dalam sajak “Romi dan Yuli dari Cikeusik”, prasangka perbedaan etnis dalam sajak “Sapu Tangan Fang Yin”, prasangka tentang perbedaan orientasi seksual dalam sajak “Cinta
Terlarang Batman dan Robin”, dan prasangka perbedaan kelas sosial dalam sajak “Minah Tetap Dipancung”.
2.2 Konsep 2.2.1 Pengertian Puisi
Puisi adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana
kepuitisan Pradopo 1987: 3. Djoko juga melanjutkan bahwa seseorang tidak akan dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya
estetis yang bermakna. 2.2.2 Pengertian Diskriminasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesiadiskriminasiadalahpembedaan perlakuan
terhadap sesama warga negara berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya.
2.2.3 Pengertian Puisi Esai
Agus R. Sarjonodalam e-jurnal sajak mengatakanbahwa puisi esai adalah gabungan
puisi dan esai. Dengan menyebut “puisi esai” terbuka dua kemungkinan: 1 puisi yang menggunakan spirit esai; 2 esai yang ditulis dengan menggunakan kaidah puisi.Pertama-
tama dalam kaitan subjek-objek, sejauh mengacu pada karya-karya Denny JA, unsur esai sangat kuat pada puisi esai Sarjono, 2013:18-19. Selanjutnya, Sarjono membagi spirit esai
antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Keterlibatan penyair dengan masalah krusial yang hidup dan menjadi bagian
penting dari masalah masyarakat; 2.
Rasa hormat atas fakta dengan tidak buru-buru menyimpulkan secara umum suatu fakta atau fenomena apalagi menerima begitu saja pemberitaan umum lantas
memfiksikannya. 3.
Rasa hormat atas riset untuk mengenali dengan baik dan relatif objektif masalah yang hendak ditulis sebagai puisi.
4. Membumikan secara partikular fenomena sosial dengan segala anggapan stigmatis
yang hidup di masyarakat sebagai anggapan-anggapan umum kedalam penokohan dan latar yang spesifik; dan
5. Menyadari pada hakikatnya sebuah puisi adalah aparat komunikasi. Sarjono,
2013: 24. Puisi esai adalah puisi yang ditulis berdasarkan fakta peristiwa tertentu dan
dituangkan dalam bahasa komunikasi yang mudah dipahami.Berbeda dengan puisi lirik yang ditulis berdasarkan imajinasi si penulis. Meskipun diangkat dari suatu fakta, puisi esai
tetaplah fiksi karena fakta itu hanyalah sebagai latar belakang dari cerita yang akan dituangkan penulis dalam puisi esai. Untuk menulis puisi esai, seorang penulis harus mencari
dan mendalami fakta yang akan diangkat dalam puisinya. Penulisan puisi esai harus dilengkapi dengan catatan kaki guna menegaskan cerita tersebut benar-benar nyata. Menurut
Denny JA sendiri yang merasa bahwa dirinya adalah pencetus puisi esai sebagai Genre Baru Sastra Indonesia, puisi esai itu ialah puisi yang bercita rasa esai atau esai tentang isu sosial
yang puitik, yang disampaikan secara puitis Denny JA, 2012: 12.
2.3 Landasan Teori