Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Cengkeh

(1)

LAMPIRAN

a. Lampiran 1

Data Penetapan dan Perhitungan Kadar Minyak Atsiri Cengkeh Tabel 3. Data Perhitungan Minyak Atsiri pada Cengkeh

No Berat Sampel Volume yang terbaca

1 35.0000 g 7,1 ml

2 34,8276 g 6.9 ml

3 36.1031 g 6.2 ml

Perhitungan:

Kadar minyak Atsiri = ������ ������ ���� ������ (��)

����� �������� � 100%

Kadar minyak atsiri 1 = 7,1 ml

35,0000� 100% = 20,2857% Kadar minyak atsiri 2 = 6,9 ��

34,0000� 100% = 19,8118% Kadar minyak atsiri 3 = 6,2 ��

36,1031� 100% = 17.1730% Kadar minyak atsiri rata-rata = 20,2857 +19,8118 +17.1730

3 = 19, 090 %

b. Lampiran 2

Penentuan Indeks Bias


(2)

m m

m m d

− − =

1 2 20 20 c. Lampiran 3

Penentuan Bobot Jenis

Minyak bunga cengkeh: Data: m : 27,6599 m1 : 37,1783 m2 : 37,6760 Perhitungan:

Bobot Jenis

= 37,6760−27,6599 37,1783−27,6599 = 10,0161

9,5184 = 1.04134


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2011). Minyak Atsiri

28 April 2013

Agusta,A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung:Penerbit ITB. Halaman 8.

Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri Jilid I (Terjemahan), Jakarta: Penerbit UI- Press.Halaman 441.

Guenther, E. (1990). Minyak Atsiri Jilid I (Terjemahan). Jakarta: Penerbit UI-Press. Halaman 448, 483-484.

Gunawan, D dan Sri,M. (2010). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi), Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 106-107,120.

Hapsoh dan Yaya, H. (2011). Budidaya Tanaman Obat Dan Rempah. Medan:USU Press. Halaman 89-91.

Kardinan, A. (2005). Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Komoditas Wangi Penuh Potensi. Jakarta: Penerbit Agro Media Pustaka. Halaman 12, 55-56.

Lutony, T.L., dan Rahmayati, Y. (2000). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 67-72.

Nurdjannah, N. (2004). Diversifikasi Penggunaan Cengkeh.Bogor: Volume 3 dari 2. Halaman 4.

Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 9-10.

Standar Nasional Indonesia. SNI 01-3392-1994, ICS 67.220.10. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Halaman 2-7.

Sudarmadji, S. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.Halaman 113.


(4)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1. Penetapan Kadar Minyak Atsiri dengan Metode Destilasi 3.1.1. Alat dan Bahan

3.1.1.1 Alat

- Alat Destilasi - Beaker gelas - Batang pengaduk - Corong

- Labu destilasi 1000 ml - Spatula

- Timbangan analitik 3.1.1.2 Bahan

- Aquadest - Vaselin

- Serbuk bunga cengkeh

3.1.2 Prosedur Kerja

-Timbang dengan teliti mendekati 1 gram, kira-kira sampai 35-40 gram serbuk cengkeh dengan beaker gelas dan pindahkan kedalam labu destilasi. -Tambahkan air suling sampai terendam air serbuk cengkeh seluruhnya dan

aduk dengan sempurna. Kedalam labu destilasi sebelumnya telah diberi beberapa butir batu didih.


(5)

-Sambungkan labu didih dengan volatile oil trap, tambahkan aquades ke dalam trap.

-Lalu sambungkan lagi dengan kondesor refluks, panaskan labu didih tersebut beserta isinya sampai mendidih selama lebih kurang 6-7 jam. -Destilasi dihentikan bila tidak ada lagi butir-butir minyak yang menetes

bersama air atau volume minyak tidak bertambah.

- Dinginkan labu destilasi beserta isinya sampai suhu kamar atau bisa juga merendam labu dalam air. Kemudian baca volume minyak dalam penampung atau volatile oil trap.

3.1.3 Perhitungan:

Kadar minyak atsiri dinyatakan dalam presentase volume/bobot sebagai berikut:

� � 100%

Dimana V= volume minyak yang dibaca (ml) M = bobot contoh uji (gram)

Data perhitungan kadar minyak atsiri cengkeh tertera pada Tabel 6 di bawah ini.

Kadar minyak Atsiri = ������ ������ ���� ������ (��)

����� �������� � 100% =…. %

3.2Penentuan Indeks Bias 3.2.1 Alat

-Refraktometer -Water bath - Cahaya natrium


(6)

3.2.2 Bahan

- Minyak atsiri cengkeh - Aquades

3.2. 3 Prosedur kerja

-Alirkan air melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu dimana pembacaan akan dilakukan.

-Suhu tidak boleh berbeda lebih dari ± 2oC dari suhu refrensi dan harus dipertahankan dengan toleransi ± 0,2oC.

-Sebelum minyak tersebut ditaruh di dalam alat, minyak harus berada pada suhu yang sama dengan suhu dimana pengukuran akan dilakukan.

-Pembacaan dilakukan bila suhu telah stabil.

3.3Penentuan Bobot Jenis 3.3.1 Alat

-Timbangan analitik -Penangas air

-Piknometer berkapasitas 10 ml - Termometer

3.3.2 Bahan

- etanol

- Minyak atsiri cengkeh

3.3.2 Prosedur Kerja


(7)

m m m m d − − = 1 2 20 20

-Keringkan bagian dalam piknometer tersebut dengan arus udara kering dan sisipkan tutupnya.

-Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m).

-Isi piknometer dengan aquadest yang telah dididihkan dulu pada suhu 20⁰C sambil menghindari adanya gelembung-gelembung udara.

-Celupkan piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20⁰C ±0,2⁰C selama 30 menit. Sisipkan penutupnya dan keringkan piknometernya. -Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit,

kemudian timbang dengan isinya (m₁).

-Kosongkan piknometer tersebut cuci dengan etanol dan dietil eter, kemudian keringkan dengan arus udara kering.

-Isilah piknometer dengan minyak cengkeh dan hindari adanya penggelembungan udara.

-Celupkan kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20⁰C ±0,2⁰C selama 30 menit. Sisipkan tutupnya dan keringkan piknometer tersebut.

-Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang(m₂).

3.3.4 Perhitungan

Bobot Jenis = Di mana


(8)

m = Massa,dalam gram, piknometer kosong.

m1 = Massa, dalam gram, piknometer berisi air pada 20oC m2 = Massa, dalam gram, piknometer berisi contoh pada 20oC


(9)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pemeriksaan mutu sampel minyak cengkeh yang dilaksanakan di Laboratorium Minyak Nabati di Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Hasil Penetapan Kadar Minyak AtsiriPada Cengkeh

Parameter Berat Sampel Volume Total Hasil (%)

Kadar Minyak Atsiri 1 35.0000 g 7,1 ml 20,2857% Kadar Minyak Atsiri 2 34,8276 g 6.9 ml 19,8118% Kadar Minyak Atsiri 3 36.1031 g 6.2 ml 17.1730%

Tabel 4. Perbandingan Hasil dan Persyaratan Minyak Cengkeh

Parameter Hasil Persyaratan

Bobot Jenis 1.04134 1,030 – 1,060 g/ml

Indeks Bias 1,551 1,527-1,535

4.2 Pembahasan

Dari hasil data di atas dapat dilihat bahwa kadar minyak atsiri cengkeh yang pertama adalah 20,2857%, hasil ini menunjukkan kadar minyak atsiri cengkeh dengan berat sampel 35,0000 g memenuhi Persyaratan Mutu I pada SNI 01-3392-1994, sedangkan kadar minyak atsiri yang kedua dan ketiga tidak


(10)

memenuhi persyaratan dikarenakan terjadinya penguapan minyak selama proses penggilingan dan selang waktu antara penggilingan dan penyulingan. Karena itu untuk mencegah penguapan, proses destilasi harus dilakukan segera setelah proses penggilingan. Dan dapat dilihat dari parameter lain, yaitu Bobot Jenis adalah 1.04134 ini memenuhi persyaratan SNI 01-3392-1994, sedangkan Indeks biasnya tidak memenuhi syarat Mutu yang ada di SNI ini dikarenakan pengerjaan yang kurang baik saat uji indeks bias pada cengkeh dan mutu cengkeh.

Dan menurut Guenther, nilai indeks juga dipengaruhi salah satunya dengan adanya air dalam kandungan minyak cengkeh tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indeks biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil (Sastrohamidjojo, 2004).

Kandungan utama minyak atsiri bunga cengkeh adalah eugenol (70-80%). Kualitas minyak cengkeh dievaluasi dari kandungan fenol, terutama eugenol. Kadar eugenol minyak atsiri kuncup bunga relatif lebih tinggi daripada tangkai bunganya. Besarnya komponen kimia minyak atsiri cengkeh dapat berbeda tergantung pada faktor iklim, musim, lokasi geografis, geologi, bagian tanaman dan metode yang digunakan untuk memperoleh minyak atsiri (Guenther, 1990).


(11)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil yang diperoleh pada pemeriksaan Kadar Minyak Atsiri Pertama dan Bobot jenis adalah memenuhi persyaratan mutu menurut Standar Nasional Indonesia. Dimana hasil yang diperoleh berada di rentang ataupun berada di bawah kadar maksimal yang dipersyaratkan Standar Nasional Indonesia. Nilai tersebut meliputi : Kadar Minyak Atsiri 20,2857 %, Bobot Jenis dengan nilai 1.04134, indeks bias dengan nilai 1,551 tidak memenuhi persyaratan karena nilai yang didapat berbeda dengan nilai persyaratan yaitu 1,527-1,535. Karena pada minyak terdapat air dimana sifat dari air tersebut mudah untuk membiasakan cahaya yang datang.

5.2. Saran

- Dalam penggunaan cengkeh hendaknya diperhatikan baik pemanfaatannya

dan mengetahui cengkeh yang bermutu baik.

- Diharapkan kepada UPTD BPSMB Medan dapat menjaga fasilitas


(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Cengkeh

Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis menyelundupkan tanaman ini dan menanamnya di Madagaskar dan Zanzibar. Dan ternyata tanaman itu tumbuh baik di kedua Negara dan menjadi penghasil cengkeh di dunia disamping Indonesia (Guenther, 1987).

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Cengkeh

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub-Divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyletydoneae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Eugenia

Species : Eugenia aromatic; Syzigium aromaticum 2.1.2 Deskripsi Tanaman

Cengkeh (Syzigium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20-30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang


(13)

mudah patah. Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut (Hapsoh, 2011).

Bunga dan buah Cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta berdandan. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun (Hapsoh, 2011).

2.1.3 Syarat Tumbuh

Tanaman cengkeh tumbuh baik pada daerah antara 20 oLU – 20 o LS. Suhu udara yang cocok untuk tanaman cengkeh adalah 21-35oC dengan ketinggian ideal 200-300 m dpl. Tanaman cengkeh tumbuh dan berproduksi pada dataran rendah, sedangkan pada dataran tinggi tanaman cengkeh lambat bahkan tidak berproduksi sama sekali. Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahari langsung. Di Indonesia, cengkeh cocok ditanam baik didaerah daratan rendah dekat pantai maupun dipegunungan pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Tanaman cengkeh menghendaki kesuburan tanah yang sedang dengan strukutur tanah gembur dan solum tanah dalam serta bedrinase baik, dengan pH 5,5-6,5. Lahan yang dipilih sebaiknya bertopografi miring, agar tidak tergenang (Hapsoh, 2011).


(14)

Tanaman cengkeh juga menghendaki iklim dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun karena tanaman ini tidak tahan terhadap musim kemarau yang terlalu berkepanjangan. Curah hujan yang dikehendaki pada bulan kering berkisar antara 60-80 mm per bulan atau menghendaki bulan-bulan basah selama sembilan bulan dan bulan-bulan kering selama tiga bulan dengan curah hujan berkisar antara 2.000 – 4.000 mm per tahun (Lutony, 2000).

2.2 Minyak Cengkeh

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Diperoleh dari bagian- bagian tertentu tanaman cengkeh, yaitu dari bunga, gagang, atau tangkai bunga dan daun cengkeh. Minyak cengkeh dapat dihasilkan dari ketiga bagian tanaman cengkeh (Lutony, 2000).

Tanaman cengkeh berasal dari Maluku. Sekarang banyak tumbuh di Zanzibar, Tanzania, Amerika latin, Brasil. Bagian tanaman yang dimanfaatkan adalah bunga dan daun. Namun demikian, bunga lebih utama dimanfaatkan karena mengandung minyak atsiri sampai 20% disebut sebagai oleum caryphyllum. Minyak cengkeh, terutama tersusun oleh eugenol, yaitu sampai 95% dari jumlah minyak atsiri keseluruhan (Gunawan, 2010).

Tingkat kemasakan bunga sangat berpengaruh terhadap mutu cengkeh. Saat terbaik untuk panen cengkeh adalah ketika bunga cengkeh tumbuh penuh dan warna dari pangkal bunganya telah berubah dari hijau ke merah muda. Apabila dipanen terlalu awal, bunga cengkeh berkerut dan mengandung eugenol yang rendah setelah pengeringan. Sebaliknya, jika panen terlalu lambat bunga sudah


(15)

terlanjur mekar sehingga setelah dikeringkan diperoleh bunga cengkeh dengan kualitas rendah, tanpa kepala, dan rendemennya rendah (Kardinan, 2005).

Parameter syarat mutu minyak cengkeh dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Parameter Syarat Mutu Minyak Cengkeh SNI 01-3392-1994

No Spesifikasi Satuan Mutu

I II II

1 Ukuran - Rata Rata Rata

2 Warna - Coklat

kehitam-hitaman mengkilap Coklat Kehitam-hitaman Coklat Kehita m-hitaman

3 Bau - Tidak

“ apek”

Tidak “apek”

Tidak “apek” 4 Bahan asing

(bobot/bobot) maks

% 0.5 1.0 1,0

5 Gagang cengkeh (bobot/bobot) maks

% 1,0 3,0 5,0

6 Cengkeh inferior (bobot/bobot) maks

% 2,0 2,0 5,0

7 Cengkeh rusak - Negatif Negatif Negatif

8 Kadar air (bobot/bobot) maks

% 14,0 14,0 14,0

9 Kadar minyak atsiri (bobot/bobot) maks

% 20 18 16

2.2.1 Penentuan Kadar Minyak Atsiri pada Minyak Cengkeh

Penentuan kadar minyak atsirinya dapat dilakukan dengan metode penyulingan air. Dimana simplisia yang digunakan mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Dan minyak akan tertampung di alat destilasi dan dihitung kadarnya.

Minyak bunga cengkeh warnanya coklat, bau aromatik kuat, rasa agak pedas. Tanaman cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri dengan jumlah cukup


(16)

besar, baik dalam bunga (10-20%), tangkai (5-10%) maupun daun (1-4%). Bagian bunga mengandung fixed oil(lemak), resin, tanin, protein, selulosa, 11 pentosan dan mineral dengan minyak atsiri sebagai komponen yang paling banyak kandungan utama minyak atsiri bunga cengkeh adalah eugenol (70-80%) (Guenther, 1987). Kualitas minyak cengkeh dievaluasi dari kandungan fenol, terutama eugenol. Karena minyak cengkeh mengandung beberapa aseteugenol (eugenol asetat), sebagai tambahan kepada eugenol bebas, telah menjadi kebiasaan untuk menyabunkan zat yang tersebut terdahulu dan melaporkan kandungan fenol total sebagai eugenol. Minyak yang baru disuling hampir tidak berwarna sampai kekuningan, cairan yang refraktif kuat, yang semakin menggelap oleh aging atau ketuaan. Bau dan flavornya bersifat tipikal rempah, aromatik tinggi, kuat, dan tahan lama (Guenther,1987).

Spesifikasi minyak atsiri pada bunga cengkeh dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Spesifikasi Minyak Atsiri Bunga Cengkeh Sesuai SNI 06-4267-1996

No Jenis Uji Persyaratan

1 1.1 1.2

Keadaan Warna Bau

Tidak berwarna – kuning muda Khas minyak cengkeh 2 Bobot Jenis 200C/200C 1.030-1.060


(17)

2.2.2 Mutu Minyak Cengkeh

Komponen yang terkandung di dalam minyak cengkeh adalah terpena dan turunannya, sama dengan komponen yang terdapat dalam minyak atsiri lain. Terpena sangatlah penting dalam kegiatan industri. Komponen ini banyak digunakan dalam parfum, flavor, obat-obatan, cat plastik, dan lain sebagainya.

Jenis terpena yang penting dalam minyak cengkeh yaitu eugenol. Menurut Guenther, kadar terpena dalam minyak cengkeh mencapai 70-90%. Terpena yang lainnya, diantaranya berupa eugenol asetat dan caryophylene. Ketiga senyawa terpena tersebut menjadi komponen utama penyusun minyak cengkeh dengan kadar total dapat mencapai 99% dan minyak atsiri yang dikandungnya (Lutony, 2000).

Kandungan minyak atsiri di dalam bunga cengkeh mencapai 21,3% dengan kadar eugenol antara 78-95%. Menurut Gilddemister dan Hoffman, sifat fisik dan kimia minyak bunga cengkeh adalah berat jenis pada 15oC antara 1.0465-1.0681, putaran optic antara 0- (-) 2o30, dan kandungan eugenol antara 79-95 (Lutony, 2000).

2.2.3 Kegunaan Minyak Cengkeh

Pemanfaatan minyak cengkeh cukup luas terutama untuk penggunaan dalam industri makanan, minuman dan rokok kretek. Cengkeh juga dimanfaatkan dalam industri wewangian dan bahan untuk pembuatan vanillin sintetis yang banyak digunakan dalam industri makanan dan minuman. Dan selain industri makanan, minuman, rokok kretek dan wewangian. Cengkeh juga sudah lama digunakan sebagai pengobatan sehari-hari karena minyak cengkeh mempunyai


(18)

efek farmakologi sebagai stimulan, anestetik lokal, karminatif, antiemetik, antiseptik dan antispasmodik (Nurdjannah, 2004).

2.3 Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, dan biji maupun dari bunga dengan beberapa cara penyulingan minyak atsiri (Sastrahamidjojo, 2004).

aetheric oil), minyak esensial

dan minyak aromatik adalah kelompok besar minyak nabati yang berupa cairan kental namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan alami). Sulingan minyak atsiri dikenal sebagai biang minyak wangi. Para ahli menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam mempertahankan ruang hidup (Admin, 2011).

2.3.1 Sifat-sifat Minyak atsiri

Adapun sifat-sifat minyak atsiri diterangkan sebagai berikut.

- Tersusun oleh bermacam- macam komponen senyawa

- Memiliki bau khas. Umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau

minyak atsiri satu dengan yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari macam dan intensitas bau dari masing-masing komponen penyusunnya.


(19)

- Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi

kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di kulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya.

- Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa lain) mudah

menguap pada suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar kertas maka ketika dibiarkan menguap, tidak meninggalkan bekas noda pada benda yang ditempel.

- Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah

menjadi tengik.

- Indeks bias umumnya tinggi.

- Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisari dengan

rotasi yang spesifik karena banyak komponen penyusun yang memiliki atom C asimetrik.

- Pada umumnya tidak dapar bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut

hingga dapat memberikan baunya kepada air walaupun kelarutannya sangat kecil.

- Sangat mudah larut dalam pelarut organik (Gunawan, 2010).

2.3.2 Parameter Minyak Atsiri

Beberapa parameter yang biasanya dijadikan standar untuk mengenali kualitas minyak atsiri meliputi:

2.3.2.1 Bobot Jenis

Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Dari seluruh sifat fisika-kimia, nilai bobot jenis


(20)

sudah sering dicantumkan dalam pustaka. Nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188 pada 15 derajat. Piknometer adalah alat penetapan bobot jenis yang praktis dan tepat digunakan. Bentuk kerucut piknometer bervolume sekitar 10 ml, dilengkapi dengan sebuah termometer dan sebuah kapiler dengan gelas penutup (Guenther, 1987).

2.3.2.2 Indeks Bias

Indeks bias minyak merupakan perbandingan sinus sudut sinar jatuh dan sinus sudut sinar pantul cahaya yang melalui minyak. Pembiasan ini disebabkan karena adanya interaksi antara gaya elektrostatik dan elektromagnetik atom-atom dalam molekul minyak. Pengujian ini dapat digunakan untuk mengetahui kemurnian minyak (Sudarmadji, 1989).

Menurut Guenther, Jika cahaya melewati media kurang padat ke media lebih padat, maka sinar akan membelok atau “membias” dari garis normal. Jika e adalah sudut sinar pantul, dan i sudut sinar datang, maka menurut hukum pembiasan dimana n adalah indeks bias media kurang padat, dan N, indeks bias media lebih padat. Refraktometer adalah alat yang tepat dan cepat untuk menetapkan nilai indeks bias. Dari beberapa tipe refraktometer maka yang dianggap paling baik adalah refraktometer pulfrich dan Abbe (Guenther,1987).

2.3.3 Metode Penyulingan Minyak atsiri

Dalam industri minyak atsiri, penyulingan minyak atsiri dapat dibagi menjadi 3 metode penyulingan antara lain sebagai berikut:


(21)

2.3.3.1Penyulingan Dengan Air

Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan secara langsung. Sejumlah bahan tanaman ada kalanya harus diproses dengan penyulingan air sewaktu terendam dan bergerak bebas dalam air mendidih. Sedangkan bila bahan tersebut diproses dengan penyulingan uap maka akan menyebabkan terjadinya pengumpulan hingga uap tidak menembusnya. Penyulingan air ini tidak ubahnya bahan tanaman direbus secara langsung (Sastrahamidjojo, 2004).

2.3.3.2Penyulingan Dengan Uap dan Air

Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi air sedikit di bawah dimana bahan ditempatkan. Air dipanaskan dengan api seperti pada penyulingan air di atas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya terkena uap, dan tidak terkena air yang mendidih. Kemudian bentuk dan bagian-bagian alat penyulingan ini akan diuraikan (Sastrahamidjojo, 2004).

2.3.3.3Penyulingan Dengan Uap

Cara ketiga dikenal sebagai penyulingan uap atau penyulingan uap langsung dan perangkatnya mirip dengan kedua alat penyuling sebelum hanya saja tidak ada air dibagian bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan atsmosfer dan dihasilkan dari hasil


(22)

penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan (Sastrahamidjojo, 2004).

Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar dari ketiga proses penyulingan. Tetapi bagaimanapun juga dalam prakteknya hasilnya akan berbeda bahkan kadang-kadang perbedaan ini sangat berarti, karena tergantung pada metode yang dipakai dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi selama berlangsungnya penyulingan (Guenther, 1987).


(23)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Minyak atsiri merupakan zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut minyak menguap, minyak eteris, atau minyak esensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Dalam keadaan segar dan murni tanpa pencemar, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap) (Gunawan, 2010).

Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa organik mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alkohol, oksida,ester, aldehida dan eter. Minyak cengkeh termasuk salah satu komponen kimia yang sangat tinggi. Minyak cengkeh (Eugenia aromatica) mengandung senyawa fenol sekitar 85%, terutama eugenol (Agusta, 2000).

Dan untuk melakukan penetapan kadar minyak atsiri pada cengkeh metode destilasi adalah metode yang paling tepat, karena metode ini dapat digunakan untuk bahan yang kebanyakan dapat rusak akibat panas dan kering (Gunawan, 2010).


(24)

Pada penelitian dilakukan pengujian penetapan kadar minyak atsiri pada cengkeh dan pengujian mutu daripada minyak cengkeh berdasarkan SNI 01-3392-1994 dan SNI 06-4267-1996.

1.2Tujuan

- Untuk mengetahui nilai penetapan kadar minyak atsiri pada bunga cengkeh - Untuk mengetahui metode yang sesuai pada penetapan kadar minyak atsiri

cengkeh

1.3Manfaat

Adapun manfaat tugas akhir ini yaitu:

- Untuk menentukan kadar minyak atsiri pada bunga cengkeh - Untuk menentukan mutu minyak atsiri pada bunga cengkeh


(25)

Determination of Essential Oil Content At Clove Abstract

Cloves are the dried flower buds of the clove tree Eugenia drying caryophhyllata (aromaticus caryophyllus L.). Besides containing clove essential oils also contain a chemical compound called eugenol, oleanolat acid, acid galotenat, fenilin, karyofilin, resins, and gums. Smelling essential oil is a substance contained in the plant. This oil is called oil evaporate, etheric oils, or oils asensial because at ordinary temperatures (room temperature) easily evaporate in the open air. The purpose of this study was to determine the levels of essential oil in cloves with water distillation method, so it can be used as a test to determine the quality parameters in UPDT BPSMB Medan.

Clove oil is an essential oil phenols. Retrieved from certain parts of the clove plant, which is of interest, handles, or flower stalk and leaf clovers. Clove oil is often used to eliminate bad breath and to relieve toothache. Determination of the oil clove is 20,2587%. Do also testing the quality of cloves with a few parameters, namely the specific gravity value of 1.04134 which indicates that the specific gravity values that are tested to meet syaratSNI cloves 01-3392-1994, while the refractive index with a value of 1,551 SNI 01-3392-1994 ineligible because the value of the refractive index is affected by the presence of water in the clove oil content. The more water content, the smaller the value of refractive index. This is due to the nature of water is easy to refract incoming light


(26)

Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Cengkeh Abstrak

Cengkeh adalah kuncup bunga yang dikeringkan dengan penjemuran dari pohon cengkeh Eugenia caryophhyllata (Caryophyllus aromaticus L.). Bunga cengkeh selain mengandung minyak atsiri juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol, asam oleanolat, asam galotenat, fenilin, karyofilin, resin, dan gom. Minyak atsiri merupakan zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut minyak menguap, minyak eteris, atau minyak asensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar minyak atsiri pada cengkeh dengan metode destilasi air, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu parameter uji untuk menentukan mutunya di UPDT BPSMB Medan.

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Diperoleh dari bagian-bagian tertentu tanaman cengkeh, yaitu dari bunga, gagang, atau tangkai bunga dan daun cengkeh. Minyak cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau napas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Kadar minyak cengkeh yang diperoleh dari pengujian adalah 20,2857%. Dilakukan juga pengujian mutu cengkeh dengan beberapa parameter yaitu bobot jenis dengan nilai 1.04134 dimana nilai bobot jenis menunjukkan bahwa cengkeh yang diuji memenuhi syaratSNI 01-3392-1994, sedangkan indeks biasnya dengan nilai 1,551 tidak memenuhi syarat SNI 01-3392-1994 karena nilai indeks bias dipengaruhi dengan adanya air dalam kandungan minyak cengkeh tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indeks biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang.


(27)

PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI PADA CENGKEH

TUGAS AKHIR OLEH:

CHARLA CHRISTINA NIM 102410004

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(28)

(29)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan Anugerah dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menempuh perjalanan dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Tugas Akhir ini berjudul “Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Cengkeh”. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini, ternyata tidaklah semuda yang dibayangkan sebelumnya. Namun berkat dorongan, semangat dan dukungan dari berbagai pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga terselesaikannya tugas akhir ini. Khususnya dorongan dari kedua orang tua penulis baik moril maupun materil serta doa dan yang mempunyai peran sebagai Inspirator dan pemacu semangat penulis agar tidak pernah berhenti untuk menempuh cita-cita yang diharapkan.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Sumadio Hadisahputra,Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan nasehat serta perhatiannya hingga selesainya Tugas Akhir ini.


(30)

2. Bapak Prof.Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi Diploma-III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Seluruh dosen/staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Darwati, beserta Koordinator dan staf Laboratorium Unit Pelayanan

Teknis Daerah Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPTD BPSMB) Medanyang telah memberi fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

5. Seluruh teman-teman kuliah angkatan 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

Sebagai seorang manusia dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dikuasai, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih sangat jauh dari sempurna sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun, oleh karena itu penulis menerima dengan senang hati bagi yang ingin menyumbangkan masukan dan kritik demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca.

Medan, Mei 2011

CHARLA CHRISTINA NIM 102410004


(31)

Determination of Essential Oil Content At Clove Abstract

Cloves are the dried flower buds of the clove tree Eugenia drying caryophhyllata (aromaticus caryophyllus L.). Besides containing clove essential oils also contain a chemical compound called eugenol, oleanolat acid, acid galotenat, fenilin, karyofilin, resins, and gums. Smelling essential oil is a substance contained in the plant. This oil is called oil evaporate, etheric oils, or oils asensial because at ordinary temperatures (room temperature) easily evaporate in the open air. The purpose of this study was to determine the levels of essential oil in cloves with water distillation method, so it can be used as a test to determine the quality parameters in UPDT BPSMB Medan.

Clove oil is an essential oil phenols. Retrieved from certain parts of the clove plant, which is of interest, handles, or flower stalk and leaf clovers. Clove oil is often used to eliminate bad breath and to relieve toothache. Determination of the oil clove is 20,2587%. Do also testing the quality of cloves with a few parameters, namely the specific gravity value of 1.04134 which indicates that the specific gravity values that are tested to meet syaratSNI cloves 01-3392-1994, while the refractive index with a value of 1,551 SNI 01-3392-1994 ineligible because the value of the refractive index is affected by the presence of water in the clove oil content. The more water content, the smaller the value of refractive index. This is due to the nature of water is easy to refract incoming light


(32)

Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Cengkeh Abstrak

Cengkeh adalah kuncup bunga yang dikeringkan dengan penjemuran dari pohon cengkeh Eugenia caryophhyllata (Caryophyllus aromaticus L.). Bunga cengkeh selain mengandung minyak atsiri juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol, asam oleanolat, asam galotenat, fenilin, karyofilin, resin, dan gom. Minyak atsiri merupakan zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut minyak menguap, minyak eteris, atau minyak asensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar minyak atsiri pada cengkeh dengan metode destilasi air, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu parameter uji untuk menentukan mutunya di UPDT BPSMB Medan.

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Diperoleh dari bagian-bagian tertentu tanaman cengkeh, yaitu dari bunga, gagang, atau tangkai bunga dan daun cengkeh. Minyak cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau napas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Kadar minyak cengkeh yang diperoleh dari pengujian adalah 20,2857%. Dilakukan juga pengujian mutu cengkeh dengan beberapa parameter yaitu bobot jenis dengan nilai 1.04134 dimana nilai bobot jenis menunjukkan bahwa cengkeh yang diuji memenuhi syaratSNI 01-3392-1994, sedangkan indeks biasnya dengan nilai 1,551 tidak memenuhi syarat SNI 01-3392-1994 karena nilai indeks bias dipengaruhi dengan adanya air dalam kandungan minyak cengkeh tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indeks biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang.


(33)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Abstrak ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Dan Manfaat ... 2

1.2.1 Tujuan... 2

1.2.2 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Tanaman Cengkeh ... 3

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Cengkeh ... 3

2.1.2 Deskripsi Tanaman ... 3

2.1.3 Syarat Tumbuh ... 4

2.2 Minyak Cengkeh ... 5

2.2.1 Kadar Minyak Atsiri pada Minyak Cengkeh ... 6


(34)

2.2.3 Kegunaan Minyak Cengkeh ... 8

2.3 Minyak Atsiri ... 9

2.3.1 Sifat-sifat Minyak Atsiri ... 9

2.3.2 Parameter Minyak Atsiri ... 10

2.3.2.1 Berat Jenis ... 10

2.3.2.2 Indeks Bias ... 11

2.3.3 Metode Penyulingan Minyak Atsiri ... 11

2.3.3.1 Penyulingan Dengan Air ... 12

2.3.3.2 Penyulingan Dengan Air Dan Uap ... 12

2.3.3.3 Penyulingan Dengan Uap ... 12

BAB III METODE PENGUJIAN ... 14

3.1 Penentuan Kadar Minyak Atsiri pada Cengkeh ... 14

3.1.1 Peralatan Dan Bahan ... 14

3.1.2 Prosedur Pengujian ... 14

3.2 Penentuan Indeks Bias Minyak Cengkeh ... 15

3.2.1 Peralatan Dan Bahan ... 15

3.2.2 Prosedur Pengujian ... 16

3.3 Penentuan Bobot Jenis Minyak Cengkeh ... 16

3.3.1 Peralatan Dan Bahan ... 16

3.3.2 Prosedur Pengujian ... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1 Hasil ... 18


(35)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

5.1 Kesimpulan ... 20

5.2 Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21


(36)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Parameter Syarat Mutu Minyak Cengkeh ... 6

Tabel 2 Spesifikasi Minyak Atsiri Bunga Cengkeh ... 7

Tabel 3 Hasil Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Cengkeh ... 18


(37)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Data Penetapan dan Perhitungan Kadar Minyak Atsiri

Pada Cengkeh ... 22 Lampiran 2 Penentuan Indeks Bias ... 22 Lampiran 3 Penentuan Bobot Jenis ... 23


(1)

Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Cengkeh Abstrak

Cengkeh adalah kuncup bunga yang dikeringkan dengan penjemuran dari pohon cengkeh Eugenia caryophhyllata (Caryophyllus aromaticus L.). Bunga cengkeh selain mengandung minyak atsiri juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol, asam oleanolat, asam galotenat, fenilin, karyofilin, resin, dan gom. Minyak atsiri merupakan zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut minyak menguap, minyak eteris, atau minyak asensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar minyak atsiri pada cengkeh dengan metode destilasi air, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu parameter uji untuk menentukan mutunya di UPDT BPSMB Medan.

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Diperoleh dari bagian-bagian tertentu tanaman cengkeh, yaitu dari bunga, gagang, atau tangkai bunga dan daun cengkeh. Minyak cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau napas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Kadar minyak cengkeh yang diperoleh dari pengujian adalah 20,2857%. Dilakukan juga pengujian mutu cengkeh dengan beberapa parameter yaitu bobot jenis dengan nilai 1.04134 dimana nilai bobot jenis menunjukkan bahwa cengkeh yang diuji memenuhi syaratSNI 01-3392-1994, sedangkan indeks biasnya dengan nilai 1,551 tidak memenuhi syarat SNI 01-3392-1994 karena nilai indeks bias dipengaruhi dengan adanya air dalam kandungan minyak cengkeh tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indeks biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang.


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Abstrak ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Dan Manfaat ... 2

1.2.1 Tujuan... 2

1.2.2 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Tanaman Cengkeh ... 3

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Cengkeh ... 3

2.1.2 Deskripsi Tanaman ... 3

2.1.3 Syarat Tumbuh ... 4

2.2 Minyak Cengkeh ... 5

2.2.1 Kadar Minyak Atsiri pada Minyak Cengkeh ... 6


(3)

2.2.3 Kegunaan Minyak Cengkeh ... 8

2.3 Minyak Atsiri ... 9

2.3.1 Sifat-sifat Minyak Atsiri ... 9

2.3.2 Parameter Minyak Atsiri ... 10

2.3.2.1 Berat Jenis ... 10

2.3.2.2 Indeks Bias ... 11

2.3.3 Metode Penyulingan Minyak Atsiri ... 11

2.3.3.1 Penyulingan Dengan Air ... 12

2.3.3.2 Penyulingan Dengan Air Dan Uap ... 12

2.3.3.3 Penyulingan Dengan Uap ... 12

BAB III METODE PENGUJIAN ... 14

3.1 Penentuan Kadar Minyak Atsiri pada Cengkeh ... 14

3.1.1 Peralatan Dan Bahan ... 14

3.1.2 Prosedur Pengujian ... 14

3.2 Penentuan Indeks Bias Minyak Cengkeh ... 15

3.2.1 Peralatan Dan Bahan ... 15

3.2.2 Prosedur Pengujian ... 16

3.3 Penentuan Bobot Jenis Minyak Cengkeh ... 16

3.3.1 Peralatan Dan Bahan ... 16

3.3.2 Prosedur Pengujian ... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1 Hasil ... 18


(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

5.1 Kesimpulan ... 20

5.2 Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Parameter Syarat Mutu Minyak Cengkeh ... 6

Tabel 2 Spesifikasi Minyak Atsiri Bunga Cengkeh ... 7

Tabel 3 Hasil Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Cengkeh ... 18


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Data Penetapan dan Perhitungan Kadar Minyak Atsiri

Pada Cengkeh ... 22 Lampiran 2 Penentuan Indeks Bias ... 22 Lampiran 3 Penentuan Bobot Jenis ... 23