Koefisien bentuk Perahu katir

2.1.2 Koefisien bentuk

Bentuk badan kapal menurut Fyson 1985 digambarkan oleh suatu koefisen bentuk yang disebut coefficient of fineness. Koefisien bentuk kapal merupakan koefisien yang menggambarkan tingkat kegemukan kapal pada tiap garis air. Koefisien bentuk ini menujukkan bentuk tubuh kapal berdasarkan hubungan antara luas area tubuh kapal yang berbeda dan volume tubuh kapal terhadap masing-masing dimensi utama kapal. Koefisien bentuk terdiri atas: 1 Coefficient of block Cb, menunjukkan perbandingan antara nilai kapasitas displacement kapal dengan volume bidang empat persegi panjang yang mengelilingi tubuh kapal; 2 Coefficient of midship ⊗ C , menunjukkan perbandingan luas area penampang melintang tengah kapal dengan bidang empat persegi panjang yang mengelilingi luas area tersebut; 3 Coefficient of waterplan Cw, menunjukkan besarnya luas area penampang membujur tengah kapal dibandingkan dengan bidang empat persegi panjang yang mengelilingi luas area tersebut; 4 Coefficient of prismatic Cp, ditunjukkan perbandingan antara kapasitas displacement kapal dengan volume yang dibentuk oleh luas area penampang melintang tengah kapal dengan panjang kapal pada water line. Cp juga dapat diperoleh dengan membandingkan nilai Cb dengan nilai dan ⊗ C ; 5 Coefficient vertical prismatic Cvp, menunjukkan perbandingan antara kapasitas displacement kapal dengan volume yang dibentuk oleh luas water plan area dengan draft kapal. Cvp juga dapat diperoleh dengan membandingkan nilai Cb dengan nilai Cw. Muckle 1975 menyatakan bahwa semakin besar nilai coeffiecient of block Cb dan coefficient of prismatic Cp pada kecepatan tertentu maka tahanan gerak yang dihasilkan juga akan semakin besar. Adapun menurut Novita 1994, semakin besar nilai coefficient midship ⊗ C maka tahanan gerak yang dihasilkan akan semakin besar.

2.1.3 Perahu katir

Perahu katir terinspirasi dari jenis perahu katamaran. Perahu katamaran merupakan satu unit perahukapal dengan dua lambung yang dihubungkan dengan kuat oleh palang-palang bersilang, menjadi satu kesatuan yang kokoh dan dikemudikan sebagai satu kapal Mac Lear, 1967 diacu dalam Wahyudi, 2005. Adanya perahu berkatir dan katamaran terjadi akibat pencampuran budaya antara orang-orang Polynesia orang-orang yang kini mendiami wilayah Indonesia dengan orang Melanesia yang sekarang mendiami wilyah Irian dan pulau-pulau sekitarnya. Orang–orang Melanesia sebelumnya telah mengenal kebudayaan perahu berkatir dan katamaran. Akhirnya orang-orang Polynesia meniru dengan jalan memberi katir pada perahu balok kayu dag-out canoe yaitu dengan tiang melintang yang diikatkan secara sederhana ke sebuah pelampung. Sedangkan orang Melanesia menggunakan tongkat penghubung yang dipasang melintang dengan pelampung untuk menghindari hambatan air Morwood, 1972 diacu dalam Wahyudi, 2005. Perahu dengan katir dari bambu pada kedua sisinya banyak digunakan di pulau-pulau Asia Tenggara. Sedangkan perahu dengan satu katir pada salah satu sisinya dominan digunakan di pulau-pulau tropic pasifik, Menurut Shibata dan Masengi 1991 diacu dalam Liberty 1997 seluruh perahu di pulau Jawa lebar dan tidak mempunyai katir. Perahu berkatir ditemukan di Palabuhanratu dan Cilacap di Pesisir Samudra Hindia, serta Tuban dan Rembang di Pesisir Laut Jawa.

2.2 Stabilitas Kapal