Strategi SO Strengths-Opportunities Kajian Kawasan Sapi Potong di Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat

Pelaksanaan otonomi daerah mengharuskan setiap daerah merevisi dan memprioritaskan arah pembangunannya untuk menggali seluruh sumber-sumber pendapatan daerah yang potensial. Daerah-daerah dengan orientasi SDA yang mendukung subsektor peternakan sebagai basis andalan daerah tentunya sedikit banyak akan menjadi ancaman bagi upaya pengembangan peternakan sapi potong di Kabupaten Raja Ampat, terlebih lagi jika daerah-daerah tersebut adalah kabupaten lain yang berada di Provinsi Papua Barat. Perencanaan Strategis Guna mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia bagi pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Raja Ampat, dilakukan perencanaan strategis secara terintegrasi dan aktif melibatkan peran serta masyarakat. Dalam kaitannya dengan penyusunan suatu sistem atau strategi pengembangan sapi potong di Kabupaten Raja Ampat, maka proses perencanaan dan pengambilan keputusan dilakukan pada level strategis, taktis, dan operasional. Perencanaan pada level strategis dirumuskan berdasarkan hasil analisis SWOT. Selanjutnya hasil analisis SWOT memberikan arahan bagi perencanaan pada level taktis yang dapat dirumuskan melalui metode IFAS dan EFAS. Berdasarkan elemen-elemen penentu berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang telah diuraikan sebelumnya, dirumuskan beberapa strategi dasar bagi pengembangan kawasan peternakan sapi potong di Kabupaten Raja Ampat.

1. Strategi SO Strengths-Opportunities

Berdasarkan kekuatan dan peluang yang dimiliki, beberapa strategi yang disarankan berupa : a. Peningkatan skala usaha sapi potong hingga mencapai skala usaha yang lebih ekonomis dan dapat dilakukan melalui ; a penggunaan bibit ternak sapi potong unggul atau bibit ternak yang produktivitasnya tinggi, b pendayagunaan HMT berkualitas tinggi, c mempersingkat waktu pemeliharaan d percepatan pergantian ternak, e penggunaan beberapa bangsa sapi potong unggul, dan f pembentukan usaha bersama korporasi yang tepat. Untuk penentuan skala usaha sapi potong yang ekonomis dilakukan dengan menghitung proyeksi usaha tersebut sebagai usaha pokok. Variabel yang mempengaruhi skala usaha ternak sapi potong yang ekonomis meliputi nilai BC-Ratio, harga produk sapi potong berupa daging dan hasil ikutannya di daerah, dan produktivitas sapi potong itu sendiri. b. Percepatan pencapaian kapasitas tampung maksimum ternak sapi potong dapat diupayakan melalui ; a peningkatan jumlah populasi, dan b peningkatan produktivitas populasi sapi potong. Peningkatan laju pertumbuhan atau produktivitas sapi potong dapat dilakukan melalui cara 1 perbaikan kualitas bibit, 2 optimalisasi pemanfaatan HMT berkualitas dan limbah pertanianperkebunan, 3 perbaikan teknologi beternak sapi potong melalui sistem penggemukan yang lebih cepat, dan d perbaikan manajemen. Hal ini tentunya perlu mensyaratkan pentingnya penyediaan bibit sapi potong unggul, dan juga tersedianya tenaga SDM yang berkualitas untuk berfungsinya alih teknologi peternakan yang efektif. Sementara itu, peningkatan populasi saat ini dapat dilakukan melalui program penggaduhan ternak antara UPTD- Peternakan Kabupaten Raja Ampat sebagai inti dan peternak rakyat dengan kelompok taniternaknya sebagai plasma secara efektif dan efisien, serta peningkatan kualitas layanan kesehatan dan pemuliabiakan ternak sapi potong. c. Peningkatanpercepatan alih teknologi peternakan kepada petugas dan atau peternak rakyat di Kabupaten Raja Ampat adalah dengan intensifikasi sistem beternak sapi potong, promosi yang intensif, dan pengembangan sistem penanganan dan pengolahan produk sapi potong dan hasil ikutannya. Intensifikasi dapat dilakukan melalui penerapan dan peningkatan pola pengembalaan bergilir , untuk mengoptimalkan pemanfaatan padang pengembalaan dan hijauan makanan ternak. Berkaitan dengan kerangka otonomi daerah, UPTD-Peternakan Kabupaten Raja Ampat dapat diarahkan pengembangannya menjadi suatu badanlembaga pemerintah yang berorientasi profitkeuntungan dan pendidikan peternakan sapi potong bagi masyarakat melalui pengemabangan pusat pelatihan yang efektif dibawah koordinasi instansi terkait. Pembentukan unit usaha yang demikian ini akan mendorong pengembangan peternakan sapi potong disatu sisi dan peningkatan pendapatan daerah pada sisi lainnya. Pembentukan jaringan kerja ini diharapkan dapat menjembatani semua sub sistem yang terlibat dalam program pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Raja Ampat.

2. Strategi WO Weakness-Opportunities