BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Sepengetahuan peneliti, belum ada yang mengkaji puisi Atas Nama Cinta karya
Denny JA mengingat puisi tersebut baru diterbitkan pada tahun 2012. Namun pembicaraan tanggapan para kritisi ada, antara lain:
2.1.1 Memahami Puisi Esai Denny JA. Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono mengatakan bahwa Karangan Denny ini jelas adalah puisi. Salah satunya karena antara lain ditulis dalam bentuk visual yang berupa larik yang dikumpulkan
dalam bait. Dan puisi adalah fiksi, artinya karangan yang bersumber terutama dan kadang- kadang semata-mata pada imajinasi dan kreativitas. Betapa dekatnya pun kisah yang
ditulisDenny dengan segala sesuatu yang pernah terjadi, semuanya adalah fiksi karena bersumberpada imajinasinya. Bahwa imajinasi biasa dipicu oleh segala bentuk
peristiwa, itu tentu kita pahami. Itulah yangsayabacadalam karangan Denny ini.Namun, Denny menyebut karangannya “puisi esai.” Apakah esai bukan fiksi? Orang mengatakan esai
adalah fakta yang disampaikan dengan cara khas, yang mencerminkan opini penulisnya. Esai adalah tulisan yang merupakan tanggapan pribadi terhadap masalah apa pun yang terjadi di
sekitarnya; dari sisi itu esai adalah karya sastra. Selanjutnya Sapardi juga mengatakan Dalam kelima sajak yang dimuat dalam buku ini, Denny mengklasifikasikan semua itu dalam
masalah diskriminasi. Setidaknya, itulah yang menjadikan gagasan dan karangan yang diberinya label Puisi Esai penting untuk dicatat dalam perkembangan puisi kita.
http:puisi esai.com20120326memahami-puisi-esai-denny-ja
2.1.2 Satu Tulisan Pendek Atas Lima Puisi Panjang, Sutardji Calzoum Bachri. http:puisi-
esai.com20120326satu-tulisan-pendek-atas-lima-puisi panjang
Universitas Sumatera Utara
Sutardji Calzoum Bachri mengatakan bahwa puisi Denny JA tidak hanya mengandung puitika. Ia juga bisa mengandung kisah, sikap, opini, argumentasi, dan esai. Ia
pertama-tama memandangnya sebagai puisi. Jika nanti di dalamnya ada ihwal-ihwal yang terasa sebagai esai, maka itu adalah nilai plus dari persajakan ini. Boleh dikata semua sajak
ini mengandung tema perlawanan yang beragam dari manusia sebagai individu. Antara lain perlawanan terhadap kemiskinan, perlawanan terhadap diskriminasi, perlawanan dari cinta.
Sajak-sajak dituturkan secara naratif dengan tokoh sentral orang kedua tunggal “dia lirik” atau orang pertama “aku lirik” dengan bait demi bait yang padat dengan perhitungan
restraint sambil memanfaatkan peralatan puitika yang tercipta dari pertemuan larik, aliran irama dan bunyi kata-kata. Sutarji juga mengatakan bahwa puisi ini adalah puisi pintar.puisi
yang dengan berbagai data, fakta, argumentasi, bisa memberikan kepintaran bagi pembacanya untuk memahami dan menghayati persoalan-personal yang terkait dengan
masalah atau konflik sosial.
2.1.3
Menghadapi Diskriminasi dengan Puisi. Ignas Kledenhttp:puisi- esai.com20120326menghadapi-diskriminasi-dengan-puisi
Ignas Kleden mengatakan bahwa lima puisi Denny JA, ditulis dalam lima sajak panjang dan memaklumkannya sebagai sebuah percobaan untuk memberi bentuk kepada
suatu varian lain dalam puisi Indonesia, yang menggabungkan suasana batin tokoh liris dengan kondisi sosial sebagai konteks yang melahirkan suasana itu. Apakah percobaan ini
membawa suatu pembaruan dalam puisi Indonesia, masih patut dilihat lebih lanjut dalam perjalanan waktu. Namun demikian, penulisnya secara sadar telah memilih suatu bidang
tematik yang menjadi garapannya, yaitu diskriminasi dengan semua prasangka yang telah melahirkannya serta menelan para korban dengan penderitaan jasmani dan konflik batin,
Universitas Sumatera Utara
yang mungkin hingga saat ini belum cukup diketahui. Ada biaya manusia dan biaya sosial yang mungkin belum pernah cukup dihitung berapa besarnya.Sajak-sajak Denny JA
memperlihatkan wataknya yang menyimpang dari kebiasaan. Kelima sajak itu lahir dari suatu desain yang sadar. Tema yang digarap adalah soal diskriminasi di Indonesia pada masa
reformasi, panjang masing-masing sajak itu relatif hampir sama. Tiap sajak dilengkapi dengan catatan kaki yang ekstensif untuk memberi informasi tentang situasi sosial saat
terjadinya peristiwa yang dilukiskan dalam sajak. Tak lupa disertakan data-data, yang dimaksud untuk membangun Sitz im Leben baik bagi tokoh liris maupun bagi peristiwa liris
yang dilukiskan. Tokoh liris adalah juga anggota masyarakat yang relatif dikenal oleh publik pembaca, karena berita tentang mereka atau jenis peristiwa yang dialaminya diberitakan luas
di media cetak dan media elektronik. Itu sebabnya penulisnya tidak menyebut kelima buah penanya ini sajak, tetapi puisi esai. Ada niat untuk mencobakan suatu bentuk lain dalam
berekspresi, dengan menggabungkan puisi dan esai. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa dalam kelima sajaknya, Denny JA dengan tegas
memilih untuk berpihak pada para korban diskriminasi. Dia seakan menitipkan protes, simpati, dan tekadnya melawan arus ketidakadilan melalui suara para aktor liris.Dia merasa
memikul tanggung jawab untuk melakukan advokasi terhadap mereka yang tidak diperlakukan sama dan setara di depan hukum.
Para aktor liris seakan ditakdirkan untuk berhadapan dengan hambatan yang tidak dapat disingkirkan dalam mencapai niatnya, menderita hukuman sosial hanya lantaran
keyakinan yang dianutnya, dan mengalami persekusi oleh pihak yang memperlakukan mereka sebagai anggota out-group yang dalam praktik tidak banyak bedanya dengan nasib
para outcast yang tak diakui keanggotaannya dalam masyarakat dan menjadi paria secara sosial.Hal ini menimbulkan sikap diskriminatifyang muncul dari prasangka perbedaan agama
dalam sajak “Bunga Kering Perpisahan”, prasangka perbedaan paham tentang agama
Universitas Sumatera Utara
dalam sajak “Romi dan Yuli dari Cikeusik”, prasangka perbedaan etnis dalam sajak “Sapu Tangan Fang Yin”, prasangka tentang perbedaan orientasi seksual dalam sajak “Cinta
Terlarang Batman dan Robin”, dan prasangka perbedaan kelas sosial dalam sajak “Minah Tetap Dipancung”.
2.2 Konsep 2.2.1 Pengertian Puisi