37
efek, misalnya jika salah satu pihak melanggar kontrak yang telah disepakati. Dalam transaksi margin trading ini seharusnya berlaku prinsip good faith and good
communication, good faith berarti prinsip mengungkapkan informasi secara akurat dan lengkap sedangkan good communication adalah prinsip komunikasi yakni
memberikan informasi kepada investor secara terbuka dan cepat. Kedua prinsip tersebut sangat penting karena pelaksanaan margin trading dan short selling lebih
berdasarkan kontrak. Jika salah satu prinsip tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka praktek margin trading akan menimbulkan masalah yang biasanya
disebabkan karena kebiasaan yang saling percaya dan para pelaku enggan mengkonfirmasikan setiap transaksi yang terjadi.
Dalam margin trading investor dinyatakan wanprestasi jika tidak melakukan penambahan modal apabila ratio pinjaman nya telah mencapai 65 maka sekuritas
berhak menjual saham yang dijaminkan di perusahaan sekuritas secara paksa. Sedangkan pada short selling investor dinyatakan wanprestasi apabila investor tidak
mengembalikan saham yang dipinjam untuk melakukan transaksi short selling pada hari yang telah ditentukan H+4 sehingga pihak yang meminjamkan efek berhak
memberikan denda. Sesuai dengan ketentuan perjanjian yang telah disepakati.
2. Hubungan Hukum Jaminan
Jaminan adalah suatu tanggungan yang diberikan oleh seorang debitor dan atau pihak ketiga kepada kreditor untuk menjamin kewajibannya dalam suatu
perikatan. Lembaga jaminan ini diberikan untuk kepentingan kreditor guna menjamin
Universitas Sumatera Utara
38
dananya melalui suatu perikatan khusus yang bersifat asesoir dari perjanjian pokok perjanjian kredit atau pembiayaan oleh debitor dengan kreditor.
54
Masalah agunan atau jaminan merupakan suatu masalah yang sangat erat hubungannya dengan perusahaan sekuritas dalam pelaksanaan transaksi margin
trading. Dana yang diberikan oleh perusahaan sekuritas perlu diamankan. Tanpa adanya pengamanan, perusahaan sekuritas sulit menghindari risiko yang akan datang,
sebagai akibat tidak berprestasinya seorang nasabah investor. Untuk mendapatkan kepastian dan keamanan dari kreditnya, perusahaan sekuritas melakukan tindakan-
tindakan pengamanan dan meminta kepada calon nasabah agar mengikatkan suatu barang tertentu sebagai jaminan di dalam pemberian kredit dan diatur dalam Pasal
1131 dan 1132 KUHPer.
55
Secara umum, jaminan dapat diartikan sebagai asetharta pihak peminjam yang dijanjikan kepada pemberi pinjaman jika peminjam tidak dapat mengembalikan
pinjaman tersebut. Jika peminjam gagal bayar, pihak pemberi pinjaman dapat memiliki agunan tersebut. Dengan demikian jaminan mengandung suatu kekayaaan
materiil ataupun suatu pernyataan kesanggupan immateriil yang dapat dijadikan sebagai sumber pelunasan hutang.
54
Muchdarsyah Sinungan, Kredit Seluk Beluk dan Pengelolaannya, Yogyakarta : Tograf, 1990, hal 12.
55
Pasal 1131 KUHPerdata menjelaskan bahwa: “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang
sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.”
Pasal 1132 KUHPerdata menjeaskan bahwa: “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan
padanya: pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar-kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para berpiutang ini ada alas an-alasan
sah untuk didahulukan.”
Universitas Sumatera Utara
39
Biasanya untuk menjamin sesuatu akan didahului pembuatan perjanjian jaminan. Perjanjian jaminan adalah perjanjian yang timbul karena adanya perjanjian
pokok. Jadi sifat perjanjian jaminan ini adalah bersifat accesoir. Sifat accesoir perjanjian jaminan ini dikarenakan adanya perjanjian pokok, sehingga perjanjian
jaminan tidak akan ada bila tidak ada perjanjian pokok.
56
Berkaitan dengan jaminan yang diberikan nasabah, selain adanya Rekening Efek Marjin, untuk melindungi dana yang telah diberikan oleh perusahan sekuritas
berupa fasilitas atau nilai pembiayaan, maka dalam perjanjian pembiayaan penyelesaian transaksi efek telah diatur mengenai beberapa hal antara lain:
a Rekening efek reguler nasabah, yaitu rekening efek atas nama nasabah yang wajib dibuka pada perusahaan sekuritas yang memuat catatan mengenai posisi
efek danatau dana milik nasabah. b Marjin deposit, yaitu jumlah nilai jaminan dalam bentuk uang danatau efek
yang akan dinilai dengan uang dan harus mempunyi nilai yang cukup dan dapat diterima menurut pertimbangan perusahaan sekuritas yang ada di
rekening efek marjin;
57
Nilai jaminan pembiayaan yang wajib diperlihara oleh nasabah minimal 135 dari nilai pasar wajar efek yang ditransaksikan secara short selling posisi short.
58
Jika nilai jaminan tersebut mengalami penurunan sehingga kurang dari 135, maka nasabah wajib menambah jaminan dalam waktu 3 hari bursa sehingga nilai jaminan
56
http:hkjaminanlinajamila.blogspot.com di akses 24oktober 2013
57
Verdij.Pangaribuan Op.,Cit hal 53
58
angka 6 huruf c butir 5 peraturan bapepam-LK no. V.D.6
Universitas Sumatera Utara
40
minimal 135. Selanjutnya jika nilai jaminan kurang dari 120 maka perusahaan efek wajib melakukan pembelian efek pada posisi short dengan nilai jaminan minimal
135 dari nilai pasar wajar efek pada posisi short dimaksud.
59
Selain itu, untuk menjamin pembayaran kembali hutang nasabah kepada perusahaan efek dan menjamin pemenuhan semua kewajiban nasabah terhadap
perusahaan efek yang timbul dari perjanjian pembiayaan penyelesaian tranaksi efek danatau perjanjian lain yang sekarang telah adaatau dibuat kemudian hari antara
nasabah dengan perusahaan efek, maka nasabah akan memberikan jaminan tambahan termasuk membuat surat pengakuan hutang secara notaril atas fasilitas atau nilai
pembiayaan ditambah dengan bunga dan biaya lainnya yang terutang. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu adanya penegasan hubungan antara
perusahaan dengan investor dalam arti hubungan tersebut tidak hanya tertuang dalam suatu formulir saja tetapi harus dituangkan dalam akta otentik yang dibuat oleh
pejabat yang berwenang, yaitu notaris. Termasuk juga didalamnya pemberian jaminan oleh investor, sehingga memiliki kekuatan hukum yang mengikat sebagai
alat bukti yang kuat bagi para pihak maupun kepada pihak ketiga, mengenai adanya hubungan hukum antara perusahaan efek dengan investor.
Perjanjian transaksi marjin merupakan perjanjian khusus baik oleh perusahaan efek maupun nasabah selaku investor. Perjanjian khusus adalah perajanjian yang telah
memiliki nama-nama
sendiri yang
diberikan oleh
pembuat undang-undang
59
angka 6 huruf c butir 7 peraturan Bapepam-LK No. V.D.6
Universitas Sumatera Utara
41
berdasarkan tipe-tipe atau bentuk-bentuk yang banyak terjadi sehari-hari.
60
Pola semacam ini jelas dapat mengamankan dana pinjaman yang telah disalurkan oleh
pihak perusahan efek, karena dapat diharapkan kembali utuh beserta bunganya, dan sejalan pula dengan prinsip kehati-hatian yang diacu dunia pasar modal sebagai
landasan operasionalnya. Hak tagih perusahaan efek yang telah memperoleh dukungan jaminan dalam
perjanjian transaksi margin seperti itu, mengakibatkan perusahaan efek tersebut memiliki posisi seperti “kreditor preferen”. Kreditor preferen adalah kreditor yang
memiliki hak istimewa atau hak prioritas. Hak istimewa mengandung arti hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih
tinggi daripada orang berpiutang lainnya yang diatur dalam pasal 1139 dan pasal 1149 KUHPerdata.
61
Tentunya perusahaan efek sebagai pelaku ekonomi bertindak hati-hati dan menghindari kedudukan selaku “kreditor konkuren”. Kreditor konkuren
adalah kreditor pada umumnya tanpa hak jaminan kebendaan atau hak istimewa. Kreditor konkuren memiliki kedudukan yang setara dan memiliki hak yang seimbang
proporsional atas piutang-piutan mereka. Ketentuan tersebut juga dinamakan prinsip “paritas creditorium”.
62
Sehingga perusahaan efek perlu mendayagunakan ketentuan lembaga jaminan, guna mengantisipasi risiko manakala nasabah atau
investor tidak memenuhi prestasinya.
60
http:Kamusbisnis.com diakses pada tanggal 1 juni 2014
61
http:www.bappebti.go.id?pg=edukasi_artikel_detailedukasi _artikel_id=10 diakses pada tanggal 27 oktober 2013
62
Ibid
Universitas Sumatera Utara
42
3. Hubungan Hukum Pasar Modal