20 i.
Sabar, merupakan sikap yang menunjukkan konselor lebih memperhatikan diri konseli daripada hasilnya sehingga proses yang
dilakukan tidak berjalan tergesa-gesa. j.
Kepekaan, yaitu konselor menunjukkan sikap sensitive terhadap gejala- gejala masalah yang dihadapi konseli sehingga konselor dapat
menyadari masalah apa yang sebenarnya terjadi. k.
Kesadaran holistik, yaitu konselor menampilkan karakteristik diantaranya menyadari secara akurat tentang dimensi-dimensi
kepribadian yang kompleks serta akrab dan terbuka terhadap berbagai teori.
Dari penjelasan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap yang perlu dimiliki konselor adalah penerimaan, pemahaman, kesejatian
dan keterbukaan sedangkan kualitas pribadi seorang konselor ditandai dengan penerimaan diri, kompeten, kesehatan psikologis, dapat dipercaya,
jujur, kekuatan, bersikap hangat,
active responsive
, sabar, peka, kesadaran holistic.
4. Kompetensi Konselor
Sesuai dengan Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
Depdiknas, 2007: 136, sosok utuh kompetensi konselor terdiri atas 2 komponen yang berbeda namun terintegrasi dalam praksis sehingga tidak
bisa dipisahkan yaitu kompetensi akademik dan kompetensi professional.
21 a.
Kompetensi Akademik Konselor Kompetensi akademik seorang konselor professional terdiri atas
kemampuan: 1. Mengenal secara mendalam konseli yang hendak dilayani.
2. Menguasai khasanah teoritik dan prosedural termasuk
teknologi dalam bimbingan dan konseling. Penguasaan tersebut mencakup:
a. Menguasai secara akademik teori, prinsip, teknik dan prosedur sarana yang digunakan dalam penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling. b. Mengemas teori, prinsip dan prosedur serta sarana
bimbingan dan konseling sebagai pendekatan, prinsip, teknik dan prosedur dalam penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling yang memandirikan.
c. Menyelenggarakan layanan ahli bimbingan dan konseling yang memandirikan.
b. Kompetensi Profesional Konselor
Penguasaan Kompetensi Profesional Konselor terbentuk melalui latihan dalam menerapkan Kompetensi Akademik dalam bidang
bimbingan dan konseling yang telah dikuasai itu dalam konteks otentik di sekolah atau arena terapan layanan ahli lain yang
relevan melalui Program Pendidikan Profesi Konselor berupa Program Pengalaman Lapangan PPL.
Hal itu ditegaskan pula dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 27 tahun 2008 yang disesuaikan dengan PP 19 tahun 2005 yaitu
kompetensi inti konselor terdiri dari: 1.
Kompetensi Pedagogik a.
Menguasai teori dan praksis pendidikan. b.
Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli
c. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur,
jenis, dan jenjang satuan pendidikan 2.
Kompetensi Kepribadian a.
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
22 b.
Menghargai dan menjunjung tinggi, nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih.
c. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat.
d. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi.
3. Kompetensi Sosial
a. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja.
b. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan
konseling. c.
Mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi. 4.
Kompetensi Profesional a.
Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan dan masalah konseli.
b. Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling.
c. Merancang program Bimbingan dan Konseling.
d. Mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang
komprehensif. e.
Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling. f.
Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika professional. g.
Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang konselor perlu memiliki kompetensi akademik yang termasuk menguasai landasan teori
dan praksis bimbingan dan konseling, kompetensi professional dengan
23 menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan, kompetensi
kepribadian termasuk mengembangkan pribadi dan profesionalitas secara berkelanjutan, dan kompetensi social sebagai salah bentuknya yaitu memahami
konseli yang hendak dilayani. Salah satu bentuk penguasaan teori dan praksis yang harus dimiliki oleh konselor adalah penguasaan tentang dasar dalam
pelaksanaan konseling. Untuk dapat menguasai dasar dalam pelaksanaan konseling dibutuhkan pemahaman terhadap pendekatan konseling.
B. Kajian Pendekatan Konseling