Fungsi Pendekatan Konseling Kajian Pendekatan Konseling

24 Pengertian lain diungkapkan Nugent 1981: 74 bahwa teori konseling adalah asumsi, konsep, model untuk menjelaskan komponen- komponen konseling yang mencakup asumsi pertumbuhan, perkembangan dan pembelajaran, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan dan mendeskripsikan proses sosialisasi. Hal yang senada diungkapkan Gladding 2012: 228: “Teori adalah model yang dipergunakan oleh konselor sebagai panduan untuk merumuskan pembentukan solusi atas suatu masalah”. Pengertian yang lebih rinci diungkapkan oleh Brammer, et al. 1993: 6 bahwa teori konseling diartikan sebagai struktur hipotesis dan generalisasi dasar dalam pengalaman konseling dan percobaan studi yang secara umum terdiri dari: tujuan dan nilai, asumsi, intervensi strategi dan hasil yang diharapkan. Dari beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan konseling adalah penerapan dari teori-teori konseling yang digunakan sebagai dasar serta model yang dipergunakan oleh konselor dalam proses konseling untuk membantu menyelesaikan masalah konseli.

2. Fungsi Pendekatan Konseling

Tujuan dari teori-teori konseling yang ada adalah untuk mengentaskan masalah yang diderita konseli dengan cara yang paling cepat, cermat, dan tepat Prayitno Erman, 2004: 214 sedangkan Boy Pine dalam Thompson 2003: 3 menyebutkan pentingnya teori konseling yaitu: 25 a. It helps counselors find unity and relatedness within the diversity of existence. b. It compels counselors to examine relationship they would otherwise overlook. c. It gives counselors operational guidelines by which to work and helps them in evaluating their development as professionals. d. It helps counselors focus on relevant data and tells them what to look for. e. It helps counselors assist clients in the effective modification of their behavior. f. It helps counselor evaluate both old and new approaches to the process of counseling. Hal yang sama diungkapkan oleh Neukrug 2012: 100 bahwa teori konseling memberikan sistem yang komprehensif dalam pelaksanaan konseling dan membantu masalah konseli, mengetahui teknik apa yang digunakan, dan memprediksikan perubahan konseli. Dengan menggunakan teori mengindikasikan bahwa praktik konseling yang dilaksanakan tidak semrawut atau kacau balau karena memiliki dasar dalam pelaksanaan konseling. Selain itu aspek yang paling penting dari teori adalah pandangan tentang sifat manusia yang membentuk polanya teori. Fall, et al. 2004: 2 mengibaratkan teori konseling seperti buku panduan wisata yang digunakan oleh pemandu wisata. Teori konseling dapat digunakan sebagai buku panduan untuk membantu konseli merubah jalan pengalaman hidupnya. Sehingga konselor dapat memahami dan merespon berbagai persoalan yang dihadapi konseli melalui teori konseling. Menurut Sofyan Willis 2004: 55, pendekatan konseling dirasakan penting karena jika dapat memahami berbagai pendekatan atau teori-teori konseling akan memudahkan dalam menentukan arah proses konseling. 26 Hal senada diungkapkan Gantina Komalasari, Wahyuni Karsih 2011: 21 bahwa teori memberikan landasan bagi konselor untuk membedakan tingkah laku yang normal-rasional dengan yang abnormal- irrasional serta memahami penyebab tingkah laku dan cara untuk membantu penyelesainnya. Lebih lanjut pemahaman tentang teori-teori konseling sangat penting bagi konselor karena teori-teori memberikan landasan pemahaman tentang proses konseling yang meliputi: hubungan konseling, sikap dan respon yang harus ditampilkan konselor, analisis tingkah laku dan pemikiran konseli, identifikasi permasalahan konseli dan menseleksi teknik yang sesuai dengan permasalahan konseli. Teori menjadi bagian yang penting untuk proses perbaikan dan peningkatan kualitas konseling. Konselor dapat menganalisis, mengevaluasi dan meneliti proses konseling yang telah dilaksanakan dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas konseling. Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa teori atau pendekatan konseling memiliki beberapa fungsi, diantaranya: 1. Teori memiliki pandangan terhadap sifat manusia sehingga dapat dijadikan landasan bagi konselor untuk membedakan tingkah laku manusia serta memahami penyebab tingkah laku itu muncul. 2. Sebagai landasan dalam proses konseling sehingga dapat lebih memudahkan konselor dalam menentukan arah proses konseling. 3. Membantu memahami respon yang tepat untuk menghadapi persoalan konseli sehingga masalah konseli dapat terselesaikan dengan tepat. 27 Pendekatan-pendekatan konseling tersebut tentu akan mempengaruhi proses konseling. Agar konseling berjalan lebih efektif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh konselor Yusuf Gunawan, 2001: 125, yaitu: a. Setiap konselor yang baik harus mengerti dan menguasai semua metode pendekatan yang ada. b. Seorang konselor harus dapat beralih dari satu pendekatan ke pendekatan lainnya, sesuai dengan perubahan situasi konseling. Dalam prosesnya, situasi konseling selalu berubah. Konselor yang baik harus mampu menyesuaikan dengan perubahan situasi konseling. c. Seorang konselor yang baik selalu mengetahui kecakapan pendekatan yang paling dikuasainya. Ia akan selalu menerapkan teknik pendekatan yang paling ia kuasai dan ia yakini paling berhasil. Jadi, penggunaan alat harus disesuaikan dengan kecakapan konselor. d. Seorang konselor yang baik mempunyai kehalusan perasaan. Ia mempunyai perhatian khusus dalam spesialisasi bidangnya dan ia selalu mau belajar dalam bidang spesialisasinya. Dengan demikian ia selalu dapat menyempurnakan teknik kerjanya. e. Seorang konselor yang baik selalu menyesuaikan diri dengan tingkat perkembangan situasi konseli dalam proses konseling, yaitu dari tingkat penyajian informasi sampai dengan tingkat pemecahan masalah yang menyangkut kehidupan perasaan dan pribadi konseli. Di Indonesia menurut Sofyan Willis 2004: 55 memilih satu pendekatan saja nampaknya kurang bijaksana. Hal ini disebabkan satu 28 pendekatan konseling biasanya dilatarbelakangi oleh paham filsafat tertentu yang mungkin saja tidak sesuai dengan paham filsafat di Indonesia. Disamping itu mungkin saja layanan konseling yang dilaksanakan berdasarkan aliran tertentu kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta kondisi sosial, budaya dan agama. Hal itu menyebabkan perlunya konselor tidak hanya memilih satu pendekatan saja untuk semua kasus, akan tetapi memilih bagian-bagian teori yang berbeda untuk dimanfaatkan pada kasus tertentu. Beberapa alasan dapat dipertimbangakn, diantaranya: a. Setiap teori mempunyai landasan filosofis tertentu yang mungkin bertolak belakang dengan paham filsafat pancasila. b. Kalau digunakan satu pendekatan saja untuk semua kasus, dikhawatirkan konselornya akan kaku dan pemecahan masalah belum tentu tuntas. c. Dengan pendekatan satu teori saja, kemungkinan konselor akan memaksakan diri dan mencocok-cocokkan teori tersebut terhadap kasus.

3. Macam-macam Pendekatan Konseling