yang menentukan proses dan mekanisme sintering antara lain jenis bahan, komposisi bahan dan ukuran partikel.
Proses sintering pada magnet keramik BaO6Fe
2
O
3
dilakukan dengan cara pemanasan sampel dalam tungku listrik
furnace dengan variasi suhu 900, 950, 1000,1050
dan 1100
o
C yang ditahan selama 2 jam
3.5. Pengujian
Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : Densitas, Porositas, Analisa Mikrostruktur, dan Sifat Magnet.
3.5.1. Sifat fisis 3.5.1.1. Densitas dan Porositas
Tujuan dilakukannya pengujian densitas dan Porositas adalah untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Pengukuran densitas yang
dilakukan pada penelitian ini menggunakan hukum Archimedes. Pengukuran densitas dan porositas dapat dilakukan secara bersamaan. Pelaksanaannya mengacu pada
standar ASTM C. 373 – 72. Prosedur kerja untuk menentukan besarnya bulk densitas gcm
3
suatu bahan berbentuk pellet sebagai berikut: a. Pellet yang telah disinter direbus selama 10 jam, dilap permukaanya hingga
kering dan ditimbang massa basahnya Mb. b. Timbang massa kawat penggantung Mkw.
c. Tuangkan air kira-kira dari volume beaker glass dan letakkan tiang
penyangga sampel diatas neraca. d. Pellet diikatkan dengan kawat penggentung dan ditimbang massanya Mg.
e. Pellet dikeringkan didalam oven pada suhu 100
o
C, selama 12 jam dan timbang massanya Mk
3.5.2. Sifat Magnet
Untuk karaterisasi sifat-sifat magnet menggunakan alat permagraph yaitu alat yang dapat menghasilkan kurva histerisis loop yang dilengkapi dengan nilai induksi
remanen Br dan Gaya koersif Hc. Pada saat pengukuran berlangsung terjadi proses magnetisasi pada bahan sampel, dimana selesai pengukuran bahan sudah memiliki
sifat magnetic yang permanen. Sifat-sifat magnet permanen berdasarkan kurva histerisis adalah sebagai berikut : Sulit dimagnetisasi dan didemagnetisasi, Koersivitas
tinggi Hc, dengan Hc yang tinggi maka dapat mempertahankan orientasi momen magnetiknya untuk waktu yang lama, sebagai sumber gaya gerak magnet dalam
kumparan magnetic, remanensi tinggi Br, histeris loss besar, permeabilitas µ kecil.
Gambar 3.2. kurva histerisis
Besarnya sifat magnet suatu bahan dapat diketahui melalui kurva histerisis seperti pada gambar 3.2, dari kurva tersebut dapat diketahui besarnya induksi remanen
Br, dan koersivitas Hc. Apabila suatu bahan magnet yang berada dalam keadaan dimagnetisasi B=0, diberi medan magnet luar H yang membesar secara kontinu akan
mencapai titik maksimum pada titik A garis OA. Harga B pada saat itu adalah Bs magnetisasi jenuh. Jika medan magnet luar ini diturunkan secara kontinu, maka
kurva B-H tidak mengikuti garis OA tetapi mengikuti garis AB. Pada saat H berharga 0 maka induksi magnet B akan mempunyai harga Br induksi magnet remanen.
Untuk mengembalikan B menjadi 0 diperlukan medan negatif –Hc gaya koersifitas di titik C. jika medan magnet diturunkan terusmaka akan dicapai titik induksi magnet
jenuh negatif -Bs pada titik D. jika medan negative H dibalik maka kurva akan mengikuti garis DEFA, sampai mencapai harga Bs lagi, sehingga diperoleh kurva
histerisis. Untuk mengukur sifat-sifat magnet tersebut biasanya alat yang digunakan yaitu
Vibrating Sample Magnetometer VSM, Alat VSM merupakan salah satu jenis peralatan yang digunakan untuk mempelajari sifat magnetic bahan. Dengan alat ini
akan diperoleh informasi mengenai besaran-besaran sifat magnetik sebagai akibat perubahan medan magnet luar yang digambarkan dalam kurva histerisis.
Semua bahan mempunyai momen magnetic jika ditempatkan dalam medan magnetic. Momen magnetic per satuan volume dikenal sebagai magnetisasi. Secara
prinsip ada dua metode mengukur besar magnetisasi tersebut, yaitu metode induksi induction method dan metode gaya force method. Pada metode induksi,
magnetisasi diukur dari sinyal yang ditimbulkandiinduksikan oleh cuplikan yang bergetar dalam lingkungan medan magnet pada sepasang kumparan. Sedangkan pada
metode gaya pengukuran dilakukan pada besarnya gaya yang ditimbulkan pada cuplikan yang berada dalam gradient medan magnet. VSM adalah salah satu alat ulur
magnetisasi yang bekerja berdasarkan metode induksi Mujamilah et al., 2000. Pada metode ini, cuplikan yang akan diukur magnetisasinya dipasang pada ujung bawah
batang kaku yang bergetar secara vertikal dalam lingkungan medan magnet luar H. Jika cuplikan termagnetisasi secara permanen ataupun sebagai respon dari adanya
medan magnet luar, getaran ini akan mengakibatkan perubahan garis gaya magnetik. Perubahan ini akan menginduksimenimbulkan suatu sinyal tegangan AC pada
kumparan pengambil pick-up atau sense coil yang ditempatkan secara tepat dalam
sistem medan magnet ini. Dengan memakai hokum Biot-Savart untuk sistem medan dipole, tegangan induksi diberikan sebagai :
V ∝ Afm Gx,y,z
Dimana: A
: amplitude getaran cuplikan, f
: frekuansi getaran cuplikan, m
: momen magnetik, Gx,y,z : fungsi sensitivistas, yang ditunjukkan adanya kebergantungan sinyal
pada posisi cuplikan dalam system kumparan Selanjutnya sinyal AC ini akan dibaca oleh rangkaian
pre-amp dan Lock-in amplifier. Frekuensi dari
Lock-in amplifier diset sama dengan frekuensi getaran sinyal referensi dari pengontrol getaran cuplikan.
Lock-in amplifier ini akan membaca sinyal tegangan dari kumparan yang sefasa dengan sinyal referensi. Kumparan pengambil biasanya
dirangkai berpasangan dengan kondisi lilitan yang berlawanan. Hal ini untuk menghindari terbacanya sinyal yang berasal dari selain cuplikan,misalnya dari akibat
adanya perubahan medan magnet luar itu sendiri. selanjutnya dalam proses pengukuran, medan magnet luar yang diberikan, suhu cuplikan, sudut dan interval
waktu pengukuran dapat divariasikan melalui kendali computer. Komputer akan merekam data tegangan kumparan sebagai fungsi medan magnet luar, suhu, sudut
ataupun waktu.
3.5.3. Difraksi Sinar-X X-Ray Diffraction