BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sifat Fisik
Sifat fisik yang diamati dalam penelitian pembuatan Ba-Hexa Ferrite BaO.6Fe
2
O
3
dengan metode koorpresipitasi sebagai magnet permanen meliputi pengukuran densitas dan porositas.
4.1.1 Densitas dan Porositas
Dari hasil pengukuran densitas dan porositas untuk magnet permanen barium heksaferit yang telah disinterring pada suhu 900
o
C – 1100
o
C dengan interval 50
o
C
yang masing-masing pada suhu tersebut ditahan selama 2 jam ditentukan dengan
menggunakan persamaan 2.15 dan 2.16 yang mengacu pada standart pengujian ASTM C 373 Lampiran E dengan menggunakan metode Archimedes. Perhitungan untuk
untuk menentukan nilai densitas dan porositas sebagai berikut:
Kode sampel I sintering Tabel 4.1 = 6,2792 g
= 5,7284 g = 5,5361 g
= 1,3409 g = 1 gcm
3
a. Densitas
b. Porositas
Dari hasil perhitungan, maka dapat dibuat tabel pengukuran nilai densitas dan porositas sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Densitas dan Porositas
Kode Sampel
Suhu Sintering
o
C M
kw
gram M
b
gram M
g
gram M
k
gram Densitas
gcm
3
Porositas I 900
1.3409 6.2792
5.7282 5.5361
2.93 39.28
II 950 1.3409
6.18904 5.7978
5.6011 3.23
33.98 III 1000
1.3409 6.3166
5.9819 5.7587
3.44 33.29
IV 1050 1.3409
5.90874 5.6843
5.4167 3.46
31.44 V 1100
1.3409 7.609
7.0959 7.0859
3.82 28.22
Dari tabel 4.1 , dapat dibuat grafik hubungan antara nilai densitas dan porositas terhadap perubahan suhu sintering seperti gambar dibawah ini
3.82
2.93 3.23
3.44 3.46
39.28
33.98 33.29
31.44
28.22
2.5 3
3.5 4
4.5 5
5.5
900 950
1000 1050
1100
Suhu Sintering
o
C D
e n
s it
a s
g c
m
3
25 30
35 40
P o
ro s
ita s
Referensi 5.3
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Densitas dan Porositas terhadap perubahan Suhu Sintering
Densitas Porositas
Dari gambar 4.1. tampak bahwa nilai densitas naik dengan naiknya suhu sintering dari 900
o
C sampai 1100
o
C. Adanya peningkatan densitas ini menunjukkan terjadinya proses pemadatan akibat pengaruh sintering dan pada suhu 1100
o
C yang tertinggi. Nilai densitas magnet permanen yang dibuat dipengaruhi oleh tingkat kemurnian
bahan baku, ukuran butiran, homogenitas campuran bahan baku dan proses sintering. Hal ini terjadi karena terjadi difusi atom pada bagian titik kontak partikel. Pada saat
pemberian energi panas di dalam furnace sama artinya dengan memberi energi
aktivasi pada atom penyusun bahan tersebut, sehingga dengan adanya energi aktivasi menyebabkan atom penyusun bahan akan bervibrasi kemudian melepaskan ikatannya
dan bergerak ke posisi baru atau berpindah ke kisi yang lain, proses tersebut sering disebut dengan proses difusi. Sehin
gga semakin tinggi suhu sintering, semakin banyak atom-atom yang mempunyai energi yang sama atau melebihi energi aktivasi untuk
dapat tersebar dari posisinya dan bergerak menuju ke tempat-tempat kekosongan Vacant Site yang menyebabkan proses pemadatan dan penghilangan pori semakin
cepat Efendi dkk,2003. Nilai densitas juga dipengaruhi oleh tingkat kemurnian bahan baku. Pada saat
proses pencampuran dimungkinkan masuknya pengotor dalam bahan baku. Karena pengotor dan bahan secara mikro tidak dapat bersatu, sehingga mengakibatkan
terjadinya jarak atom terjadinya rongga antara bahan dan pengotor, akibatnya volume bahan menjadi bertambah. Bertambahnya volume mengakibatkan turunnya
nilai densitas Billah,2006. Besarnya nilai densitas berkisar antara 2,93 – 3,82 gcm
3
. Seperti yang terlihat pada tabel 4.1 di bawah ini. Nilai densitas tertinggi adalah
pada 3,82 gcm
3
, yaitu pada kondisi suhu sintering 1100
o
C. menurut literatur Prihatin, Sujito. 2005 nilai densitas untuk magnet Barium Ferit yaitu 5,3 gcm
3
. Bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh adalah 72 dari nilai teoritis.
Nilai porositas terendah diperoleh pada suhu 1100
o
C, yaitu 28,22. Suhu sintering berbanding terbalik dengan porositas sampel. Jika temperatur sintering
ditingkatkan, maka porositasnya menurun. Hal ini disebabkan karena sintering membuat pori-pori sampel mengecil dan merapat
4.2. Analisa Struktur Kristal