Kesimpulan bahwa data penyaluran Inti Sawit pada PTPN IV Persero Bah Jambi pada periode Januari 2010 sd Desember 2011 mengikuti pola penyebaran atau
berdistribusi normal. Dengan demikian, perhitungan dengan pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan model Inventory Control Deterministic.
3.3 Perhitungan dengan Model “Economic Production Quantity” EPQ
3.3.1 Perhitungan untuk Data Minyak Sawit
a. Menghitung tingkat optimal produksi
Berdasarkan data yang telah ada, maka dapat dihitung antara lain :
Rata-rata produksi P setiap bulan adalah
P =
76.858.608 24
=
3.202.442 kg
Rata-rata penyaluran D setiap bulan adalah
D =
74.682.830 24
=
3.111.784,583 kg
Biaya rata-rata dalam pengadaan produksi setiap bulan adalah
C
s
=
200.734.120.134 24
= Rp
8.363.921.672,250
Biaya rata-rata penyimpanan produksi setiap bulan adalah
C
c
=
2.001.755 24
= Rp
83.406,470
Selanjutnya, dilakukan perhitungan jumlah produksi optimal satu putaran Q dengan
menggunakan rumus EPQ:
23.111.784,5838.363.921.672,250 Q =
3.111.784,583 1
83.406,470 3.202.442
−
=
4.695.305,264
Maka, tingkat produksi optimal dalam setiap memproduksi Minyak Sawit adalah
4.695.305,264
kg.
b. Menghitung interval waktu optimal pada setiap putaran produksi t
Interval waktu optimal pada setiap putaran produksi t adalah
t =
Q D
= 4.695.305, 264
3.111.784,583 =
1,509
Maka, interval waktu optimal pada setiap putaran produksi adalah
1,509
bulan. Artinya setiap 1,509 bulan dilakukan proses produksi. Bila diasumsikan 1 bulan adalah 30 hari maka interval waktu optimalnya adalah 45,270 hari atau
1086,480 jam.
c. Menghitung biaya minimum produksi
Untuk menghitung seluruh biaya produksi, digunakan rumus :
s c
D D Q
Tc= C + 1
.C Q
P 2
−
Untuk menghitung biaya minimumnya, Q disubstitusikan ke persamaan Tc, menjadi :
s c
Q D
D Tc =
C + 1 .C
Q P
2
−
3.111.784,583 3.111.784,583 4.695.305,264
= 8.363.921.672,250+ 1
83.406,470 4.695.305,264
3.202.442 2
−
=
Rp 11.086.274.928,411
Sehingga biaya minimum untuk setiap kali produksi adalah
Rp 11.086.274.928,411
x
1,509
= Rp
16.727.843.344,500
Dari hasil perhitungan pengendalian persediaan produksi, dapat diperoleh jumlah produksi optimal dalam satu putaran dan biaya minimum dalam satu putaran
produksi, untuk selanjutnya dapat juga dihitung dalam satu periode penelitian selama 24 bulan yaitu:
Jumlah putaran produksi dalam satu periode adalah
n t
= 24
1, 509 =
15,905
Dalam waktu 24 bulan tersebut, dilakukan 15,905 kali produksi. Sehingga, biaya minimum produksi dalam 24 bulan adalah
Rp 16.727.843.344,500
x
15,905
= Rp
266.056.348.394,272
Sedangkan lama waktu tiap putaran produksi adalah
Q 4.695.305,264
P 3.202.442
=
=
1,466
bulan Maka didapatlah lama produksi berhenti t
i
tiap putaran produksi adalah t-t
p
=
1,509
−
1,466
=
0,043
bulan Produksi akan berhenti selama 0,043 bulan atau 30,960 jam untuk tiap kali produksi.
3.3.2 Perhitungan untuk Data Inti Sawit