Temperatur Air Penetrasi Cahaya

3.2 Parameter Abiotik

Berdasarkan penelitiaan yang telah dilakukan diperoleh rata-rata nilai faktor fisik- kimia pada setiap stasiun penelitian seperti pada tabel berikut: Tabel 3.6 Rata-rata Nilai Faktor Fisik Kimia yang Diperoleh pada Setiap Stasiun Penelitian di Pantai Biru Indah Kecamatan Sibiru-biru Kabupaten Deli Serdang. Keterangan: Stasiun 1: Daerah Alami atau Kontrol Stasiun 2: Daerah Pariwisata dan Pemukiman penduduk Stasiun 3: Daerah Pertambakan ikan Persawahan Stasiun 4: Daerah Pengerukan Pasir

3.2.1 Temperatur Air

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa temperatur air pada keempat stasiun penelitian berkisar 24 – 27°C, dengan temperatur tertinggi terdapat pada stasiun IV Lokasi pengerukan pasir sebesar 27°C dan terendah pada stasiun I Daerah alami atau control sebesar 24°C. Tingginya suhu pada stasiun IV disebabkan karena stasiun ini merupakan lokasi pengerukan pasir yang menggunakan mesin pengeruk, dimana sisa air yang digunakan dalam proses pengerukan tersebut mengalir ke badan sungai serta proses pengerukan itu menyebabkan penggundulan Daerah Aliran Sungai DAS, sehingga akibat dari aktifitas tersebut dapat menyebabkan meningkatnya suhu di perairan tersebut. NO Parameter Satuan Stasiun 1 2 3 4 1 Temperatur Air °C 24 26 26 27 2 Penetrasi Cahaya M 0,75 1 0,9 0,8 3 Intensitas Cahaya Candela 524 635 247 40 4 pH Air - 8,2 7,9 7,8 7,9 5 Kecepatan Arus ms 1 1,3 1,1 2,6 6 DO mgl 8 7,6 7,3 7 7 Kejenuhan Oksigen 96,96 95,11 91,36 89,05 8 BOD 5 mgl 0,2 0,5 0,5 1,2 9 Kandungan Organik Substrat 0,8146 1,1372 3,3486 5,2617 10 Substrat Dasar - Batu besar Batu besar Batu besar Batu kecil Menurut Odum 1998, temperatur ekosistem akuatik selain dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggian geografis juga oleh faktor kanopi penutupan vegetasi dari pepohonan yang tumbuh ditepi. Selanjutnya Brehm Meijering 1990 dalam Barus 2004 menyatakan bahwa suhu perairan dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti pembuangan limbah dan penggundulan DAS Daerah Aliran Sungai yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air langsung terkena cahaya matahari secara langsung.

3.2.2 Penetrasi Cahaya

Penetrasi cahaya dari keempat stasiun penelitian berkisar 0,75-1 m. Penetrasi cahaya tertinggi terdapat pada stasiun II Lokasi Pariwisata dan Pemukiman Penduduk sebesar 1 m dan penetrasi cahaya terendah terdapat pada stasiun I Daerah alami atau control sebesar 0,75. Sastrawijaya 1991 menjelaskan, cahaya matahari tidak dapat menembus dasar perairan jika konsentrasi bahan tersuspensi atau terlarut tinggi, akibatnya akan mempengaruhi proses fotosintesis di dalam perairan tersebut. Selain itu, kekeruhan air terjadi disebabkan adanya zat-zat koloid yaitu zat yang terapung serta zat yang terurai secara halus sekali, jasad-jasad renik, lumpur tanah liat dan adanya zat-zat koloid yang tidak mengendap dengan segera Mahadi, 1993. Pengaruh utama dari kekeruhan air adalah penurunan penetrasi cahaya secara mencolok, sehingga menurunkan aktivitas fotosintesis fitoplankton dan alga dan akan menurunkan aktivitas perairan Koesbiono, 1979.

3.2.3 Intensitas Cahaya