, belakang sekolah dan ada yang berpura-pura sakit sehingga hanya tidur di ruang UKS dan sebagian peserta melakukan upacara bendera hanya sebagai upaya untuk menggugurkan kewajiban yaitu sambil mengobrol dan lupa membawa topi.

Kebutuhan untuk diterima dalam kelompok merupakan penting dalam pergaulan remaja. Permasalahan penyesuaian sosial diantaranya problematika pergaulan teman sebaya akan dialami oleh anak yang mengalami masa peralihan dari anak-anak menuju remaja. Pengaruh interaksi sosial, lingkungan ataupun teman sebaya banyak menentukan pembentukan sikap, tingkah laku, dan perilaku sosial remaja. Jika lingkungan sosial memberikan dampak positif, maka remaja akan berkembang secara matang begitupun sebaliknya jika lingkungan sosial memberikan dampak negatif, maka remaja akan terhambat perkembangannya.


(23)

4 Pengaruh lingkungan diawali dengan pergaulan dengan teman. Pada usia 9-15 tahun hubungan perkawanan merupakan hubungan yang akrab yang diikat oleh minat yang sama, kepentingan bersama, dan saling membagi perasaan, saling tolong menolong untuk memecahkan masalah bersama.. Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja menjadi sangat menonjol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam persahabatan serta keikut sertaan dalam kelompok. Kelompok teman sebaya juga menjadi suatu komunitas belajar di mana terjadi pembentukan peran dan standar sosial yang berhubungan dengan pekerjaan dan prestasi (Santrock, 2004: 257).

Pengaruh sekolah itu tentunya diharapkan positif terhadap perkembangan jiwa remaja, karena sekolah adalah lembaga pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 34 menyatakan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab.

Kepribadian seseorang diperoleh karena adanya proses interaksi sosial ketika individu belajar dari lingkungan sosial sedikit demi sedikit. Setiap individu dalam


(24)

5 masyarakat adalah pribadi yang unik, tetapi karena mereka memperoleh tipe-tipe sosialisasi yang sangat mirip, baik yang berasal dari rumah maupun sekolah, akan banyak ciri kepribadian yang hampir serupa.

Kepribadian merupakan gabungan utuh dari sikap, sifat, emosi, dan nilai yang mempengaruhi seseorang agar berbuat sesuai dengan tata cara yang diharapkan. Di samping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian” (http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian).

Pembelajaran IPS mengikuti lima tradisi social studies, interaksi sosial peran teman sebaya dalam pembentukan nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah mengacu pada tradisi yang kelima yaitu IPS sebagai pengembangan pribadi individu (social studies as personal development of the individual). Melalui pendidikan IPS diharapkan dapat membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan sosial, memiliki kepekaan dan kesadaran sosial di lingkungannya, serta memiliki keterampilan dalam mengkaji dan memecahkan masalah sosial dalam kehidupannya, sehingga akhirnya diharapkan dapat menjadi warga negara yang baik dan bertanggungjawab. Pembelajaran di sekolah tidak hanya menekankan pada perolehan nilai hasil ujian, tetapi seiring dengan perkembangan zaman pembelajaran juga harus berbasis karakter, sebab ini sangat penting untuk pembentukan karakter peserta didik. Menurut Muchlas dan Harianto (2012: 41) karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan perilaku yang khas tiap individu


(25)

6 untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang membentuk nilai kepribadian, bagaimakah model interaksi sosial peran teman sebaya dalam pembentukan nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah. Untuk itu penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Model Interaksi Sosial peran Teman Sebaya dalam Pembentukan Nilai Kepribadian Siswa di Lingkungan Sekolah”.

B.Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian kualitatif bersifat penting yang berisi tentang pokok masalah. Hal ini untuk membatasi situasi sosial pada bidang penelitian. Tanpa ada fokus penelitian, maka peneliti akan terjebak oleh banyaknya data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu fokus penelitian memiliki peran yang sangat penting untuk memandu dan mengarahkan jalannya penelitian. Penelitian ini akan difokuskan melakukan pengamatan bagaimana model interaksi sosial peran teman sebaya dalam pembentukaan nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah model interaksi sosial peran teman sebaya dalam pembentukan nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah?


(26)

7 D.Tujuan Penelitian

Mengacu pada fokus penelitian dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan model interaksi sosial peran teman sebaya dalam pembentukan nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah.

E.Kegunaan Penelitian

Ada beberapa kegunaan yang diharapkan dengan penelitian ini. Adapun kegunaan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Bagi guru, dapat dijadikan referensi bagi para guru pentingnya peran teman sebaya dalam pembentukan nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah. 2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan siswa mampu membina hubungan

interaksi sosial peran teman sebaya dalam pembentukan nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah.

3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis sendiri untuk dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan dapat pula menjadi bahan masukan dalam mengadakan penelitian lain yang berkaitan dengan peran teman sebaya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian untuk memudahkan dalam melaksanakan penelitian serta untuk menghindari kesalah pahaman dari para pembaca, maka ruang lingkup dari tesis ini adalah sebagai berikut:


(27)

8 1. Ruang lingkup subjek penelitian adalah siswa/siswi kelas XI IPS 5 di SMA

Negeri 10 Bandar Lampung.

2. Ruang lingkup objek penelitian adalah model interaksi sosial peran teman sebaya dalam pembentuk nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah.

3. Ruang lingkup waktu penelitian adalah semester genap tahun ajaran 2013/2014.

4. Ruang lingkup keilmuan adalah pendidikan IPS sebagai bentuk program pendidikan ilmu-ilmu sosial untuk tingkat sekolah bahannya bersumber dari disiplin ilmu-ilmu sosial baik berupa fakta, konsep, ataupun generalisasi dan teori. Menurut Sapriya (2009: 13) semula ada tiga tradisi Social Studies, yakni: a. IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (Social Studies as citizenship

transmission);

b. IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (Social Studies as social sciences); c. IPS sebagai penelitian mendalam (Social Studies as reflective inquiry); namun kini telah berkembang menjadi lima yakni:

a. IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (Social Studies as citizenship transmission);

b. IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (Social Studies as social sciences); c. IPS sebagai penelitian mendalam (Social Studies as reflective inquiry); d. IPS sebagai kritik kehidupan sosial (Social studies as social criticism); e. IPS sebagai pengembangan pribadi individu (Social studies as personal

development of the individual).

Mengacu dari lima tradisi IPS di atas bisa dikembangkan menjadi sepuluh tema dan menurut NCSS (1984) dapat dikemukakan sebagai berikut.


(28)

9 1. Budaya(culture);

2. Waktu, kontiunitas, dan perubahan(time, continuity, and change); 3. Orang, tempat, dan lingkungan(people, places and environment); 4. Individu, pengembangan, dan identitas (individual, development, and

identity);

5. Individu, kelompok, dan lembaga(individual, groups, and institution); 6. Kekuasaan, wewenang, dan pemerintahan (power, outhority and

governance);

7. Produksi, distribusi, dan konsumsi (production, distribution and consumtion);

8. Sain, teknologi, dan masyarakat(science, technology and society); 9. Koneksi global(global connections); dan

10.Cita-cita dan praktek warga negara(civic ideals andpractices).

Merujuk pada kesepuluh tema di atas, maka posisi Sosiologi dalam pendidikan IPS masuk pada poin ke lima yaitu individu, kelompok, dan lembaga (individual, groups, and institution). Hal ini didukung oleh Sapriya (2009: 31) yang menyatakan bahwa ahli sosiologi mempelajari perilaku manusia dalam kelompok-kelompok. Perhatian utamanya adalah dalam hubungan sosial manusia, perilaku manusia seperti diwujudkan sendiri dalam perkembangan dan fungsi dari kelompok dan institusi. Kelompok-kelompok dapat mencakup kelompok yang terjadi secara alamiah seperti keluarga, para pekerja dalam organisasi, gerakan kerusuhan atau kelompok-kelompok yang dibentuk untuk tujuan mengadakan penelitian ilmiah “di dalam laboratorium” (seperti kelompok pengambilan keputusan atau pemecahan masalah). Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dalam mata pelajaran sosiologi dipelajari tentang individu, kelompok, dan lembaga dimana ketiganya saling bersinergi satu sama lainnya.


(29)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Interaksi Sosial

1. Interaksi Sosial

Menurut Soekanto, (2007: 37) interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku,interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai–nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing-masing,maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam kehidupan sehari-hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya,ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran. Menurut Soekanto di dalam pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interaksi


(30)

11 sosial, maka kegiatan-kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi.

Menurut Ritzer (2009: 59) teori interaksionisme simbolik yaitu manusia mempunyai kemampuan untuk menanggapi diri sendiri secara sadar, dan kemampuan tersebut memerlukan daya pikir tertentu, khususnya daya pikir reflektif. Namun, ada kalanya terjadi tindakan manusia dalam interaksi sosial munculnya reaksi secara spontan dan seolah-olah tidak melalui pemikiran dan hal ini biasa terjadi pada binatang. Bahasa atau komunikasi melalui simbol-simbol adalah merupakan isyarat yang mempunyai arti khusus yang muncul terhadap individu lain yang memiliki ide yang sama dengan isyarat-isyarat dan simbol-simbol akan terjadi pemikiran.

Teori interaksionalisme simbolik, memiliki dasar bahwa manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang diberikan oleh berbagai hal itu kepada mereka, yang artinya bahwa orang tidak bertindak terhadap berbagai hal ini, tetapi terhadap makna yang dikandungnya. Selain itu juga bahwa makna dari berbagai hal itu muncul interaksi sosial seseorang dengan orang lain. Dalam teori ini, individu-individu akan memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri, atau pemecahan masalah sehingga karakeristik pribadi anggota lainnya dengan akurat. Dalam interaksi, bahasa sangatlah penting, karena digunakan sebagai komunikasi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lain. Bahasa dalam kehidupan manusia memiliki beberapa fungsi, antara lain untuk menamai maupun menjuluki orang, objek dan pariwisata.


(31)

12 Menurut Tasrif (2008: 60) manusia juga disebut sebagai makhluk yang “mobilitif” yaitu suatu entitas yang mendeskripsikan bahwa manusia adalah lokomotif terjadinya interaksi sosial. dengan kata lain, dalam pentas budaya, sosial dan politik manusia adalah pemain utama dalam perubahan dan gerakan sosial tersebut. Sedangkan makhluk lainnya hanya sebagai komponen pelengkap terjadinya gerakan sosial (social mobility). Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial. interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Wujud dari interaksi sosial misalnya apabila dua orang atau lebih bertemu dalam suatu kepentingan maka secara langsung mereka sudah melakukan suatu interaksi, berjabat tangan, saling menegur, saling berbicara, berkelahi dan pertentangan dan lainnya merupakan bentuk interaksi sosial. Setiap individu dalam suatu masyarakat menginginkan adanya suatu interaksi sebab interaksi akan menciptakan suatu kondisi dinamis dalam masyarakat. Individu dalam masyarakat akan mengalami suatu perubahan dengan adanya interaksi. Interaksi juga akan menyusun kerangka sistem kehidupan individu maupun kelompok dan dari interaksi itu pulalah individu maupun masyarakat mendapatkan ruang publik (public spase) dan kesempatan untuk mendapatkan atau meraih impiannya dalam masyarakat.

Menurut Abdulsyani (2007: 45) proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana di dalamnya terdapat suatu proses hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya. Proses hubungan tersebut berupa antar aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Antar aksi (interaksi) sosial, dimaksudkan sebagai pengaruh timbale balik antar dua belah pihak, yaitu antar individu satu dengan individu, atau kelompok lainnya


(32)

13 dalam rangka mencapai atau tujuan tertentu. Proses sosial pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat. Proses hubungan tersebut berupa antar aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Antar aksi (interaksi sosial), dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, yaitu antara individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan. Terjadinya interaksi sosial sebagaimana dimaksud, karena adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial.

Menurut Elly (2011: 61) tindakan manusia tidak berdiri sendiri, melainkan terpola dalam bentuk tindakan atau aksi yang tidak berdiri sendiri. Atau dua hal yang berkaitan dengan tindakan manusia di dalam realitas sosial, di antaranya:

1. Tindakan tersebut merupakan respons atas tindakan manusia lain. 2. Tindakan manusia yang menimbulkan respons dari pihak lain.

Jika dirumuskan proses sosial dapat digambarkan dalam pola berikut ini:

Interaksi sosial merupakan hubungan antar manusia yang sifat dari hubungan tersebut adalah dinamis artinya hubungan itu tidak statis, selalu mengalami dinamika. Kegiatan manusia di mana salah satu pihak memberikan aksinya dan pihak lain meresponsnya atau memberikan reaksi, maka kegiatan itu disebut interaksi. Interaksi sendiri sebenarnya berasal dari kata “antar” dan “aksi” yaitu aksi dan reaksi. Dengan demikian, bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interaksi sosial


(33)

14 merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak cukup hanya dijelaskan sebagai hubungan timbal balik antar manusia berdasarkan pola-pola tertentu, sebab interaksi sosial tetap didasarkan pada ciri-ciri atau karakter tertentu. Agar dapat dikatagorikan sebagai bentuk interaksi, maka hubungan timbal balik antar manusia tersebut harus memiliki kriteria tertentu, yaitu:

a. Harus ada pelaku yang jumlahnya lebih dari satu. Kriteria ini merupakan prasyarat mutlak sebab tidak akan mungkin terjadi aksi dan reaksi dari tindakan manusia jika tidak ada teman atau lawan yang terlibat dalam proses tersebut. Seseorang yang sedang melamun sendiri di suatu tempat dalam keadaan berdiam diri, atau seorang petani sedang mencangkul di sawah tidak termasuk interaksi sosial sebab tidak ada respons dari pihak lain terhadap aktivitas yang dilakukannya.

b. Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol-simbol. Yang dimaksud dengan simbol-simbol dalam hal ini adalah benda, bunyi, gerak, atau tulisan yang memiliki arti. Seseorang sedang lewat kemudian orang lain mencium bau parfum atau keringat orang yang lewat tersebut, maka orang yang mencium bau tersebut berkesan tentang orang yang lewat terutama bau parfum atau keringatnya, maka dalam gejala tersebut sudah terjadi aksi dan reaksi.

c. Ada dimensi waktu (yaitu lampau, kini, dan mendatang) yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung. Interaksi sosial akan senantiasa terjadi dalam ruang dan waktu, artinya kapan dan dimana.


(34)

15 d. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan pengamat. Interaksisosial dilihat dari bentuknya terdapat du abentuk yang pokok, yaitu integrasi dan konflik. Jika interaksi sosial tersebut berbentuk integrasi (penyatuan), maka masing-masing pihak memiliki tujuan yang sama yang ingin dicapai. Akan tetapi jika interaksi sosial berbentuk konflik (perpecahan), maka bisa saja tujuan yang hendak dicapai oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam konflik tersebut adalah memenangkan pertikaian, menyingkirkan lawan dan sebagainya.

2. Syarat interaksi sosial

Menurut Soeroso (2009: 53) interaksi sosial tidak didominasi oleh kontak fisik, melainkan oleh komunikasi sosial. Syarat bagi terjadinya interaksi sosial antara lain sebagai berikut.

a) adanya dua orang atau lebih

Interaksi sosial sebagai pusat kajian sosiologi mengisyaratkan bahwa setidaknya ada dua orang atau lebih yang melakukan interaksi. Jika hanya seorang saja, biasanya menjadi objek kajian psikologi. Interaksi antara dua orang atau lebih memungkinkan terjadinya kontak sosial dan komunikasi. Dari interaksi yang ada, akan menimbulkan berbagai akibat dari interaksi tersebut.

Syarat mereka yang berinteraksi harus dilakukan dua orang minimal memberitahukan kepada kita bahwa memahami apa yang mereka lakukan melalui interaksi dan bukan introspeksi atau mawas diri. Oleh karena itu, bahasa menjadi sarana yang sangat penting dalam melakukan interaksi. Dari


(35)

16 interaksi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, kita dapat memahami pribadi mereka satu dengan yang lain dan keinginan apa yang terdapat dalam pembicaraan tersebut.

Orang yang sedang mengigau atau bicara sendiri karena mabuk, mereka tidak melakukan interaksi dengan orang lain atau orang gila yang bicara sendiri juga tidak melakukan interaksi dengan orang lain.

b) adanya tujuan bersama

Seseorang melakukan interaksi pasti ada tujuan bersama dari mereka yang melakukan interaksi tersebut. Tujuan bersama ini penting karena akan mengeratkan dan menyemangati interaksi yang ada. Jika tujuan bersama ini tidak ada, maka interaksi yang terjadi tidak akan efektif.

Misalnya, seorang siswi melakukan curhat (curahan hati) kepada teman yang lain, siswi tersebut sangat serius dan sering diselingi dengan isak tangis. Jika teman siswi tadi menanggapi serius berkeinginan untuk membatu siswi yang curhat, maka tujuan bersamatadi aka tercapai. Sebaliknya jika teman yang menjadi tumpuan curhat tadi tidak serius, pastilah siswi tersebut akan merasa kecewa sehingga curhat tidak terjadi secara baik.

c) adanya kesamaan konsep

Pada hakikatnya, interaksi sosial merupakan hubungan dan pengaruh timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok individu, dan hubungan antara kelompok individu dengan kelompok individu. Interaksi sosial merupakan salah satu sarana yang sangat penting yang akan mewarnai


(36)

17 seluruh hubungan sosial dan kehidupan bersama dalam masyarakat dan kehidupan sosial lainnya.

Syarat tersebut di atas adalah syarat minimal bagi terjadinya interaksi sosial. Dalam rangka meningkatkan efektivitas interaksi sosial, terdapat persyaratan yang lain seperti suasana interaksi, media yang digunakan, dan juga kondisi kedua orang tersebut.

Menurut Tasrif (2008: 60) untuk menciptakan suatu sistem yang dinamis dan harmonis, maka dalam suatu interaksi di perlukan adanya-syarat, yaitu:

a) Adanya kontak sosial (social contact)

Kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh, jadi artinya secara harfiah adalah bersama-sama. Secara fisik kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, tetapi sebagai gejala sosial kontak tidak perlu terjadi dengan saling menyentuh. Oleh karena itu, orang bisa saja mengadakan kontak dengan orang lain tanpa harus terjadi kontak fisik. Misalnya orang berbicara melalui telepon, berkirim kabar melalui suran dan sebagainya. Di alam yang modern ini bahkan hubungan badaniah tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Kontak sosial yang bersifat positif dapat mengarahkan orang pada suatu kerja sama dan partisipasi yang baik, namun partisipasi yang negatif dapat mengarahkan orang pada suatu kondisi pertentangan dan konflik dan dapat menyebabkan terhambatnya laju interaksi sosial.


(37)

18 b) Adanya komunikasi

Seorang yang memberikan tafsiran pada tingkah laku atau perasaan-perasaan orang lain dalam bentuk pembicaraan, gerak-gerik dan sikap tertentu. Komunikasi merupakan kerja verbalitas seseorang untuk menyampaikan ide dan aspirasinya pada pihak lain. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak lain atas tujuan-tujuan tertentu. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap dan perasaan satu kelompok masyarakat atau perorangan dapat diketahui oleh orang atau kelompok lain. Hal tersebut merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang hendak dilakukannya. Komunikasi dan kontak sosial merupakan dua hal yang penting dalam kehidupan masyarakat. Suatu kontak dapat terjadi tanpa komunikasi, misalnya orang Indonesia bertemu dan berjabat tangan dengan orang Jerman, lalu ia bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia pada halo rang Jerman tersebut tidak mengerti sama sekali. Dalam peristiwa tersebut keduanya telah melakukan “kontak” tetapi tidak terjadi proses “komunikasi”.

Suatu kontak dapat bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan langsung dengan obyeknya, misalnya berjabat tangan langsung, saling senyum dan seterusnya. Sebaliknya, kontak yang sekunder adalah kontak yang memerlukan perantara untuk mewujudkan unsur kontak.


(38)

19 Adapun pernyataan lain diperkuat oleh Soekanto (2007: 38) interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.

a) Kontak Sosial

Kata “kontak” berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.

1. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.

2. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan


(39)

20 kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung.

b) Komunikasi

Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai berikut.

1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.

2. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.

3. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi, dan perasaan.

4. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.

5. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator.

3. Bentuk Interaksi Sosial

Menurut George Simmel dalam Siahaan (2002:159) masyarakat adalah suatu bentuk interaksi sosial yang terpola seperti halnya jaringan laba-laba. Masyarakat terdiri dari jaringan yang banyak liku-likunya dari suatu hubungan yang bersifat ganda diantara individu di dalam suatu interaksi yang konstan. Masyarakat hanyalah sebuah nama untuk sejumlah individu-individu yang dihubungkan oleh


(40)

21 interaksi. Terutama dia dibatasi perhatian utamanya pada pola-pola dasar dari interaksi antara individu-individu yang berada di bawah kelompok sosial yang lebih luas (apa yang sekarang dikenal dengan micro sociology). Adapun bentuk-bentuk dari hubungan sosial menurut Simmel antara lain: dominasi (penguasaan), subordinasi (penundukan), kompetisi, imitasi, pembagian pekerjaan, pembentukan kelompok atau partai-partai dan banyak lagi bentuk perhubungan sosial yang lain kesemuanya selalu terdapat di dalam kesatuan-kesatuan sosial seperti kesatuan agama, kesatuan keluarga, kesatuan organisasi dagang, dan sekolah. Bagi Simmel, bentuk-bentuk yang ditemukan di dalam kenyataan sosial tidak pernah bersifat murni. Setiap fenomena sosial merupakan elemen formal yang bersifat ganda, antara kerjasama dan konflik, antara superordinasi dan subordinasi, antara keakraban dan jarak sosial, yang kesemuanya dijalankan di dalam hubungan yang teratur di dalam struktur yang kurang lebih bersifat birokratis.

4. Proses Interaksi Sosial

Menurut Soeroso (2009: 59) proses interaksi sosial adalah runtutan kejadian atau peristiwa yang ditimbulkan oleh adanya interaksi sosial. Hasil interaksi sosial ini akan menimbulkan berbagai macam keadaan. Penjelasan berikut untuk memahami berbagai macam proses interaksi sosial yang ada.

a. Proses yang Asosiatif

Proses asosiatif merupakan suatu proses interaksi sosial yang menghasilkan bentuk kerja sama dari berbagai orang atau kelompok. Mereka bergabung dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama. Asosiatif ini merupakan proses interaksi yang akan mendasari terbentuknya lembaga-lembaga sosial. Berbagai asosiasi


(41)

22 dapat diketemukan dalam masyarakat, contohnya asosiasi pengusaha muda Ikatan Dokter Indonesia. Sifat asosiasi ini adalah formal, memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta berjalan seperti halnya organisasi formal. Asosiasi adalah pelaksana dari lembaga sosial atau sebagai pendukung dari keberadaan organisasi dalam masyarakat. Proses asosiatif terbagi ke dalam bentuk-bentuk khusus, yaitu sebagai berikut.

1) Akomodasi (Accomodation)

Akomodasi adalah suatu proses kearah tercapainya kesepakatan kedua belah pihak yang tengah bersengketa. Kesepakatan ini bias bersifat darurat yang gunanya untuk mengurangi ketegangan kedua belah pihak.

Ada beberapa bentuk akomodasi, di antaranya adalah sebagai berikut. a. Koersi (Coercion)

Koersi adalah bentuk akomodasi yang prosesnya melalui paksaan secara fisik maupun psikologis. Pemaksaan tersebut bias dilakukan oleh aparat yang berwajib, misalnya polisi atau kepala pemerintahan, kepala adat, atau tokoh masyarakat lainnya. Pemaksaan ini biasanya dilakukan kalau mereka masing-masing tetap pada pendirian mereka dan tidak dapat diselesaikan dengan cara damai.

b. Kompromi (Compromise)

Kompromi adalah bentuk akomodasi dalam upaya untuk memperoleh kesepakatan di antara kedua belah pihak yang berselisih. Jika masing-masing tetap pada pendiriannya, maka upaya kesepakatan dalam menyelesaikan masalah atau membuat kesepakatan baru adalah dengan cara kompromi.


(42)

23 c. Arbitrasi (Arbitration)

Arbitrasi adalah bentuk akomodasi dengan menggunakan jasa penengah dalam upaya memperoleh kesepakatan antara dua orang yang berinteraksi, tetapi menemui jalan buntu. Agar kebekuan tersebut bias mencair, dibutuhkan jasa perantara yang mencoba mengadakan negosiasi (tawar-menawar) antara kepentingan kedua orang yang berinteraksi tersebut dan menemukan jalan keluarnya sehingga kesepakatan antara keduanya bias tercapai karena jasa-jasa penengah tersebut.

d. Mediasi (Mediation)

Mediasi adalah upaya menjembatani antara dua orang atau dua pihak yang melakukan interaksi, tetapi tidak tercapai suatu kesepakatan. Interaksi antarkeduanya mengalami kebekuan dan bahkan antara keduanya enggan untuk bertemu atau berbicara. Agar kesepakatan baru dapat terjadi, maka membutuhkan seorang mediator yang berupa untuk menjebatani kedua orang tersebut agar mau bertemu kembali dan membicarakan persoalan yang mereka hadapi bersama. Mediator akan berusaha berdiri netral, tidak berpihak dan menyampaikan persoalan satu kepada yang lain secara diplomatif agar kebekuan yang ada dapat dicairkan, dan mereka mau mengadakan pertemuan untuk mencari penyelesaian dari masalah yang mereka hadapi.

e. Konsiliasi (Conciliation)

Konsiliasi adalah akomodasi yang berupaya untuk mengadakan kesepakatan baru atau rujuk kembali daripermusuhan yang selama ini terjadi. Rujuk


(43)

24 kembali tersebut merupakan hasil akhir dari proses konsiliasi yang dilakukan. Kedua belah pihak yang bermusuhan tersebut kembali berdamai.

f. Toleransi (Tolerance)

Toleransi timbul secara ilmiah dari aksi individu untuk menghargai orang lain dengan mengorbankan sedikit kepentingan sendiri agar tidak terjadi tanpa persetujuan yang sifatnya formal.

g. Ajudikasi (Adjudication)

Ajudikasi adalah upaya mencapai kesepakatan melalui peradilan. Hal itu terjadi manakala kedua belah pihak yang mengadakan interaksi silang pendapat dan masing-masing tetap pada pendiriannya sebagai pihak yang benar. Kesepakatan dapat terjadi melalui lembaga peradilan, diputuskan dengan bukti tertentu, dan alas an tertentu sesuai peraturan yang berlaku.

2) Asimilasi (Assimilation)

Asimilasi terjadi karena perpaduan antara dua kebudayaan atau lebih dan masing-masing unsur kebudayaan masih tampak dalam perpaduan tersebut. Asimilasi adalah suatu proses interaksi atau kesepakatan yang berkaitan dengan masalah kebudayaan.

Terdapat dua macam asimilasi dalam kebudayaan masyarakat, yaitu subculture dan amalgamasi.

a. Subculture

Subculture adalah bagian dari kebudayaan secara umum yang tidak bertentangan dengan kebudayaan induknya. Subculture ini dapat dibedakan dengan jelas dari kebudayaan induknya dan biasanya didukung oleh suatu


(44)

25 kelompok tertentu yang memiliki berbagai kesamaan perilaku. Dalam masyarakat kita, subculture meliputi jenis kelamin, pekerjaan, agama, dan usia.

b. Amalgamasi

Amalgamasi adalah perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang berbeda suku bangsa. Dari perkawinan tersebut akan terjadi percampuran kebudayaan dari masing-masing kebudayaan dari sukunya. Perbedaan kebudayaan di antara keduanya pada awal perkawinan sering menjadi kendala, tapi dalam perjalanan selanjutnya saling mengisi dan saling melengkapi.

3) Akulturasi (Aculturation)

Akulturasi diberikan pengertian sebagai perpaduan antara dua kebudayaan atau lebih dan telah menyatu sehingga unsur-unsur kebudayaan pembentuknya sudah tidak dapat dilihat lagi. Akulturasi akan mencakup berbagai aspek kehidupan termasuk di dalamnya adalah bahasa, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kesenian.

b. Proses yang Disosiatif

Proses yang disosiatif dimengerti sebagai hasil interaksi sosial yang lebih banyak menunjukkan persaingan hasil yang dicapai dari interaksi tersebut. Pertentangan bisa terjadi antarindividu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, antarsuku bangsa, dan juga dapat terjadi antar negara. Menurut Gilin dalam Tasrif (2008: 63) bentuk interaksi disosiatif yaitu:

1) Persaingan (Competion)

Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan dirinya dengan


(45)

26 cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekerasan.

2) Kontravensi (Contravention)

Kontravensi adalah bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai dengan adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menimbulkan pertentangan dan atau konflik.

3) Pertentangan (Conflict)

Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang berusaha mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai dengan ancaman dan kekerasan.

5. Faktor dasar terbentuknya interaksi sosial

Menurut Soeroso (2009: 65) proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber dari faktor imitasi, sugesti, simpati, motivasi, identifikasi dan empati.

a) Imitasi atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan alat indera sebagai penerima rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsang dengan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik. Proses ini melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga pemahaman terhadap pemikiran orang lain. Imitasi saat ini dipelajari dari berbagai sudut


(46)

27 pandang ilmu seperti psikologi, neurologi, kognitif, kecerdasan buatan, studi hewan (animal study), antropologi, ekonomi, sosiologi dan filsafat. Hal ini berkaitan dengan fungsi imitasi pada pembelajaran terutama pada anak, maupun kemampuan manusia untuk berinteraksi secara sosial sampai dengan penurunan budaya pada generasi selanjutnya.

b) Identifikasi adalah pemberian tanda-tanda pada golongan barang-barang atau sesuatu. Hal ini perlu, oleh karena tugas identifikasi ialah membedakan komponen-komponen yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan. Dengan identifikasi dapatlah suatu komponen itu dikenal dan diketahui masuk dalam golongan mana. Cara pemberian tanda pengenal pada komponen, barang atau bahan bermacam-macam antara lain dengan menggantungkan kartu pengenal, seperti halnya orang yang akan naik kapal terbang, tasnya akan diberi tanpa pengenal pemilik agar supaya nanti mengenalinya mudah.

c) Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional.

d) Motivasi yaitu rangsangan pengaruh, stimulus yang diberikan antar masyarakat, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti tau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab . Motivasi biasanya diberikan oleh orang yang memiliki status yang lebih tinggi dan berwibawa, misalnya dari seorang ayah kepada anak, seorang guru kepada siswa.


(47)

28 e) Simpati adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain hingga mampu merasakan perasaan orang lain tersebut. Contoh: membantu orang lain yang terkena musibah hingga memunculkan emosional yang mampu merasakan orang yang terkena musibah tersebut.

f) Empati yaitu mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat intens/dalam.

Hubungan antara suatu individu masyarakat dengan relasi-relasi sosial lainnya,menentukan struktur dari masyarakatnya yang dimana hubungan antar manusia dengan relasi tersebut berdasarkan atas suatu komunikasi yang dapat terjadi di antara keduanya. Hubungan antar manusia atau relasi–relasi sosial,suatu individu dengan sekumpulan kelompok masyrakat,baik dalam bentuk individu atau perorangan maupun dengan kelompok–kelompok dan antar kelompok masyarakat itu sendiri,menciptakan segi dinamika dari sisi perubahan dan perkembangan masyarakat. Sebelum terbentuk sebagai suatu bentuk konkrit,komunikasi atau hubungan yang sesuai dengan nilai–nilai sosial di dalam suatu masyarakat,telah mengalami suatu proses terlebih dahulu yang dimana proses–proses ini merupakan suatu bentuk dari proses sosial itu sendiri.

Gillin & Gillin dalam Soekanto (2007: 77) mengatakan bahwa proses-proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah


(48)

29 ada. Berdasarkan sudut inilah komunikasi dapat dipandang sebagai suatu sistem di dalam kelompok masyarakat maupun sebagai sebuh proses sosial. Adanya hubungan timbal balik dalam memperngaruhi tiap individu pada saat terjadinya komunikasi dapat membentuk suatu pengetahuan maupun pengalaman baru yang dirasakan oleh masing–masing individu. Hal ini membuat kegiatan komunikasi menjadi suatu dasar yang kuat dalam kehidupan maupun proses sosial seseorang. Adanya tingkat kesadaran di dalam berkomunikasi di antara warga–warga dalam kehidupan bermasyarakat dapat membuat masyarakat dipertahankan sebagai suatu kesatuan dan menciptakan apa yang dinamakan sebagai suatu sistem komunikasi. Sistem komunikasi ini mempunyai lambang–lambang yang diberi arti dan menghasilkan persepsi khusus dalam memahami lamabang–lambang tersebut oleh masyarakat.Karena kelangsungan kesatuannya dengan jalan komunikasi itu, setiap masyarakat dapat membentuk kebudayaan berdasarkan sistem komunikasinya masing-masing.

6. Unsur-unsur dalam interaksi sosial

Menurut Elly (2011: 66) unsur-unsur dalam interaksi sosial yaitu meliputi sebagai berikut:

a.) Tindakan sosial

Tindakan manusia sebenarnya tidak jauh dari aktivitas yang saling memberikan aksi dan interaksi. Manusia mampu melakukan berbagai tindakan seperti membaca, menulis, berkomunikasi, merespons pendapat orang lain dalam hubungan di dalam kehidupan masyarakat dan sebagainya. Dari konsep tersebut dapat dikaji lebih lanjut mengapa


(49)

30 manusia melakukan tindakan dari mana sumber tindakan tersebut, apa yang melatarbelakangi munculnya tindakan tersebut. Tindakan manusia dibedakan dalam dua macam, yaitu:

1. Tindakan yang terorganisasi, artinya tindakan yang dilatarbelakangi oleh seperangkat kesadaran sehingga apa yang dilakukannya tersebut didorong oleh tingkat kesadaran yang berasal dari dalam dirinya.

2. Tindakan yang dilakukan tanpa kesadaran, yaitu tindak reflex yang tidak dikategorikan sebagai tindakan sosial, sebab tindakan itu tidak terorganisasi melalui kesadaran diri. Seseorang ketika merasa sakit mendadak mengatakan aduh, latah, maka tindakan itu dikelompokkan sebagai tindakan tidak terorganisasi.

Tindakan terorganisasi tidak sepenuhnya muncul begitu saja di dalam setiap individu manusia, sebab tidak ada satu pun manusia yang melakukan tindakan terorganisasi tanpa melalui proses latian atau proses belajar. Tindakan terorgaanisasi merupakan tindakan yang terkoordinasi oleh kesadaran (pusat saraf otak), sehingga memunculkan aktivitas organ tubuh.

b.) Kelompok-kelompok sosial (Social Group)

Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, akan tetapi ia adalah makhlukyang mempunyai naluri untuk hidup dengan manusia lain. Naluri ini disebut gregoriusness. Naluri inilah yang mendorong untuk senantiasa hidup dalam kelompok dalam rangka memenuhi kebutuhan sosialnya. Ada


(50)

31 beberapa persyaratan berhimpunnya manusia di suatu tempat untuk dianggap sebagai kelompok sosial. beberapa persyaratan ini, antara lain: 1. Ada kesadaran bagi setiap anggota kelompok tersebut bahwa ia adalah

bagian dari kelompok yang bersangkutan.

2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dan anggota lainnya.

3. Terdapat faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat.

4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.

Adapun faktor yang membentuk kelompok sosial dapat dilihat dari pengaruh-pengaruh.

1. Hubungan kedekatan

Hubungan kedekatan akan terkait dengan faktor geografis. Di dalam suatu tempat tertentu anggota-anggota kelompok menjalin interaksi yang frekuensinya (tingkat keseringannya) lebih banyak disbanding dengan interaksi antar kelompok di luar daerahnya. Hal inilah yang memunculkan adanya kelompok orang dalam (in group) dan kelompok orang luar (out group). Ikatan kelompok orang dalam tercermin dari perasaan-perasaan tertentu seperti ikatan solidaritas, kebersamaan, kesamaan identitas dan karakter. Dalam kelompok ini tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang semakin mungkin mereka memiliki tingkat keseringan berinteraksi seperti saling melihat, berbicara, dan berasosiasi. Faktor geografis lebih menekankan pada hubungan kedekatan fisik, sehingga meningkatkan peluang interaksi


(51)

32 dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial.

2. Adanya kesamaan. Selain hubungan kedekatan secara fisik, terdapat faktor kesamaan antar mereka yang menyebabkan timbulnya rasa keanggotaan. Ada kecenderungan manusia untuk memilih hubungan dengan orang yang memiliki kesamaan, seperti kesamaan minat, agama/kepercayaan, nilai, usia, tingkat pendidikan dan karakter personal lainnya.

c.) Kelas sosial (Social Class)

Kelas sosial adalah penggolongan manusia dalam bentuk

penggolongannya yang tidak sederajat dengan kelompok sosial. jika kelompok sosial lebih menekankan pada pengelompokan manusia atas dasar perbedaan yang bersifat horizontal, tetapi dalam kelas sosial, manusia dikelompokkan berdasarkan perbedaan berdasarkan perbedaan kualtatif kolektif secara vertical. Pengkualifikasian sosial, selain didasarkan pada faktor internal individu, seperti kecerdasan, status atau kedudukan sosial, pesona individu seperti cantik atau tampan, juga didasarkan atas faktor-faktor internal seperti kepemilikan benda-benda berharga (harta benda). Dasar pengkualifikasian sosial secara vertical ini, manusia dikelompokkan menurut kelas masing-masing seperti kelas atas (upper class), kelas menengah (middle clas), dan kelas bawah (lower class). Penggolongan ini juga berlaku pada tingkat kedudukan atau jabatan, status kebangsawanan, dan kasta. Setelah menempati kelas-kelas sosial tertentu, maka ia akan, menempati posisi-posisi tertentu dalam


(52)

33 kelompok yang posisi itu disebut posisi sosial atau kedudukan sosial (status sosial). kedudukan sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam kelompok sosial atau masyarakat secara umum sehubungan dengan keberadaan orang lain di kelompok ini atau tempat suatu kelompok sehubungan kelompok-kelompok lain yang lebih besar lagi.

d.) Peranan sosial

Peranan sosial muncul akibat dari proses interaksi sosial itu sendiri, sebab tanpa interaksi sosial, maka tidak aka nada peranan sosial. karena proses interaksi sosial maka seseorang memiliki hak dan kewajiban sehubungan adanya orang lain di sekitarnya. Misalnya proses interaksi sosial anatara pedagang dan pembeli, maka di dalam proses sosial tersebut terdapat pihak yang berperan sebagai pedagang dan perperan sebagai pembeli dengan hak dan kewajiban yang berbeda.

Kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, akibat hubungan saling ketergantungan satu dengan yang lain. Artinya tak ada peranan tanpa kedudukan dan tak ada kedudukan tanpa peranan.

e.) Organisasi sosial (Social Organization)

Organisasi sosial merupakan salah satu dari ciri/karakter masyarakat modern. Dalam masyarakat modern tersebut aka nada berbagai macam/bentuk organisasi sosial baik yang bersifat formal maupun yang bersifat informal. Organisasi sosial merupakan berhimpunnya orang-orang dalam kelompok tertentu yang di dalam perhimpunan tersebut terdapat perencanaan dalam rangka mencapai tujuan melalui kerja sama antar


(53)

34 anggotanya. Di dalam organisasi sosial terdapat pembagian kerja yang jelas dalam bentuk tugas yang dijalankan oleh anggota-anggotanya yang dianggap kompeten di bidangnya. Terdapat pula di dalamnya struktur personalia organisasi, perencanaan, pembagian kerja atau tugas, pelaksanaan kerja atau tugas, pencapaian dan evaluasi dari hasil yang hendak dicapai melalui perencanaan tersebut. Apabila dilihat dari sifatnya, organisasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Oganisasi formal, organisasi yang bersifat teratur, terdapat struktur organisasi yang resmi, terdapat perencanaan kinerja organisasi sebagai langkah awal untuk mencapai tujuannya.

2. Organisasi informal, organisasi yang struktur organisasinya tidak jelas, program-program kerjanya juga tidak jelas, bahkan sering terjadi secara spontan.

B.Tinjauan Nilai Kepribadian

a. Nilai

Nilai sangat penting dalam pembentukan pribadi peserta didik karena peserta didik yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi tidak akan bermanfaat secara positif jika tidak memiliki kecerdasan afektif secara emosional, sosial maupun spiritual.

Menurut Narwoko, (2004: 35) nilai adalah suatu bagian penting dari kebudayaan. Suatu tindakan dianggap sah-artinya secara moral dapat diterima-kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat di mana


(54)

35 tindakan itu dilakukan. Di dalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa akan ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan mempengaruhi perubahan folkways dan mores.

Menurut Steeman dalam Adisusilo, (2012: 65) nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut pola piker dan tindakan, sehingga ada hubungan yang amat erat antara nilai dan etika.

Menurut Sapriya, (2009: 54) nilai dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1) nilai substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata; dan (2) nilai procedural adalah nilai yang melatih siswa dengan langkah-langkah pembelajaran di kelas, antara lain nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran, dan menghargai pendapat orang lain.

Menurut Adisusilo, (2012: 56) nilai berasal dari bahasa Latin vale’rě yang artinya berguna, mampu akan, berdaya,berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermartabat. Nilai akan selalu berhubungan dengan kebaikan, kebajikan dan keluhuran budi serta akan menjadi sesuatu yang dihargai dan dijunjung tinggi serta dikejar oleh seseorang sehingga ia merasakan adanya suatu kepuasan, dan ia merasa menjadi manusia yang sebenarnya.


(55)

36 Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dengan demikian dapat dikaitkan dengan nilai-nilai kepribadian. Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang menentukan dan merefleksikan bagaimana seseorang merespon

lingkungannya (Schiffman & Kanuk , 2000 dalam http://sahbudin.blogspot.com). Maka Sahbudin menyimpulkan bahwa yang ditekankan adalah karakter-karakter internal termasuk didalamnya berbagai atribut, sifat, tindakan yang

membedakannya dengan orang lain.

Tabel 2.1 Nilai-nilai dan deskripsi nilai kepribadian

No Nilai Deskripsi

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh

dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada

upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang

menghargai perbedaan

agama,suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan

perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuandan peraturan.

5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan

upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu

untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.


(56)

37

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak

mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas.

8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan

bertindak menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu

berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak dan

berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap, dan

berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian dan

penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang

mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan

rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai Sikap, perkataan dan tindakan

yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu

untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu

berupaya mencegah kerusakan

pada lingkungan alam di

sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah


(57)

38 terjadi.

17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu

ingin member bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18 Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang

untuk melaksanakan dan

kewajibannya yang seharusnya di lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sumber: Pusat Kurikulum dan Pembukuan Kementerian Pendidikan Nasional, 2011.

Implementasi dari 18 (delapan belas) nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter tersebut tidak serta merta secara langsung dilaksanakan sekaligus oleh satuan pendidikan, namun dilakukan secara bertahap. Adapun nilai-nilai perilaku karakter berdasarkan tingkat satuan pendidikan, sosiologi mencakup 12 nilai karakter dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 Nilai-nilai perilaku karakter berdasarkan tingkat satuan pendidikan

Mata Pelajaran Nilai Karakter

Sosiologi

 Bersahabat,  Komunikatif,  Cinta Damai,  Peduli Sosial,  Peduli Lingkungan,  Religius,

 Toleransi,  Disiplin,  Kerja Keras,  Kreatif,

 Demokratis, dan  Rasa Ingin Tahu.

Sumber: Panduan workshop pengembangan perangkat pembelajaran berbasis pendidikan karakter.

Karakter siswa yang diharapkan pada indikator interaksi sosial yaitu bersahabat,, peduli sosial dan toleransi.


(58)

39

b. Kepribadian

a) Kepribadian

Menurut Yusuf & Nurihsan (2008: 3) personality sendiri berasal dari bahasa Latin persona yang berarti topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan. Di sini para aktor menyembunyikan kepribadiannya yang asli, dan menampilkan dirinya sesuai dengan topeng yang digunakannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan: (1) identitas, jati diri seseorang, seperti: “Saya seorang yang yang terbuka” atau “Saya orang pendiam”, (2) kesan umum seseorang tentang diri anda atau orang lain, seperti: “Dia agresif” atau “Dia jujur”, dan (3) fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bermasalah, seperti: “Dia baik” atau “Dia Pendendam”.

Untuk memperoleh pemahaman tentang kepribadian ini, berikut ini dikemukakan beberapa pengertian dari para ahli:

a. Hall & Lindzey dalam Yusuf & Nurihsan, (2008: 3) mengemukakan bahwa secara popular, kepribadian dapat diartikan sebagai: (1) keterampilan atau kecakapan sosial (social skill), dan (2) kesan yang paling menonjol, yang ditunjukkan seseorang terhadap orang lain ( seperti seseorang yang dikesankan sebagai orang yang agresif atau pendiam).

b. Allportdalam Yusuf&Nurihsan, (2008: 4) mengemukakan lima tipe definisi kepribadian sebagai berikut:

1) Rag-Bag (Omnibus) yang merumuskan kepribadian dengan cara numerasi (menjumlahkan). Contohnya definisi dari Morton Prince, yaitu “kepribadian merupakan sejumlah disposisi (kecenderungan) biologis,


(59)

40 impuls-impuls, dan instink-instink bawaan, dan disposisi lain yang diperoleh melalui pengalaman”.

2) Integrative dan Konfiguratif, yang menekankan kepada organisasi ciri-ciri pribadi, definisi dari Warren dan Carmichaels “kepribadian sebagai organisasi tentang pribadi manusia/individu pada setiap tahap perkembangan”.

3) Hirarchis, seperti yang dikemukakan oleh William James, yaitu kepribadian itu dinyatakan dalam empat pribadi (selves): material self, social self, spiritual self, dan pure ego atau self of self.

4) Adjustment, seperti definisi dari Kempfis, yaitu sebagai “integrasi dari system kebiasaan individu dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya”.

5) Distinctiveness (uniqueness), seperti yang dikemukakan oleh Shoen, yaitu “sistem disposisi dan kebiasaan yang membedakan antara individu yang satu dengan yang lainnya dalam satu kelompok yang sama”.

b)Pola Kepribadian

Hurlock dalan Yusuf&Nurihsan (2008: 7) mengemukakan bahwa pola kepribadian merupakan suatu penyatuan struktur yang multidimensi yang terdiri atas “self-concept” sebagai inti atau pusat gravitasi kepribadian dan “traits” sebagai struktur yang mengintegrasikan kecenderungan pola-pola respon. Masing-masing pola itu dibahas sebagai berikut ini.

a. Self-concept

Self-concept ini dapat diartikan sebagai: (a) persepsi, keyakinan, perasaan, atau sikap seseorang tentang dirinya; (b) kualitas pensifatan individu tentang dirinya;


(1)

131

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan paparan tentang model interaksi sosial peran teman sebaya dalam pembentukan nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah yang telah dibahas dalam beberapa bab terdahulu, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

Pembentukan kepribadian seseorang merupakan hasil perpaduan dari berbagai faktor yang saling terkait satu dengan yang lainnya, dengan berbagai proses pendukungnya. Salah satu faktor yang memegang peranan penting di dalam hal ini adalah interaksi sosial. Karena pada dasarnya manusia selama hidupnya mengalami interaksi sosial, yang memungkinkan manusia yang bersangkutan berkembang.

Model interaksi sosial pada hakekatnya bertolak dari pemikiran pentingnya hubungan pribadi (interpersonal relationship) dan hubungan sosial atau hubungan individu dengan lingkungan sosialnya. Mengingat pertemanan itu merupakan suatu interaksi yang bersifat dinamis sehingga dapat diasumsikan bahwa yang lebih di perlukan oleh siswa adalah pengetahuan tentang memilih teman dan


(2)

132 mengembangkan persahabatan agar lebih produktif terhadap perkembangannya. Hasil yang di dapat penulis di lapangan mengungkapkan bahwa model interaksi sosial dalam pertemanan di sekolah yaitu siswa saling memberi dan menerima (take and give) dan ketergantungan.

Pertemanan sebagai salah satu proses interaksi dimana siswa akan mengalami proses timbal balik misalnya pengaruh-mempengaruhi antar teman sebaya. Peran teman sebaya dalam penelitian ini yaitu (1) pertemanan memberikan informasi-informasi baru; (2) teman sebaya memberikan informasi-informasi berinteraksi dengan teman yang lain; (3) Keakraban hubungan pertemanan dengan teman sebaya. Kepribadian merupakan watak seseorang di dalam perilakunya yang cenderung menunjukkan pola yang sama. Nilai kepribadian yang terbentuk dari model interaksi sosial peran teman sebaya di lingkungan sekolah yaitu bersahabat, peduli sosial, toleransi.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, dalam penelitian ini ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan tentang interaksi sosial peran teman sebaya dalam pembentukan nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah sebagai berikut.

1. Siswa hendaknya membentuk interaksi sosial yang baik serta positif dengan semua warga di sekolah, mengikuti kegiatan-kegiatan di dalam kelas agar menjadi siswa yang cakap dalam pergaulan.

2. Siswa hendaknya memilih teman dengan baik yang akan membawa pengaruh positif terhadap dirinya.


(3)

133 3. Guru hendaknya memberikan bimbingan kepada siswanya supaya interaksi sosial siswa terjalin secara harmonis terutama ketika siswa berada didalam kelas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2007. Sosiologi Skema, Teori dan Terapan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme Dan VCT

Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. PT Raja

Grafindo Persada: Jakarta.

Arief Kurniawan. 2013. Membentuk Kepribadian Melalui Interaksi.

http://soeqvlly.blogspot.com/2013/03/membentuk-kepribadian-melalui-interaksi.html. Diakses 20 Februari 2014.

Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Aryanto.2011.Hakekat Pendidikan IPS.

http://zen-aryanto.blogspot.com/2011/04/hakekat-pendidikan-ips.html

Aziz Miftahur Rizky. Hubungan Interaksi Sosial Siswa.

http://azizmiftahurrizky.blogspot.com/2013/07/hubungan-interaksi-sosial-siswa-dengan.html. Diakses 18 Desember 2013.

Azwar, Saifuddin. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar; Yogyakarta.

Elly M. Setiadi&Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Erwintri. 2012. Pentingnya relasi teman sebaya,

http://ewintri.wordpress.com/2012/01/10/pentingnya-relasi-teman-sebaya/. Diakses 6 Mei 2013.

Faisal, Sanapiah. 1999. Format-format Penelitian Sosial. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.


(5)

Farhan. 2010. Pola Pembentukan Kepribadian.

http://zizo07.wordpress.com/2010/04/17/pola-pembentukan-kepribadian/ Diakses 20 Februari 2014.

Furqon And kiyara. Character Building Membentuk Kepribadian Melalui Interaksi Sosial.

http://bundakiyara.wordpress.com/2010/08/02/character-building-membentuk-kepribadian-melalui-interaksi-sosial/ Diakses 20 Februari 2014

Hasmansulawesi. 2009. Pengaruh teman sebaya terhadap perilaku.

http://hasmansulawesi01.blogspot.com/2009/03/pengaruh-teman-sebaya-terhadap-perilaku.html Diakses 10 April 2013.

Hurlock, Elizabeth, B. 1992. Personality Development. New York: McGraw-Hill Book Company.

Meleong J. Lexy. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Remadja Karya. Bandung.

Milles, M. B dan Michael, Huberman. A. 1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia Press; Jakarta.

Muchlas & Harianto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Narwoko, Dwi. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Prenada Media; Jakarta.

Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadja Mada University Press; Yogyakarta.

Pargito. 2010. Dasar-dasar IPS. FKIP. Bandar Lampung.

Ravik, Karsidi. 2005. Sosiologi Pendidikan. UNS Press; Surakarta.

Ritzer, George. Douglas J. Goodman. 2009. Teori Sosiologi. Karya Wacana. Yogjakarta.

Sahbudin. 2011. Kepribadian nilai dan gaya hidup.

http://sahbudin.blogspot.com/2011/10/kepribadian-nilai-dan-gaya-hidup. Diakses 24 September 2013.

Samani, Muchlas. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. PT Remaja Rosdakarya; Bandung.


(6)

Santrock, J.W. 2004. Life-Span Development. Ninth Edition. Boston: McGraw-Hill Companies. Steinberg, Laurance. (1993). Adolescence. New York : Mc. Graw-Hill, Inc.

Santrock. 2003. Perkembangan Remaja. Erlangga. Jakarta.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya; Bandung.

Siahaan, M. Hotman. Pengantar Ke Arah Sejarah Dan Teori Sosiologi. Erlangga; Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Effendi Sofian. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Soeroso, Andreas. 2009. Sosiologi SMA Kelas X. Quadra; Yogyakarta.

Somantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Sugiyono. 2010. Metode penelitian Pendidikan. Alfabeta; Bandung.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia; Jakarta.

Sutopo, HB. 2006, Metode Penelitian Kualitatif, UNS Press. Surakarta.

Syarbini, Amirulloh. 2012. Buku Pintar Pendidikan Karakter. Prima Pustaka; Jakarta.

Tasrif. 2008. Pengantar Pendidikan Ilmu Pengetahuan IPS. Genta Press. Yogyakarta.

Walgito. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Wibowo, Agus. 2012. Pendiidkan Karakter. Pustaka Pelajar; Yogyakarta. Wulansari,Dwi. 2003. Pengertian Sosiologi di SMA. Pustaka Ilmiah. Jakarta. Yusuf & Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.