berfungsi normal, sedikit asimetri III
Sedang Kelemahan wajah jelas terlihat, mata menutup
dengan baik, asimetri, Bell’s phenomenon muncul
IV Sedang
Kelemahan wajah jelas terlihat, terlihat synkinesis, dahi tidak dapat digerakkan
V Berat
Kelumpuhan wajah yang sangat jelas, tidak dapat menutup mata
VI Total
Kelumpuhan wajah secara keseluruhan, tidak ada gerakan
2.3.4 Diagnosis
Langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis Bell’s palsy adalah anamnesis dan pemeriksaan klinis. Anamnesis lengkap dilakukan mencakup onset,
durasi, perjalanan penyakit, ada tidaknya nyeri serta gejala lain yang menyertai, penting untuk ditanyakan guna membedakan dengan penyakit paralisis saraf lainnya.
Bell’s palsy ditandai dengan kelumpuhan yang sering terjadi unilateral atau hanya pada satu sisi wajah dengan onset mendadak dalam 1-2 hari dan maksimal dalam 3
minggu kurang.
10
Pemeriksaan fisik yang lengkap dilakukan untuk membedakan dengan penyakit yang serupa dan kemungkinan penyebab lain. Pemeriksaan yang dilakukan
adalah pemeriksaan gerakan dan ekspresi wajah. Pada pemeriksaan ini akan ditemukan kelemahan pada seluruh wajah sisi yang terkena. Tes yang dilakukan
dengan meminta pasien untuk melakukan beberapa hal berikut:
6
a. Menaikkan alis untuk menguji aktivitas frontalis corrugator b. Menutup rapat mata untuk menguji fungsi orbicularis oculi sphincter
c. Meminta pasien untuk menyeringai untuk menguji kemampuan otot untuk tertarik pada sudut mulut
d. Menguji pengecapan e. Pasien diminta untuk meniupkan udara, menahan udara didalam mulut dan
bersiul Bila terdapat hiperakusis, saat stetoskop diletakkan pada telinga pasien maka
suara akan terdengar lebih jelas pada sisi cabang muskulus stapedius yang paralisis. Tanda klinis yang membedakan Bell’s palsy dengan stroke atau kelainan yang
bersifat sentral lainnya adalah tidak terdapatnya kelainan pemeriksaan saraf kranialis lain, motorik dan sensorik ekstremitas dalam batas normal, dan pasien tidak mampu
mengangkat alis dan dahi pada sisi yang terkena.
21
Pada umumnya pasien tidak membutuhkan pemeriksaan laboratorium, namun pasien yang mengeluhkan paralisis yang persisten tanpa perbaikan yang signifikan
perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, seperti:
9
a. Computed tomography CT atau MRI diindikasikan pada pasien yang tidak mengalami perbaikan keadaan setelah 1 bulan mengalami paralisis wajah, hilangnya
pendengaran, defisit saraf kranial multipel dan tanda-tanda paralisis pada anggota gerak atau gangguan sensorik.
b. Pemeriksaan pendengaran dilakukan jika dicurigai kehilangan pendengaran, maka dilakukan tes audio untuk menyingkirkan neuroma akustikus.
c. Pemeriksaan laboratorium penting jika pasien memiliki gejala keterlibatan penyakit sistemik tanpa perbaikan signifikan setelah lebih dari 4 minggu.
2.3.5 Diagnosis Banding