Prognosis Manifestasi Bell’s palsy pada Rongga Mulut

perbaikan saraf, nerve graft dan nerve sharing atau transposisi saraf. Sedangkan manajemen sekunder bertujuan untuk mengembalikan fungsi wajah atau perbaikan estetis wajah. 6,26 Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan sebagai penatalaksanaan primer adalah neurorrhaphy dan graft neurorrhaphy. Direct neurorraphy diindikasikan pada laserasi benda tajam yang melibatkan nervus fasial. Prosedur ini diharapkan dapat memberikan pengembalian fungsi nervus fasial dengan baik. Prosedur graft neurorrhaphy mirip dengan perbaikan saraf langsung, yang membedakan adalah dibutuhkannya anastomosis tambahan untuk setiap cabang saraf yang dirawat. Donor yang umumnya digunakan untuk prosedur graft neurorrhaphy adalah great auricular nerve, sural nerve, dan antebrachial cutaneous nerve. 6,26 Manajemen sekunder yang memiliki tujuan untuk mengembalikan fungsi wajah dengan melakukan bedah rekonstruksi. Teknik statis pada pembedahan dianggap lebih cocok untuk dilakukan karena lebih mudah dilakukan dan hanya membutuhkan intervensi sebanyak satu kali. Secara umum tujuan dari pembedahan dengan teknik statis adalah melindungi kornea dan mengangkat kembali sudut mulut yang turun. 6,26 Selain terapi yang telah diuraikan diatas, perlindungan pada mata dan otot wajah juga perlu dilakukan. Kornea mata memiliki risiko mengering dan terpapar benda asing. Perlindungan dapat dilakukan dengan penggunaan air mata buatan artificial tears, pelumas pada saat tidur, kaca mata, plester mata, penjahitan kelopak mata atas, atau tarsorafi lateral penjahitan bagian lateral kelopak mata atas dan bawah. 7

2.3.7 Prognosis

Sekitar 80-90 pasien Bell’s palsy sembuh total dalam 6 bulan, bahkan 50- 60 kasus membaik dalam 3 minggu. Sekitar 10 mengalami asimetris muskulus fasialis presisten, dan 5 mengalami sekuele yang berat, serta 8 kasus dapat rekuren. 10,27 Faktor yang dapat mengarah ke prognosis buruk adalah palsy komplit risiko sekuele berat, riwayat rekurensi, diabetes, adanya nyeri hebat post-aurikular, gangguan pengecapan, refleks stapedius, wanita hamil dengan Bell’s palsy, bukti denervasi mulai setelah 10 hari penyembuhan lambat, dan kasus yang memiliki hasil CT Scan dengan kontras jelas. 7,10 Faktor yang dapat mendukung ke prognosis baik adalah paralisis parsial inkomplit pada fase akut penyembuhan total, pemberian kortikosteroid dini, penyembuhan awal atau perbaikan fungsi pengecapan dalam minggu pertama. 7

2.3.8 Manifestasi Bell’s palsy pada Rongga Mulut

Bell’s palsy dapat mengakibatkan dampak negatif bagi kesehatan rongga mulut. Kerusakan pada saraf dapat menyebabkan produksi saliva menjadi berkurang. Pasien dengan produksi saliva yang berkurang dapat mengalami peningkatan resiko karies. Akibat peningkatan resiko karies pada pasien, maka dokter gigi dapat membuat pertimbangan strategi seperti aplikasi fluoride varnish dan atau peresepan terapi fluoride yang dapat dilakukan di rumah. 9,28 Pasien dapat mengalami angular cheilitis sebagai akibat kehilangan kekuatan otot dan drooling yang berat. Kehilangan kekuatan otot dapat mengakibatkan pasien kehilangan kemampuan untuk mengunyah makanan. Makanan dapat terperangkap dalam vestibulum pipi karena keterbatasan otot buksinator yang pada normalnya berfungsi menggerakkan makanan pada dataran oklusal. Hal ini dapat meningkatkan akumulasi biofilm. 29 Dokter gigi perlu menekankan pentingnya menyikat gigi dua kali sehari dan penggunaan dental floss pada pasien dengan Bell’s palsy. Dapat dilakukan pula pemberian obat kumur. Jika pemakaian dental floss dirasa sulit digunakan, dapat digunakan sikat interdental. Pasien juga perlu berkumur setelah makan untuk membersihkan sisa makanan yang terperangkap dalam vestibulum. 28 Pada pelaksanaan tindakan dental penggunaan pelindung mata harus digunakan, karena otot sekitar mata yang terkena dampak Bell’s palsy akan mengalami kesulitan untuk menutup kelopak mata pada sisi yang terkena. 9 Mata kering dan air mata yang berlebihan merupakan hal yang normal pada pasien Bell’s palsy. Mata kering dapat diberikan obat tetes mata untuk melembabkan mata. 28

2.2.9 Kualitas hidup pasien Bell’s palsy

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Tentang Penjahitan Luka Pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode 8-31 Oktober 2014

4 91 78

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Trigeminal Neuralgia Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Januari 2015-Februari 2015

2 108 70

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 6 66

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 1 12

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 0 2

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 1 20

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 0 2

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 0 11

Tingkat Pengetahuan Tentang Penjahitan Luka Pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode 8-31 Oktober 2014

0 0 15

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Trigeminal Neuralgia Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Januari 2015-Februari 2015

0 0 14