Kabupaten Raja Ampat masih sangat tergantung dari daerah lain. Disamping itu kebutuhan akan daging berkualitas oleh perusahan-perusahan penambangan besar
disekitar wilayah tersebut sangat menjamin bagi pengembangan usaha ternak sapi potong. Saat ini di lokasi penelitian belum terdapat TPHRPH, dan pemasaran
hasil ternak banyak dilakukan oleh pedagang secara tradisional.
Gambar 11. UPTD- Peternakan Sapi Potong di kampung Kalobo
2. Kelemahan
Kajian mengenai unsur kelemahan dalam pengembangan kawasan ternak sapi potong pada lokasi penelitian meliputi aspek ; a fasilitas pembibitan ternak
belum memadai, b belum tersedianya hijauan makanan ternak berkualitas, c fasilitas layanan kesehatan ternak belum memadai, d tingkat penguasaan
teknologi peternakan masih relatif rendah, e tingkat penguasaan penanganan limbah masih relatif rendah, f kualitas sumber daya manusia peternakan masih
relatif lemah, g peran institusi penyuluhan dan alih teknologi masih relatif rendah, h belum ada tata ruang ruang wilayah khusus peternakan, dan i tingkat
pendapatan dan permodalan petaniternak masih rendah. Tersedianya bibit ternak sapi yang unggul merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan pengembangan usaha sapi potong di suatu wilayah. Sapi Bali dengan tingkat produktivitas yang relatif lebih rendah di lokasi penelitian bila
dibandingkan daerah lainnya merupakan kelemahan, disamping fasilitas pembibitan ternak belum memadai. Pembangunan fasilitas pembibitan sapi
potong yang dirintis oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Raja Ampat berupa pembangunan UPTD-Peternakan Kabupaten Raja Ampat
masih dalam tahap pembangunan sarana fisik awal. Selain itu, sumber pakan hijauan makanan ternak dan pemanfaatan limbah pertanian yang berkualitas serta
ketersediannya secara kontinu belum dikelola secara baik. Sapi Bali yang ada hanya memanfaatkan hijauan alam yang tersedia dan belum ada hasil penelitian
tentang kualitas hijauan tersebut, sementara itu kebun hijauan makanan ternak yang ada belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Begitu pula dengan
ketersediaan fasilitas layanan kesehatan ternak yang masih sangat minim. Meskipun obat-obatan hewan telah tersedia tetapi pemanfaatannya belum optimal
karena tidak adanya tenaga ahli seperti dokter hewan dan paramedisnya yang khusus secara langsung menangani ternak sapi. Sementara itu Poskeswan dan
rumah dokter hewan saat ini baru dalam tahap pembangunan. Keterbatasan penyediaan sarana dan mobilitas petugas peternakan serta jangkauan layanan
pada akhirnya bermuara pada minimnya layanan kesehatan ternak sapi potong berakibat pada lambatnya proses pengembangan usaha sapi potong di Kabupaten
Raja Ampat. Peternak sebagai pelaku usaha, merupakan unsur penting dalam upaya
pengembangan peternakan sapi potong. Pada konteks yang lebih modern, peternak dituntut berperan efektif sebagai pelaku sekaligus manajer bagi usaha ternak sapi
potongnya. Relatif masih lemahnya kualitas SDM peternak terlihat dari masih kurang efektifnya teknis produksi peternakan. Sebagai ilustrasi adalah belum
optimalnya penggunaan hijauan berkualitas di kebun HMT milik UPTD- Peternakan sebagai pakan ternak, disamping layanan kesehatan ternak dari
petugas peternakan yang belum optimal dan efektif dalam memanfaatkan peralatan dan obat-obatan ternak. Penguasaan teknologi peternakan masih relatif
rendah oleh kalangan peternak di kawasan pengembangan juga menjadi hambatan. Hasil pengkajian di lapangan, para peternak menegaskan pentingnya
peningkatan kualitas SDM peternak melalui penyuluhan dan pelatihan baik yang menyangkut aspek pengetahuan dan keterampilan manajemen pembibitan,
pemeliharaan, produksi, pakan maupun kesehatan ternak sapi potong. Disamping itu, penguasaan teknologi penanganan limbah peternakan merupakan salah satu
unsur penting dalam upaya pengembangan peternakan sapi potong, teknologi ini diperlukan mengingat bahwa pengembangan peternakan di suatu kawasan sering
menimbulkan masalah estetika atau pencemaran lingkungan. Peningkatan kuantitas dan kualitas petugas peternakan serta sarana dan
prasarana penunjangnya merupakan salah satu hal yang tampaknya perlu segera dilakukan dalam upaya pengembangan usaha ternak sapi potong di Kabupaten
Raja Ampat. Hal ini menjadi sangat penting karena sebagian besar peternak menyatakan mereka kurang memperoleh pembinaan tentang berbagai aspek teknis
pengembangan peternakan. Disamping itu, kurangnya modal menjadi kendala dalam usaha peternakan sapi potong di lokasi penelitian. Hasil survei dalam kajian
ini menunjukkan bahwa sebagian besar peternak yang merupakan peternak binaan dari UPTD-Peternakan Kabupaten Raja Ampat memiliki keterbatasan dalam hal
modal untuk mengembangkan ternak sapi potongnya.
3. Peluang