Umum Panas Pada Generator Induksi Saat Pembebanan (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT – USU)

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR MISG

II.1 Umum

Motor induksi tiga phasa merupakan motor yang banyak digunakan baik di industri rumah tangga maupun industri skala besar. Hal ini dikarenakan konstruksi motor induksi yang kuat, murah, sederhana serta tidak membutuhkan perawatan yang sangat banyak. Secara umum konstruksi motor induksi sama dengan generator induksi, hanya saja generator induksi memerlukan adanya prime mover sebagai penggerak mula. Oleh karena itu motor induksi tiga phasa dapat dioperasikan sebagai generator dengan cara memutar rotor pada kecepatan di atas kecepatan medan putar, sehingga menghasikan slip s negatif. Untuk menjadikan motor induksi sebagai generator maka mesin ini membutuhkan daya reaktif untuk membangkitkan arus eksitasi. Dengan cara ini maka motor listrik tiga phasa dapat dioperasikan sebagai generator. Motor induksi sebagai generator banyak diterapkan pada Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro PLTMh yang bekerja secara sendiri. Mesin ini dipilih sebagai alternatif pembangkit tenaga listrik karena tidak banyak membutuhkan perawatan seperti mesin sinkron dan tidak membutuhkan bahan bakar pada saat diaplikasikan di lapangan, tapi cukup bergantung pada sumber energi terbarukan seperti air, angin, dan lain – lain sebagai prime over penggerak mula. Universitas Sumatera Utara

II.1.1 Konstruksi Motor Induksi Tiga Phasa

Secara umum motor induksi terdiri dari rotor dan stator. Rotor merupakan bagian yang bergerak, sedangkan stator bagian yang diam. Diantara stator dengan rotor ada celah udara yang jaraknya sangat kecil. Konstruksi motor induksi dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Penampang rotor dan stator motor induksi Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan bagian yang diam dan mengalirkan arus phasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi inti yang memiliki alur yang menjadi tempat kumparan dililitkan yang berbentuk silindris. Alur pada tumpukan laminasi inti diisolasi dengan kertas Gambar 2.2.b. Tiap elemen laminasi inti dibentuk dari lembaran besi Gambar 2.2 a. Tiap lembaran besi tersebut memiliki beberapa alur dan beberapa lubang pengikat untuk menyatukan inti. Tiap kumparan tersebar dalam alur yang disebut belitan phasa dimana untuk motor tiga phasa, belitan tersebut terpisah secara listrik sebesar 120 o . Kawat kumparan yang digunakan terbuat dari tembaga yang dilapis dengan isolasi tipis. Kemudian tumpukan inti dan belitan stator diletakkan dalam cangkang silindris Gambar 2.2.c. Berikut ini contoh lempengan laminasi inti, Universitas Sumatera Utara lempengan inti yang telah disatukan, belitan stator yang telah dilekatkan pada cangkang luar untuk motor induksi tiga phasa. c Gambar 2.2 Menggambarkan komponen stator motor induksi tiga phasa, a Lempengan inti, b Tumpukan inti dengan kertas isolasi pada beberapa alurnya. c Tumpukan inti dan kumparan dalam cangkang stator. Rotor motor induksi tiga phasa dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu rotor sangkar squirrel cage rotor dan rotor belitan wound rotor. Rotor sangkar terdiri dari susunan batang konduktor yang dibentangkan ke dalam slot – slot yang terdapat a b c Universitas Sumatera Utara pada permukaan rotor dan tiap – tiap ujungnya dihubung singkat dengan menggunakan shorting rings. a b Gambar 2.3 a Rotor motor induksi b Konstruksi motor induksi rotor sangkar Sementara itu pada rotor belitan, rotornya dibentuk dari satu set belitan tiga phasa yang merupakan bayangan dari belitan statornya. Biasanya belitan tiga phasa dari rotor ini terhubung Y dan kemudian tiap-tiap ujung dari tiga kawat rotor tersebut diikatkan pada slip ring yang berada pada poros rotor. Pada motor induksi rotor belitan, rangkaian rotornya dirancang untuk dapat disisipkan dengan tahanan eksternal, yang mana hal ini akan memberikan keuntungan dalam memodifikasi karakteristik torsi – kecepatan dari motor. a b Gambar 2.4 a Rotor belitan b Motor induksi rotor belitan Universitas Sumatera Utara

II.1.2 Slip

Slip adalah nilai suatu dari perbedaan antara frekuensi listrik rotasi dari medan magnet internal dengan frekuensi gerak rotasi dari rotor pada mesin listrik. Selisih antara kecepatan rotor dengan kecepatan medan putar stator disebut slip s. Slip dapat dinyatakan dalam putaran setiap menit, tetapi lebih umum dinyatakan sebagai persen dari kecepatan sinkron. Slip s = s r s n n n − x 100 ............................................ 2. 1 dimana: n r = kecepatan rotor n s = kecepatan medan putar stator Apabila n r n s , 0 s 1, kecepatan dibawah sinkron akan menghasilkan kopel, rotor dijalankan dengan mempercepat rotasi medan magnet, tenaga listrik diubah ke tenaga gerak daerah motor. Bila n r = n s, s = 0 , tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada belitan rotor, sehingga tidak akan dihasilkan kopel. Bila n r n s , s 0 , kecepatan di atas sinkron, rotor dipaksa berputar lebih cepat daripada medan magnet. Tenaga gerak diubah ke tenaga listrik daerah generator. s = 1, rotor ditahan, tidak ada transfer tenaga. s 1, kecepatan terbalik, rotor dipaksa bekerja melawan medan magnet daerah pengereman . Universitas Sumatera Utara

II.1.3 Medan Putar

Perputaran motor pada mesin arus bolak – balik ditimbulkan oleh adanya medan putar fluks yang berputar yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak, umumnya fasa 3. Hubungan dapat berupa hubungan bintang atau delta. Misalkan kumparan a – a; b – b; c – c dihubungkan 3 fasa, dengan beda fasa masing – masing 120 gambar 2.5a dan dialiri arus sinusoid. Distribusi arus i a , i b , i c sebagai fungsi waktu adalah seperti gambar 2.5b. Pada keadaan t 1 , t 2 , t 3 , dan t 4 , fluks resultan yang ditimbulkan oleh kumparan tersebut masing – masing adalah seperti gambar 2.6c, d, e, dan f. Pada t 1 fluks resultan mempunyai arah sama dengan arah fluks yang dihasilkan oleh kumparan a – a; sedangkan pada t 2 , fluks resultannya mempunyai arah sama dengan arah fluks yang dihasilakan oleh kumparan c – c; dan untuk t 3 fluks resultan mempunyai arah sama dengan fluks yang dihasilkan oleh kumparan b – b. Untuk t 4 , fluks resultannya berlawanan arah dengan fluks resultan yang dihasilkan pada saat t 1 keterangan ini akan lebih jelas pada analisa vektor. Gambar 2.5 a Diagram phasor fluksi tiga phasa b Arus tiga phasa seimbang Universitas Sumatera Utara b Arus tiga phasa setimbang Gambar 2.6 Medan putar pada motor induksi tiga phasa Dari gambar c, d ,e, dan f tersebut terlihat fluks resultan ini akan berputar satu kali. Oleh karena itu untuk mesin dengan jumlah kutub lebih dari dua, kecepatan sinkron dapat diturunkan sebagai berikut : n s = p f . 120 ................................................................ 2. 2 f = frekuensi jala-jala p = jumlah kutub

II.1.4 Prinsip Kerja Motor Induksi

Prinsip kerja dari motor induksi tiga fasa sehingga terjadi putaran pada rotor motor adalah sebagai berikut :  Jika kumparan stator diberi tegangan tiga fasa, maka akan terjadi medan putar dengan kecepatan sinkron n s .  Medan putar stator tersebut akan mengimbas pada penghantar yang ada pada rotor batang konduktor rotor, sehingga pada rotor timbul tegangan induksi. Universitas Sumatera Utara E 2s = 4,44. f . n s . Φm ….................................................... 2. 3 Dimana : E 2s = tegangan induksi pada saat rotor berputar Volt f = frekuensi arus rotor Hertz Φm = fluks magnetik Weber  Tegangan yang terjadi pada rotor menyebabkan timbulnya arus pada penghantar rotor.  Selanjutnya arus pada medan magnet menimbulkan gaya F pada rotor.  Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untuk menanggung kopel beban, maka rotor akan berputar searah dengan medan putar stator.  Agar timbul tegangan induksi, maka harus ada perbedaan relatif antara kecepatan medan putar n s dengan kecepatan putaran rotor n r . Perbedaan antara n s dan n r yang disebut slip s.  Jika n s = n r maka tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada kumparan jangkar rotor sehingga tidak dihasilkan kopel. Kopel pada motor akan timbul, jika n s n r .

II.1.5 Frekuensi Rotor

Pada waktu start motor dimana s = 100 maka frekuensi arus pada rotor sama seperti frekuensi masukan sumber. Tetapi ketika rotor akan berputar, maka frekuensi rotor akan bergantung kepada kecepatan relatif atau bergantung terhadap besarnya slip. Untuk besar slip tertentu, maka frekuensi rotor sebesar f’ yaitu, Universitas Sumatera Utara n s – n r = P f 120 , diketahui bahwa n s = p f 120 …………….………….... 2.4 Dengan membagikan dengan salah satu, maka didapatkan : f f = ns nr ns − = s ……………………………..………… 2.5 Maka f’ = sf Hz ……………………….………………..…. 2.6 Telah diketahui bahwa arus rotor bergantung terhadap frekuensi rotor f’ = sf dan ketika arus ini mengalir pada masing – masing phasa di belitan rotor, akan memberikan reaksi medan magnet. Biasanya medan magnet pada rotor akan menghasilkan medan magnet yang berputar yang besarnya bergantung atau relatif terhadap putaran rotor sebesar sn s . Pada keadaan tertentu, arus rotor dan arus stator menghasilkan distribusi medan magnet yang sinusoidal dimana medan magnet ini memiliki magnitud yang konstan dan kecepatan medan putar n s yang konstan. Kedua hal ini merupakan medan magnetik yang berputar secara sinkron. Kenyataannya tidak seperti ini karena pada stator akan ada arus magnetisasi pada belitannya.

II.1.6 Efisiensi

Sama halnya dengan mesin – mesin listrik yang lain, pada motor induksi sebagai generator rugi – rugi terdiri dari rugi – rugi tetap dan rugi – rugi variabel. Pada kondisi beban nol daya outputnya sama dengan nol, sehingga efisiensi bernilai nol. Apabila motor induksi berbeban ringan, maka rugi – rugi tetap akan lebih besar Universitas Sumatera Utara jika dibandingkan terhadap outputnya, sehingga efisiensi rendah. Jika beban meningkat, maka efisiensinya juga akan meningkat dan akan menjadi maksimum sewaktu rugi – rugi variabel sama dengan rugi – rugi inti. Efisiensi maksimum terjadi saat 80 hingga 95 persen dari rated output. Jika beban ditingkatkan secara terus – menerus hingga melampaui efisiensi maksimumnya rugi – rugi beban akan meningkat dengan sangat cepat daripada outputnya, sehingga efisiensi menurun.

II.2 Disain Motor Induksi Tiga Phasa

Dokumen yang terkait

Analisis Performa Generator Induksi Penguatan Sendiri Tiga Phasa Pada Kondisi Steady State (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

3 39 103

Studi Pemakaian Kapasitor Untuk Menjalankan Motor Induksi Tiga Fasa Pada Sistem Satu Fasa (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

0 67 108

Analisis Perhitungan Panas Motor DC SHUNT Pada Saat Start Dan Pengereman ( Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU ).

0 30 75

Analisis Karakteristik Berbeban Motor Induksi Satu Phasa Kapasitor Start ( Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT – USU )

7 80 72

Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan Dengan Injeksi Tegangan Pada Rotor(Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

4 61 81

Analisis Perbandingan Efisiensi Transformator Tiga Fasa Hubungan Delta Dan Hubungan Open-Delta (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

6 70 64

Pengaruh Pembebanan Terhadap Frekuensi Pada Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Kompensasi Tegangan Menggunakan Kapasitor ( Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU )

0 48 67

Analisis Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri Tanpa Menggunakan Kapasitor Kompensasi Dan Dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

5 42 79

Aplikasi Termoelektrik Generator Sebagai Sumber Energi Listrik Dengan Lensa Fresnel Sebagai Kolektor Panas Matahari

37 174 94

Analisis Pengaruh Jatuh Tegangan Terhadap Kinerja Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

3 25 69