Aluvium Qal : merupakan endapan asal sungai, danau, rawa dan pantai, Tufa Kristalin QTt; satuan batuan ini dicirikan oleh sifat pejal dan Filit pTps; berwarna kemerahan sedikit sekisan, pada beberapa tempat

28 Tabel 7. Kondisi topografi daerah penelitian Luas No Bentuk Wilayah Kelas Lereng Klasifikasi ha 1. Datar - Berombak 0-8 Datar 1.572,0 25,0 2. Bergelombang 8-15 Landai 433,4 7,0 3. Berbukit 15-25 Agak Curam 930,7 15,0 4. Bergunung 25-40 Curam 2.168,0 35,0 5. Bergunung 40 Sangat Curam 1.116,0 18,0 Geologi Kawasan Teluk Bungus Berdasarkan Peta Geologi lembar Muara Siberut edisi 1 yang diterbitkan oleh Marine Coastal Resources Management Project 2004, batuan penyusun daerah penelitian adalah:

1. Aluvium Qal : merupakan endapan asal sungai, danau, rawa dan pantai,

terdiri dari material berukuran kerakal, kerikil, pasir, lanau sampai liat. Endapan sungai meliputi: endapan limbah banjir, teras sungai, poin bar, dan endapan dasar sungai.

2. Tufa Kristalin QTt; satuan batuan ini dicirikan oleh sifat pejal dan

tersemenkan dengan baik, berwarna kelabu muda, dengan masa dasar serabut gelas dan frakmen kwarsa plagioklas. Keberadaan satuan batuan ini di daerah penyelidikan berupa perbukitan yang cukup terjal dan umumnya telah tersesarkan.

3. Filit pTps; berwarna kemerahan sedikit sekisan, pada beberapa tempat

menunjukkan laminasi. Batuan lanauan bergradasi ke batupasir meta lunak yang sebagian besar terdiri dari butir-butir kuarsa dalam masa dasar liat. 29 Gambar 6. Singkapan batuan vulkanik yang termasuk dalam Formasi Tufa Kristalin QTt di daerah penelitian Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, ciri-ciri fisik batuan yang terdapat di daerah penelitian berwarna abu-abu hingga kehitaman, memiliki sifat resistensi sangat tinggi, pejal, memiliki kelerengan sangat terjal Gambar 6. Peta geologi daerah penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3. Satuan Lahan dan Tanah Informasi mengenai satuan lahan dan tanah di daerah penelitian berpedoman pada Peta Satuan Lahan dan Tanah lembar Painan skala 1: 250.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat 1990. Satuan lahan di daerah penelitian terdiri lima 5 satuan lahan, yaitu: 1 grup pegunungan dan plato Mab.2.3.3, 2 grup pegunungan Mad.2.2.3, 3 grup perbukitan Had.1.3.3, 4 grup aluvial Aub.2.1, dan 5 grup marin Bfq.1.1. Luas satuan lahan dan jenis tanah disajikan pada Tabel 8. Peta Satuan Lahan dan Tanah di Kawasan Teluk Bungus dapat dilihat pada Lampiran 1. 30 Tabel 8. Satuan Lahan dan Tanah yang terdapat di Kawasan Teluk Bungus Luas No Satuan Lahan Bentuk Wilayah Kemiringan Lereng Jenis Tanah ha 1. Grup pegunungan dan plato Mab.2.3.3 Bergunung 75 Dystransdepts D, Hapludults M, Troporthents T 3.222,0 52,0 2. Grup pegunungan Mad.2.2.3 Bergunung 25 – 75 Dystropepts D, Hapludults F, Troporthents T 635,0 10,0 3. Grup perbukitan Had.1.3.3 Berbukit 25 Dystropepts D, Humitropepts F, Troporthents T 1.121,0 18,0 4. Grup aluvial Aub.2.1 Datar 3 Humitropepts D, Tropaquepts F 706,0 11,0 5. Grup marin Bfq.1.1 Datar 3 Tropopsaments D, sulfaquents F 533,0 9,0 Keterangan: D : dominant 50-75, F : fair 25-50, M : minor 10-25, T : Trace 10 Karakteristik dan jenis tanah penyusun dari setiap grup satuan lahan sebagai berikut: 1. Grup pegunungan dan plato Mab.2.3.3; pegunungan tuf intermedier dan lava intermedier sampai basis, lereng sangat curam sekali 75 , sangat teroreh, dystrandepts D, hapludults M, dan troporthents T. 2. Grup pegunungan Mad.2.2.3; pegunungan tuf intermedier dan masam, lereng curam sampai sangat curam 25-75 , sangat teroreh, dystropepts D, hapludults F, dan Troporthents T. 3. Grup perbukitan Had.1.3.3; perbukitan kecil dan perbukitan dengan pola random, lereng curam sampai sangat curam 25 , sangat teroreh, dystropepts D, humitropepts F, dan troporthents T. 4. Grup aluvial Aub.2.1; kipas aluvial dan aluvial, sedimen tuf intermedier, datar, lereng 3 , agak teroreh, humitropepts D, tropaquepts F. 31 5. Grup marin Bfq.1.1; kompleks beting pantai muda berselang seling dengan cekungan sedimen halus dan kasar, tropopsamments D, dan sulfaquents F. Gambar 7. Profil tanah yang terdapat di daerah penelitian Hasil pengamatan lapangan pada lima titik terhadap profil tanah di daerah penelitian secara umum menunjukkan adanya keseragaman ciri-ciri fisik dan secara umum perkembangan tanah di daerah penelitian termasuk dalam tanah muda, horison tanahnya tipis. Sifat-sifat fisik secara umum tanah yang terdapat di daerah penelitian adalah: berwarna coklat kemerahan – coklat kehitaman, tekstur lempung berliat, struktur granular, drainase sedang-jelek Gambar 7. Deskripsi secara detail profil tanah dari setiap titik pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 27, sedangkan padanan nama tanah di daerah penelitian disajikan pada Lampiran 28. Kondisi Iklim Kondisi iklim di Kecamatan Bungus Teluk Kabung dianggap memiliki kesamaan dengan iklim yang terdapat di Kota Padang termasuk beriklim tropis basah dan memiliki bulan kering yang sangat pendek. Untuk daerah tepi pantai 32 sangat dipengaruhi oleh angin laut. Curah hujan di Kota Padang pada tahun 2006 cukup tinggi, yaitu berjumlah 4.819,2 mm dengan rata-rata 401,6 mm, jumlah hari hujan per bulan yaitu rata-rata 16 hari. Suhu pada siang hari berkisar antara 23 o – 28 o C. Kelembaban udara untuk Kota Padang berkisar antara 74-82 dengan kecepatan angin rata-rata tahunan 5,58 knot. Data curah hujan dan iklim dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Kedalaman Laut Batimetri dan Sedimen Dasar Laut Perairan Teluk Bungus yang memiliki luas 1.391 ha mempunyai kedalaman hingga 35 meter. Kondisi topografi dasar laut pada daerah perairan dekat pantai dari landai secara berangsur-angsur berubah menjadi terjal. Selanjutnya topografi dasar laut hingga ke mulut teluk perubahan kedalaman terjadi secara gradual dengan kondisi topografi landai. Material sedimen penyusun dasar laut daerah penelitian terdiri dari material lanau dengan penyebaran yang sangat luas, berbatu dengan penyebaran pada daerah perairan dekat pantai dan terumbu karang PPPGL 1999. Berdasarkan hasil pengambilan contoh sedimen dasar laut yang dilakukan pada Tahun 2006 oleh Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati – Departemen Kelautan dan Perikanan di daerah sekitar dermaga pelabuhan perikanan Bungus, terjadi perubahan ukuran butir sedimen dengan berubahnya kedalaman. Pada daerah sekitar pantai dengan kedalaman kurang dari 5 meter material dasar laut tersusun oleh material pasir, pada daerah dengan kedalaman 5- 10 meter tersusun oleh material lanau pasir berliat dan pada daerah yang memiliki kedalaman 10 meter material sedimennya adalah liat. Peta sebaran sedimen laut Teluk Bungus dapat dilihat pada Lampiran 5. Karakteristik Pantai Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan – Departemen Kelautan dan Perikanan 2006 karakteristik pantai di Kawasan Teluk Bungus terdiri dari: pantai berpasir, pantai berbatubertebing, pantai bermangrove dan pantai berkerikilberkerakal. Proses-proses pantai yang 33 bekerja adalah abrasi yang terjadi pada daerah sepanjang pantai yang tidak terlindung, sedangkan pada daerah yang terlindung proses yang dominan adalah pengendapan. Peta karakteristik pantai Teluk Bungus dapat dilihat pada Lampiran 6. Gambar 8. Tipe Pantai di daerah penelitian. Pantai berkerikil kiri atas dan pantai bertebing kanan atas yang terdapat di Teluk Bungus. Hasil pengamatan lapangan, komposisi dan tekstur sedimen pantai sebagian besar tersusun material dengan komposisi pasir kasar dan sedikit pasir halus. Pada daerah muara sungai besar Batang Air Tambang dan Batang Air Pinang merupakan daerah tempat terakumulasinya sedimen material pasir dan membentuk dataran pantai sepanjang sisi bagian dalam Teluk Bungus. Kualitas Air Laut Teluk Bungus Data kualitas air di Teluk Bungus yang dilakukan bulan Desember tahun 2006 berdasarkan parameter TSS dari 23 stasiun pengukuran telah melampaui nilai ambang baku mutu air laut. Nilai TSS berkisar antara 405,5 ppm – 6.367 ppm, sedangkan nilai baku mutu air laut adalah 80 ppm. Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran kualitas air laut yang dilakukan oleh Bapedalda Provinsi Sumatera Barat bulan April tahun 2008, nilai TSS di Teluk Bungus adalah 232,2 ppm. Data kualitas air disajikan pada Lampiran 29. 34 Pasang Surut Pasut Penelitian kondisi oseanografi di Perairan Teluk Bungus menunjukkan jenis pasang surut yang terjadi adalah tipe campuran condong ke harian ganda mixed semi diurnal tide, yaitu: terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari. Pasang surut di daerah penelitian bervariasi yaitu: pasang terendah dan pasang tertinggi berkisar antara 1 sampai 2 meter. Abrasi yang tergolong kuat dan merusak di perairan dan sekitarnya dipengaruhi arus pasang yang menimbulkan gelombang pasang dan mempengaruhi pola arus sejajar pantai PPPGL 1999. 35 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsistensi Peruntukan Ruang di Kawasan Teluk Bungus Peruntukan ruang berdasarkan Peta RTRW Kota Padang Berdasarkan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Padang 2004-2013, di Kawasan Teluk Bungus diperuntukan untuk: 1 kawasan hutan lindung, 2 kawasan perkebunan, 3 daerah persawahan, 4 daerah permukiman, 5 kawasan industri, 6 pasar, 7 pemakamankuburan, 8 depo pertamina, dan 9 daerah perlindungan setempat sempadan pantaisungai. Luas setiap peruntukan ruang disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Luas peruntukan ruang berdasarkan Peta RTRW Kota Padang 2004-2013 di daerah penelitian Luas No. Peruntukan Ruang ha 1. Kawasan Hutan Lindung 3.240,0 52,1 2. Kawasan Perkebunan 1.321,0 21,2 3. Sawah 142,4 2,3 4. Permukiman 669,1 10,8 5. Kawasan Industri 43,0 0,7 6. Pasar 95,4 1,5 7. PemakamanKuburan 31,0 0,5 8. Depo Pertamina 56,8 0,9 9. Sempadan PantaiSungai 621,0 10,0 Luas Keseluruhan 6.220,0 100 Tabel 9 menunjukkan bahwa kawasan hutan lindung menempati areal paling luas yaitu sebesar 3.240 ha atau 52,1 dari luas total Kawasan Teluk Bungus, sedangkan peruntukan untuk persawahan hanya menempati areal seluas 36 142,4 ha atau 2,3 dan lebih kecil bila dibanding peruntukan pemukiman yang memiliki luas 669,1 ha atau 10,8 . Hal ini menunjukkan bahwa menurut RTRW Kota Padang 2004-2013, kawasan persawahan bukan menjadi prioritas untuk dikembangkan di Kawasan Teluk Bungus. Peta peruntukan ruang berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Padang 2004-2013 di Kawasan Teluk Bungus dapat dilihat pada Gambar 9. Peruntukan ruang berdasarkan Peta Zonasi Pesisir MCRMP 2004 Peruntukan ruang di Kawasan Teluk Bungus berdasarkan peta Zonasi terdiri atas: 1 peruntukan ruang darat, dan 2 peruntukan ruang dalam teluk. Ruang darat diperuntukan untuk: 1 daerah pemukiman, 2 sawah, 3 tanah ladang, dan 4 kawasan lindung. Sedangkan pada daerah teluk diperuntukan sebagai zona khusus kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera. Luas dari setiap peruntukan ruang disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Luas peruntukan ruang berdasarkan Peta Zonasi Pesisir MCRMP 2004 di Kawasan Teluk Bungus Luas No. Peruntukan Ruang ha 1. Hutan Suaka Alam Satwa 832,0 13,4 2. Hutan Lindung 1.253,0 20,1 3. Tanah Ladang 3.011,0 48,4 4. Sawah Irigasi 911,2 14,6 5. Permukiman 213,1 3,4 Luas Keseluruhan 6.220,0 100 Tabel 10 menunjukkan bahwa dalam Peta Zonasi Pasisir MCRMP 2004 tanah ladang menempati areal paling luas yaitu 3.011 ha atau 48,4 dari luas seluruh peruntukan, sedangkan pemukiman menempati areal paling kecil dengan menempati areal seluas 213,1 ha atau 3,4 . Peta peruntukan ruang di Kawasan Teluk Bungus berdasarkan Peta Zonasi Pesisir MCRMP 2004 dapat dilihat pada Gambar 10. 37 Gambar 9. Peta Rencana Pemanfaatan Lahan di daerah penelitian RTRW Kota Padang 2004-2013 38 Gambar 10. Peruntukan ruang berdasarkan Peta Zonasi Pesisir di daerah penelitian MCRMP 2004 39 Hasil overlay Peta Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Padang 2004-2013 dan Peta Zonasi Pesisir MCRMP 2004 menunjukkan bahwa alokasi peruntukan lahan ruang di Kawasan Teluk Bungus tidak konsisten. Peta konsistensi disajikan pada Gambar 11. Beberapa peruntukan ruang yang tidak konsisten, adalah: - Pemukiman dan persawahan; dalam Peta RTRW peruntukan pemukiman memiliki luas 669,1 ha atau 10,8 dibanding daerah persawahan yang hanya menempati areal seluas 142,4 ha atau 2,3 , sedangkan dalam peta Zonasi Pesisir daerah persawahan memiliki luas 911,2 ha atau 14,6 bila dibandingkan peruntukan pemukiman yang hanya menempati areal seluas 213,1 hektar atau 3,4 . - Kawasan lindung dan perkebunantanah ladang; dalam Peta RTRW kawasan lindung menempati areal seluas 3.861 ha atau 62,1 dari seluruh peruntukan, terdiri dari hutan lindung seluas 3,240 ha atau 52,1 dan sempadan pantaisungai dengan luas 621 ha atau 10 , sedangkan peruntukan kawasan lindung dalam Peta Zonasi Pesisir hanya memiliki luas 2.085 ha atau 33,5 yang terdiri dari hutan suaka alam satwa dan hutan lindung. - Tidak terdapat peruntukan daerah sempadan pantai sungai dalam Peta Zonasi Pesisir seperti yang terdapat dalam Peta RTRW. - Terdapat peruntukan kawasan untuk aktifitas perladangan dalam Peta Zonasi Pesisir yang berada dalam kawasan yang diperuntukan untuk hutan lindung dalam Peta Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW - Terdapat peruntukan untuk permukiman dalam Peta Zonasi Pesisir yang berada dalam kawasan yang diperuntukan untuk perkebunan dalam Peta Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW. Perbandingan konsistensi peruntukan ruang antara Peta Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Padang 2004-2013 dan Peta Zonasi Pesisir MCRMP 2004 secara detail disajikan dalam Tabel 11. 40 Gambar 11. Konsistensi antara Peta RTRW RTRW Kota Padang 2004-2013 dan Peta Zonasi Pesisir MCRMP 2004 mengenai peruntukan ruang di Kawasan Teluk Bungus 41 Tabel 11. Konsistensi peruntukan ruang berdasarkan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW dan Peta Zonasi Pesisir di Kawasan Teluk Bungus Luas Peta RTRW Peta Zonasi Keterangan Ha Kawasan Hutan Lindung Sawah Tidak konsisten 16,59 0,28 Kawasan Hutan Lindung Hutan Lindung Sangat konsisten 1.635,73 27,42 Kawasan Hutan Lindung Tanah Ladang Tidak konsisten 1.574,66 26,40 Sempadan PantaiSungai Hutan Lindung Konsisten 74,57 1,25 Sempadan PantaiSungai Sawah Konsisten 170,21 2,85 Sempadan PantaiSungai Tanah Ladang Konsisten 70,31 1,18 Sempadan PantaiSungai Permukiman Tidak konsisten 59,65 1,00 Sempadan PantaiSungai Tanah Ladang Konsisten 7,77 0,13 Kawasan Perkebunan Sawah Tidak konsisten 292,86 4,91 Kawasan Perkebunan Tanah Ladang Sangat konsisten 834,85 14,00 Kawasan Perkebunan Pemukiman Tidak konsisten 17,47 0,29 Kawasan Perkebunan Hutan Lindung Tidak konsisten 149,62 2,51 Kawasan Industri Tanah Ladang Tidak konsisten 37,72 0,63 Kawasan Industri Pemukiman Konsisten 4,79 0,08 PertanianSawah Sawah Konsisten 114,52 1,92 PertanianSawah Tanah Ladang Tidak konsisten 1,05 0,02 PertanianSawah Permukiman Tidak konsisten 22,36 0,37 Pemukiman Sawah Tidak konsisten 167,43 2,81 Pemukiman Hutan Lindung Tidak konsisten 139,04 2,33 Pemukiman Pemukiman Sangat Konsisten 52,68 0,88 Pemukiman Tanah Ladang Tidak konsisten 339,07 5,68 Pasar Laban Hutan Lindung Tidak konsisten 94,98 1,59 Kuburan Tanah Ladang Tidak konsisten 30,.84 0,52 Depo Pertamina Tanah Ladang Tidak konsisten 44,19 0,74 Depo Pertamina Pemukiman Konsisten 11,85 0,20 Luas Keseluruhan 5.964,83 100 Sumber: Hasil analisis Konsistensi antara penggunaan tutupan lahan dengan Peta RTRW Kota Padang 2004-2013 di daerah penelitian Berdasarkan analisis citra satelit Ikonos tahun 2005 dan citra Landsat ETM 7 tahun 2001 penggunaan lahantutupan lahan di daerah penelitian terdiri atas: hutan, kebun campuran, sawah, tanah terbuka, alang-alang, mangrove, pemukiman, kawasan pelabuhan, kuburan, dan pasir putih. Luas dari setiap penggunaantutupan lahan disajikan pada Tabel 12. 42 Tabel 12. Luas penggunaantutupan lahan di daerah penelitian Luas No PenggunaanTutupan Lahan ha 1. Kuburan 4,5 0,1 2. Tanah terbuka 39,4 0,6 3. Pasir putih 4,0 0,1 4. Tubuh air 23,2 0,4 5. Hutan Pantai 24 0,4 6. Pemukiman 145,0 2,3 7. Kawasan Pelabuhan 27,0 0,4 8 Mangrove 62,0 1,0 9. Kebun Campuran 665,0 10,7 10. Hutan 4.458,0 71,7 11. Alang-Alang 21,2 0,3 12. Sawah 746,7 12,0 Total Luas 6.220,0 100 Sumber: Hasil analisis Tabel 12 menunjukkan bahwa penggunaantutupan lahan di daerah penelitian didominasi hutan dengan luas 4.458 ha atau 71,7 dari luas keseluruhan kawasan Teluk Bungus, sedangkan pemukiman hanya memiliki luas 245 ha atau 2,3 dari seluruh peruntukan di daerah penelitian. Sementara itu, pada wilayah perairan teluk terdapat ekosistem terumbu karang dengan luas 144,6 ha atau 10 dari luas wilayah perairan teluk Gambar 12. Pada daerah tepi pantai terdapat ekosistem mangrove dengan luas 62,0 ha atau 1 dari luas keseluruhan wilayah darat. Peta Tutupan Penggunaan Lahan disajikan pada Gambar 12 dan hasil overlay antara kondisi tutupanpenggunaan lahan dengan Peta RTRW disajikan pada Tabel 13. 43 Gambar 12. Kondisi penggunaan tutupan lahan di Kawasan Teluk Bungus 44 Tabel 13. Konsistensi tutupanpenggunaan lahan terhadap RTRW Luas Tutupan penggunaan Lahan RTRW Keterangan ha Tanah Terbuka Pasar Laban Sangat konsisten 1,72 0,08 Kebun Campuran Pasar Laban Konsisten 33,24 1,50 Hutan Pasar Laban Konsisten 58,49 2,65 Pemukiman Kawasan Industri Tidak konsisten 0,13 0,01 Kebun Campuran Kawasan Industri Konsisten 24,69 1,12 Sawah Kawasan Industri Konsisten 5,22 0,24 Kuburan Kawasan Industri Tidak konsisten 4,47 0,20 Hutan Kawasan Industri Konsisten 5,52 0,25 Sawah Pemukiman Lahan akan dikonversi 206,20 9,33 Tanah Terbuka Pemukiman Sangat konsisten 0,29 0,01 Hutan Pemukiman Konsisten 246,10 11,13 Kebun Campuran Pemukiman Konsisten 162,70 7,36 Mangrove Pemukiman Tidak konsisten 18,21 0,82 Sawah Kuburan Konsisten 7,31 0,33 Hutan Kuburan Konsisten 4,11 0,19 Kebun Campuran Kuburan Konsisten 18,26 0,83 Pemukiman Depo Pertamina Tidak konsisten 2,50 0,11 Mangrove Kawasan Perkebunan Tidak konsisten 3,08 0,14 Alang-alang Kawasan Perkebunan Konsisten 5,66 0,26 Pelabuhan Kawasan Perkebunan Tidak konsisten 7,93 0,36 Sawah Kawasan Perkebunan Tidak konsisten 217,20 9,82 Hutan Kawasan Perkebunan Konsisten 931,60 42,14 Pemukiman Kawasan Perkebunan Tidak konsisten 12,56 0,57 Pemukiman Sawah Tidak konsisten 3,30 0,15 Hutan Sawah Konsisten 2,19 0,10 Kebun Campuran Sawah Konsisten 19,53 0,88 Sawah Kawasan Hutan Lindung Tidak konsisten 10,18 0,46 Pemukiman Kawasan Hutan Lindung Tidak konsisten 0,13 0,01 Kebun Campuran Kawasan Hutan Lindung Tidakkonsisten 180,00 8,14 Lahan Terbuka Kawasan Hutan Lindung Tidak konsisten 18,37 0,83 Luas Keseluruhan 2.210,89 100 Sumber: Hasil analisis Dari Tabel 13 menunjukkan adanya ketidakkonsistenan antara penggunaan lahan dengan peruntukan menurut RTRW yaitu kawasan hutan akan mengalami konversi lahan yang sangat besar di Kawasan Teluk Bungus menjadi areal perkebunan dalam Peta RTRW hingga tahun 2013. Berdasarkan overlay antara peta RTRW Gambar 9, Peta Zonasi Pesisir Gambar 10 dengan kondisi tutupan penggunaan lahan Gambar 12 terlihat bahwa dalam peta Zonasi Pesisir maupun dalam RTRW tidak ada peruntukan 45 kawasan pelabuhan Teluk Bungus. Terlihat juga bahwa dalam Peta Zonasi Pesisir keberadaan hutan mangrove sebagian dimasukkan dalam kawasan hutan lindung, sedangkan dalam RTRW hutan mangrove dikonversi menjadi daerah pemukiman. Selain itu, keberadaan ekosistem terumbu karang tidak ada dalam Peta Zonasi Pesisir. Perbandingan luas dari setiap peruntukan lahan antara Peta RTRW, Peta Zonasi Pesisir, dan Peta Penggunaan Tutupan Lahan disajikan pada Gambar 13. Gambar 13. Perbandingan luas peruntukan ruang dalam RTRW, Peta Zonasi Pesisir, dan penggunaan tutupan lahan Gambar 13 menunjukkan bahwa penggunaan lahan di daerah penelitian didominasi oleh kawasan hutan. Dalam Peta Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW kawasan lindung masih menjadi prioritas dengan luas 3.861 ha bila dibandingkan dengan peruntukan untuk kawasan budidaya pertanian maupun budidaya non pertanian. Peruntukan untuk budidaya pertanian, baik dalam Peta Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW maupun kondisi tutupan lahan memiliki luas yang hampir sama bila dibandingkan peruntukan dalam Peta Zonasi Pesisir yang menempati areal paling luas. 46 Evaluasi Penyimpangan Peruntukan Ruang dalam RTRW berdasarkan Kondisi Biofisik Hasil tumpang-susun peruntukan ruang dalam Peta Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW di daerah penelitian dengan kelas lereng disajikan pada Tabel

14, Tabel 15 dan Tabel 16.