Kejenuhan Oksigen BOD PENDAHULUAN

kelangsungan hidup organisme akuatik dan untuk berlangsungnya proses kimia yang terjadi di dalam perairan Asdak, 1995.

3.2.7 Kejenuhan Oksigen

Nilai Kejenuhan oksigen yang diperoleh dari keempat stasiun penelitian berkisar 89,05 - 96,96. Nilai Kejenuhan oksigen tertinggi terdapat pada stasiun I Daerah alami atau kontrol sebesar 96,96 dan terendah pada stasiun IV Lokasi pengerukan pasir sebesar 89,05. Tingginya kejenuhan oksigen pada stasiun I berkaitan dengan tingginya nilai DO pada stasiun tersebut, dimana suhu pada stasiun tersebut sebesar 24 C. hal ini menunjukkan defisit oksigen pada stasiun tersebut sedikit. Dan rendahnya kejenuhan oksigen pada stasiun IV disebabkan karena pengaruh dari pembuangan limbah pengerukan pasir, sehingga akan mengakibatkan konsumsi oksigen meningkat dan defisit oksigen juga meningkat. Dari nilai kejenuhan yang diperoleh pada masing-masing stasiun terlihat bahwa stasiun I kondisinya lebih baik dibandingkan tiga stasiun lainnya. Dari nilai kejenuhan terlihat bahwa stasiun I mempunyai defisit oksigen yang sedikit, sehingga dapat kita simpulkan bahwa kondisinya lebih baik dibandingkan dengan tiga stasiun lainnya. Hal ini juga di dukung dengan pernyataan Barus 2004, hlm: 60 yang menyatakan bahwa kehadiran senyawa organik akan menyebabkan terjadinya proses penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisme dan berlangsung secara aerob, artinya membutuhkan oksigen. Oleh sebab itu jika di dalam suatu lingkungan perairan, jumlah kehadiran senyawa organik tinggi, maka mikroorganisme membutuhkan oksigen dalam jumlah yang lebih banyak dan hal ini akan mangakibatkan defisit oksigen bagi lingkungan perairan tersebut dan dengan kata lain bahwa di lingkungan tersebut sudah terdapat senyawa organik pencemar yang dapat diketahui dari defisitnya niai oksigen pada perairan tersebut.

3.2.8 BOD

5 Biologycal Oxygen Demand Nilai BOD 5 pada keempat stasiun penelitian berkisar 0,2-1,2 mgl. BOD 5 tertinggi terdapat pada stasiun IV Lokasi pengerukan pasir sebesar 1,2 mgl dan terendah pada stasiun I Daerah alami atau control sebesar 0,2 mgl. Adanya perbedaan nilai BOD 5 disetiap stasiun penelitian disebabkan oleh perbedaan jumlah bahan organik yang berbeda-beda pada masing-masing stasiun tersebut yang berhubungan dengan defisit oksigen karena oksigen tersebut dipakai oleh mikroorganisme dalam proses penguraian bahan organik. Tingginya nilai BOD 5 pada stasiun IV Lokasi pengerukan pasir diakibatkan oleh banyaknya pencemaran organik pada lokasi tersebut sedangkan pada stasiun I yang merupakan lokasi bebas aktivitas kontrol nilai BOD 5 lebih rendah yaitu sebesar 0,2 mgl. Hal ini karena pada lokasi tersebut tidak ada pencemaran organik sehingga kondisi perairan di stasiun ini masih dapat ditolerir oleh Mikroorganisme. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Manahan 1984 dalam Wargadinata 1995, hlm: 36, nilai BOD 5 menunjukkan bahwa terjadi pencemaran organik di dalam suatu perairan. Menurut Brower et al 1990, bahwa apabila konsumsi oksigen selama 5 hari berkisar 5 mgl O 2 , maka perairan tersebut tergolong baik. Sebaliknya apabila konsumsi oksigen antara 10-20 mgl O 2 menunjukkan bahwa tingkat pencemaran oleh senyawa organic tinggi. Selanjutnya Wardhana 1995 mengatakan bahwa peristiwa penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam lingkungan adalah proses alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup.

3.2.9 Kandungan Organik Substrat