IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan terhadap diferensiasi leukosit mencit Mus musculus yang diinfeksi P. berghei, setelah diberi infusa akar tanaman kayu kuning C.
fenestratum sebagai berikut :
• Netrofil
Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 10, pada kelompok perlakuan A1 hari ke-1 menunjukkan peningkatan persentase netrofil yang nyata jika
dibandingkan KN, KP, A2, dan A3 yakni 58.40. Pada perlakuan AI, hari ke-2, ke-3 dan ke-4 menunjukkan penurunan persentase jika
dibandingkan dengan kelompok KN, pada hari ke-7 terjadi peningkatan persentase netrofil jika dibandingkan dengan A2 dan A3. Pada perlakuan
A2 hari ke-1 menunjukkan persentase yang lebih rendah dibanding KN, KP, A1, dan A3 yaitu sebesar 46.26. Pada perlakuan A2, hari ke-2
menunjukkan penurunan persentase netrofil dan pada hari ke-3 terjadi peningkatan netrofil jika dibandingkan dengan KP dan A3. Pada hari ke-4
dan ke-7 terjadi penurunan persentase netrofil jika dibandingkan KN, KP, A1, dan A3. Perlakuan A3 hari ke-1 menunjukkan peningkatan persentase
netrofil, pada hari ke-2 hingga hari ke-7 terjadi penurunan persentase netrofil. Persentase netrofil terendah terjadi pada hari ke-3 dibandingkan
dengan A1 dan A2 serta berbeda nyata lebih rendah terhadap KN.
Gambar 10
Rata-rata persentase netrofil pada mencit yang diinfeksi P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning Coscinium fenestratum.KN : Kontrol negatif hanya
diberi larutan PGA 3,KP : Kontrol positif dengan pemberian klorokuin, A1 : ekstrak air dosis 0.625 mg 25 gr BB mencit, A2 : ekstrak air dosis 1.25 mg 25 gr
BB mencit dan A3 : ekstrak air dosis 3.75 mg gr BB mencit.
Peningkatan persentase netrofil pada perlakuan A1 dan A3 pada hari ke-1 disebabkan oleh fungsi netrofil yang merupakan basis pertahanan pertama dalam
menyerang infeksi bakterimikroorganisme, trauma jaringan, ataupun respon inflamasi Kern 2002. Parasit akan mengeluarkan bahan kemotaktik yang dapat
menarik netrofil untuk datang dan melakukan fagositosis Meyer et al. 1992. Kemudian netrofil akan mengalami autolisis setelah proses fagositosis selesai.
Histamin dan faktor leukopoietik sitokin dan interlukin yang dilepaskan setelah lisisnya netrofil akan merangsang sumsum tulang melepaskan cadangan netrofil
sehingga produksi netrofil akan meningkat Hafizhiah 2008. Netrofil hanya memiliki waktu paruh selama dua hari dan hanya efektif pada hari-hari pertama
setelah infeksi parasit Hargono 1996. Penurunan jumlah netrofil pada kelompok A1, A2, dan A3 pada hari ke-2
sampai hari ke-7 jika dibandingkan dengan hari ke-1, disebabkan oleh pemberian infusa akar kayu kuning, menurut Rojsanga dan Gritsanapan 2005 tanaman akar
kayu kuning mengandung senyawa yaitu berberin. Berberin yang merupakan alkaloid isokuinolon diketahui memiliki aktivitas farmakologi seperti aktivitas
antimikrobial terhadap bakteri, fungi dan virus, antimalaria, antiinflamasi, dan antiproliferatif Tungpradit et al. 2011. Menurut penelitian sebelumnya, akar
kayu kuning yang diekstrak dengan pelarut air juga mengandung senyawa flavonoid Kusuma 2011, menurut USDA 2010 flavonoid dapat meningkatkan
aktivitas sebagai antiinflamasi. Hasil penelitian yang dilakukan Kusuma 2011, menunjukkan persentase
parasitemia pada kelompok A1 dan A2 mengalami peningkatan dari hari ke-1 sampai hari ke-7 setelah infeksi. Sementara untuk kelompok A3 persentase
parasitemianya mengalami penurunan sampai hari ke-3 setelah infeksi, dan persentase parasitemianya meningkat pada hari ke-4 setelah infeksi dan turun
pada hari ke-7 setelah infeksi Kusuma 2011. Peningkatan persentase parasitemia pada kelompok A1 dan A2 kemungkinan disebabkan karena penurunan persentase
netrofil dan kurangnya dosis pemberian dari akar kayu kuning menyebabkan efek antimalaria berkurang sehingga belum dapat menghambat pertumbuhan P.berghei.
• Eosinofil
Hasil pengamatan persentase rata-rata eosinofil mencit yang diinfeksi P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning Coscinium fenestratum,
dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 11.
Gambar 11
Rata-rata persentase eosinofil pada mencit yang diinfeksi P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning Coscinium fenestratum.KN : Kontrol negatif hanya
diberi larutan PGA 3,KP : Kontrol positif dengan pemberian klorokuin, A1 : ekstrak air dosis 0.625 mg 25 gr BB mencit, A2 : ekstrak air dosis 1.25 mg 25 gr
BB mencit dan A3 : ekstrak air dosis 3.75 mg gr BB mencit.
Berdasarkan tabel 3 dan gambar 11, pada kelompok KP dan perlakuan AI, A2, dan A3 hari ke-1 persentase eosinofilnya lebih rendah dari kelompok KN.
Pada perlakuan A1 hari ke-2 dan ke-3 persentase eosinofil menurun bahkan tidak terdapat eosinofil. Pada perlakuan A1, hari ke-4 dan hari ke-7 menunjukkan
peningkatan dan hari ke-7 perlakuan A1 menunjukan persentase yang tertinggi dan berbeda nyata dengan KN, KP, A2 dan A3 yaitu 1.66. Perlakuan A2, hari
ke-2 menunjukkan peningkatan, bahkan persentasenya lebih tinggi dibandingkan KP, A1, dan A3. Perlakuan A2, hari ke-3 terjadi penurunan bahkan tidak terdapat
eosinofil. Pada hari ke-4 dan hari ke-7 menunjukkan peningkatan persentase eosinofil, bahkan pada hari ke-7 persentase eosinofilnya lebih tinggi dibandingkan
KN dan A3. Pada perlakuan A3, hari ke-2 menunjukkan peningkatan eosinofil jika dibandingkan dengan hari sebelumnya. Perlakuan A3, pada hari ke-3
menunjukkan penurunan bahkan tidak terdapat eosinofil, pada hari ke-4 dan hari ke-7 menunjukkan peningkatan kembali eosinofil. Jadi gambaran eosinofil A2 dan
A3 hampir sama. Guyton 1996 menyatakan bahwa eosinofil berperan dalam proses imun
tubuh terhadap adanya infeksi parasit seperti cacing, protozoa dan lain-lain.
Jumlah eosinofil akan meningkat apabila ada reaksi alergi dan infeksi dari parasit Kern 2002. Rata-rata persentase eosinofil kelompok A1, A2 dan A3 pada hari-
hari pertama tidak menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari KN. Ini disebabkan karena ekstrak air akar kayu kuning yang menghambat produksi eosinofil.
Menurut Sudharshan et al. 2010 bahwa kandungan flavonoid dalam kayu kuning berperan dalam aktivitas antiinflamasi. Berbeda dengan hari ke-7 yang
menunjukkan rata-rata nilai ketiga perlakuan lebih tinggi dibanding KN. Terutama pada kelompok A1 hari ke-7, persentase eosinofilnya berbeda nyata dengan KN.
Eosinofil tidak seefisien netrofil dalam fagositosis, namun memiliki lisosom yang dapat menghancurkan parasit bila dirangsang dengan tepat Tizard 1988 sehingga
nilainya tidaklah tinggi didalam darah. Tingkat parasitemia pada kelompok perlakuan A1 pada hari ke-7 mengalami peningkatan yang drastic Kusuma 2011,
sehingga keadaan umum hewan pun ikut memburuk, yang merangsang tubuh untuk memproduksi eosinofil. Menurut Tizard 1988, secara umum, antibodi
yang ada didalam tubuh membantu mengontrol jumlah parasit dalam aliran darah.
29
Tabel 2 Rata-rata persentase netrofil dari mencit yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa akar kayu kuning Perlakuan
Pengamatan pada Hari ke- setelah pemberian ekstrak 0 1 2 3 4 7
KN 53.89±8.03
cdefg
52.44±8.10
bcdefg
54.44±6.87
cdefg
57.01±8.05
efg
59.89±3.83
g
61.66±4.71
g
KP 55.60±6.62
defg
46.20±9.16
abcde
41.73±9.03
ab
43.00±10.39
abc
53.08±10.84
cdefg
61.50±4.12
g
A1 53.60±13.15
cdefg
58.40±11.97
fg
48.66±1.65
abcdef
47.00±6.13
abcde
46.33±0.00
abcde
54.00±3.06
cdefg
A2 47.46±4.40
abcdef
46.26±4.97
abcde
40.73±8.94
a
47.25±2.10
abcdef
45.41±8.33
abcd
44.66±4.02
abcd
A3 61.53±7.38
g
53.93±4.27
cdefg
43.20±10.93
abc
39.59±11.08
a
47.58±3.92
abcdef
48.00±2.53
abcdef
Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P0.05; KN: Kontrol Negatif; KP: Kontrol Positif; A1, A2, dan A3: Infusa akar kayu kuning dengan dosis 0.625,1.25, 3.75.
Tabel 3 Rata-rata persentase eosinofil dari mencit yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa akar kayu kuning. Perlakuan
Pengamatan pada Hari ke- setelah pemberian ekstrak 0 1 2 3 4 7
KN 0.44±0.54
abcd
0.55±0.49
abcd
0.66±0.47
bcd
0.55±0.36
abcd
0.66±0.47
bcd
0.44±0.14
abcd
KP 0.40±0.55
abcd
0.26±0.43
ab
0.53±0.38
abcd
0.93±1.03
cd
0.25±0.27
ab
1.00±0.00
d
A1 0.00±0.00
a
0.13±0.18
ab
0.00±0.00
a
0.00±0.00
a
0.16±0.11
ab
1.66±1.17
e
A2 0.06±0.15
ab
0.13±0.18
ab
0.66±0.15
ab
0.00±0.00
a
0.41±0.27
abcd
0.89±0.49
cd
A3 0.00±0.00
a
0.13±0.18
ab
0.33±0.24
abc
0.00±0.00
a
0.08±0.14
ab
0.66±0.47
bcd
Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P0.05; KN: Kontrol Negatif; KP: Kontrol Positif; A1, A2, dan A3: Infusa akar kayu kuning dengan dosis 0.625; 1.25; 3.75.
• Monosit
Hasil pengamatan persentase rata-rata monosit mencit yang diinfeksi P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning, dapat dilihat pada Tabel 4
dan Gambar 12.
Gambar 12
Rata-rata persentase monosit pada mencit yang diinfeksi P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning Coscinium fenestratum. KN: Kontrol negatif hanya
diberi larutan PGA 3, KP : Kontrol positif dengan pemberian klorokuin, A1 : ekstrak air dosis 0.625 mg 25 gr BB mencit, A2 : ekstrak air dosis 1.25 mg 25 gr
BB mencit dan A3: ekstrak air dosis 3.75 mg gr BB mencit.
Berdasarkan tabel 4 dan gambar 12, persentase monosit perlakuan A1, A2 dan A3 pada hari ke-1 lebih rendah dibandingkan kelompok KN dan KP. Pada
perlakuan A1 pada hari ke-2 mengalami peningkatan, persentasenya lebih tinggi dibandingkan dengan KN, A2, dan A3, tetapi masih rendah dari pada KP.
Kemudian pada hari ke-3 dan ke-4 terjadi penurunan persentase monosit. Pada hari ke-7 terjadi peningkatan monosit, persentasenya lebih tinggi dibandingkan
dengan KN, A2, dan A3. Persentase monosit A2 pada hari ke-2 lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok KN, KP, A1, dan A3. Pada hari ke-3, ke-4 dan
ke-7 terjadi peningkatan, dimana persentasenya lebih tinggi dari pada kelompok perlakuan A3. Pada perlakuan A3 hari ke-2 terjadi peningkatan monosit jika
dibandingkan dengan hari sebelumnya, tetapi persentasenya lebih rendah dari kelompok KN, KP, dan A1. Kemudian terjadi penurunan persentase monosit pada
hari ke-3, ke-4, dan ke-7, dimana persentasenya lebih rendah dari kelompok KN, KP, A1, dan A2.
Tingginya persentase dari monosit pada perlakuan A1 dan A2 pada hari ke-7, dapat disebabkan oleh senyawa flavonoid yang terkandung di dalam akar
kayu kuning Kusuma 2011. Flavonoid berpotensi sebagai antioksidan dan mampu meningkatkan respon imun Depkes RI 1985. Flavonoid berpotensi
bekerja terhadap limfokin yang dihasilkan oleh sel T, sehingga akan meransang sel-sel fagosit monosit untuk melakukan respon fagositosis Kusmardi et al.
2006. Dengan adanya flavonoid, jumlah monosit di dalam tubuh akan meningkat. Monosit merupakan salah satu sel yang berperan penting dalam respon imun, baik
berperan fungsional dalam fagositosis maupun perannya sebagai antigen presenting cells APC Bratawidjaja 2003, Kern 2002. Dengan demikian,
pemberian infusa akar kayu kuning dapat meningkatkan jumlah monosit di dalam tubuh. Peningkatan monosit juga disebabkan karena terjadi peningkatan
persentase parasitemia, sehingga merangsang tubuh untuk melakukan perlawanan dengan mengeluarkan monosit. Sementara itu, penurunan monosit pada kelompok
A3 hari ke-3 sampai hari ke-7 dapat disebabkan oleh penurunan tingkat parasitemia dank arena adanya pengaruh dari kandungan infusa akar kayu kuning
yang berfungsi sebagai anti plasmodial.
• Limfosit
Hasil pengamatan persentase rata-rata limfosit mencit yang diinfeksi P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning Coscinium fenestratum,
dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 13.
Gambar 13
Rata-rata persentase limfosit pada mencit yang diinfeksi P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning Coscinium fenestratum. KN : Kontrol negatif
hanya diberi larutan PGA 3, KP : Kontrol positif dengan pemberian klorokuin, A1 : ekstrak air dosis 0.625 mg 25 gr BB mencit, A2 : ekstrak air dosis 1.25 mg
25 gr BB mencit dan A3 : ekstrak air dosis 3.75 mg gr BB mencit.
Berdasarkan tabel 5 dan gambar 13, pada perlakuan A1 hari ke-1 menunjukkan penurunan persentase limfosit jika dibandingkan KN, KP, A2, dan
A3 yakni 38.26. Pada perlakuan A1, hari ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-7 masih
menunjukkan penurunan persentase jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan A2 dan A3. Pada perlakuan A2 hari ke-1 dan ke-2 menunjukkan
peningkatan persentase limfosit jika dibanding KN, KP, A1, dan A3 yaitu sebesar 50.73 dan 56.86. Pada hari ke-3 terjadi penurunan persentase limfosit jika
dibandingkan dengan kelompok KP dan A3. Kemudian pada hari ke-4 dan ke-7 terjadi peningkatan persentase limfosit jika dibandingkan semua kelompok.
Persentase limfosit perlakuan A3 pada hari ke-1 lebih tinggi daripada perlakuan A1 tetapi masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok A2. Pada hari
ke-2 dan ke-3 terjadi peningkatan limfosit, bahkan pada hari ke-3 persentase limfositnya lebih tinggi dibandingkan kelompok KN, KP, A1, dan A2 yaitu
57.46. Pada hari ke-4 dan ke-7 terjadi penurunan persentase limfosit jika dibandingan dengan kelompok perlakuan A2, tetapi lebih tinggi jika dibandingkan
dengan KN, KP, dan A1. Rendahnya persentase limfosit pada kelompok A1 jika dibandingkan
dengan kelompok perlakuan yang lain, bisa disebabkan karena nilai netrofil yang lebih tinggi sebagai garis pertahanan utama pada hari pertama setelah infeksi,
sehingga organ limfoid utama lebih banyak mengeluarkan netrofil jika dibandingkan dengan limfosit Baratawidjaja 2003. Peningkatan dari limfosit
pada perlakuan A2 hari ke-1, ke-2, ke-4, dan ke-7, serta perlakuan A3 pada hari ke-2 sampai hari ke-7, disebabkan karena terjadi peningkatan persentase
parasitemia pada setiap perlakuan Kusuma 2011. Peningkatan limfosit ini dapat disebabkan oleh kandungan berberin dan flavonoid pada C. fenestratum. Menurut
Wongbutdee 2009 C. fenestratum berfungsi sebagai imunostimulator sehingga merangsang tubuh untuk memproduksi limfosit. Jiao et al. 1999 menyatakan
bahwa flavonoid dapat meningkatkan aktivitas IL-2 dan meningkatkan proliferasi limfosit. Ganong 2002 menyatakan bahwa adanya benda asing P. berghei akan
meransang terbentuknya antigen precenting cell APC, APC ini akan meransang tubuh untuk membentuk sel limfosit T. Selain itu, IL-2 akan diproduksi dengan
adanya sel limfosit T, IL-2 ini akan meransang sel T sitotoksik untuk menghancurkan benda asing P. berghei yang masuk ke dalam tubuh. Pemberian
infusa akar kayu kuning dapat meningkatkan jumlah limfosit, sehingga dengan adanya kerjasama antara sistem kekebalan tubuh dan infusa akar kayu kuning
dalam tubuh mencit dapat mengeliminasi jumlah parasit yang ada. Hal ini dapat dilihat pada kelompok A3 yaitu jumlah parasitemianya berkurang pada hari ke-7
setelah infeksi Kusuma 2011.
34
Tabel 4 Rata-rata persentase monosit dari mencit yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa akar kayu kuning. Perlakuan
Pengamatan pada Hari ke- setelah pemberian ekstrak 0 1 2 3 4 7
KN 3.44±1.56
abcdef
3.44±1.11
abcdef
3.66±1.24
abcdef
4.66±0.85
defg
4.88±0.68
fgh
3.77±1.18
abcdef
KP 4.26±1.32
cdefg
3.86±0.72
abcdef
4.79±1.17
efgh
4.20±1.12
bcdefg
3.75±1.31
abcdef
5.66±0.23
gh
A1 6.26±2.78
h
3.20±1.23
abcde
4.16±1.53
bcdefg
3.16±0.59
abcde
3.66±0.23
abcdef
5.00±0.94
fgh
A2 2.99±1.02
abcd
2.80±0.80
abc
2.33±0.97
a
2.99±0.91
abcd
3.08±0.49
abcd
4.33±0.81
cdefg
A3 3.00±0.97
abcd
2.53±1.06
ab
3.00±0.52
abcd
2.66±0.97
abc
2.25±0.63
a
2.50±0.82
ab
Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P0.05; KN: Kontrol Negatif; KP: Kontrol Positif; A1, A2, dan A3: Infusa akar kayu kuning dengan dosis 0.625; 1.25; 3.75.
Tabel 5 Rata-rata persentase limfosit dari mencit yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa akar kayu kuning. Perlakuan
Pengamatan pada Hari ke- setelah pemberian ekstrak 0 1 2 3 4 7
KN 42.22±7.26
abcdefgh
43.33±8.38
bcdefgh
40.88±6.64
abcdefg
37.77±7.43
abc
34.44±3.30
ab
34.11±5.19
ab
KP 39.66±5.93
abcdef
49.66±8.79
defghi
52.86±8.71
hi
51.66±10.88
ghi
42.91±11.06
abcdefgh
31.83±4.35
a
A1 40.14±13.03
abcdef
38.26±12.47
abcd
47.15±0.10
cdefghi
49.66±5.41
defghi
49.66±0.23
defghi
39.18±5.29
abcde
A2 49.46±3.58
defghi
50.73±5.17
fghi
56.86±9.52
i
49.66±2.69
defghi
50.75±8.62
fghi
49.77±4.22
efghi
A3 35.46±7.78
ab
43.33±5.58
bcdefgh
53.33±10.62
hi
57.46±11.46
i
50.00±3.86
efghi
47.83±0.35
cdefghi
Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P0.05; KN: Kontrol Negatif; KP: Kontrol Positif; A1, A2, dan A3: Infusa akar kayu kuning dengan dosis 0.625; 1.25; 3.75.
• Basofil
Hasil pengamatan persentase rata-rata limfosit mencit yang diinfeksi P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning, dapat dilihat pada Tabel 6
dan Gambar 14.
Gambar 14 Rata-rata persentase basofil pada mencit yang diinfeksi P.berghei dan diberi infusa
tanaman akar kayu kuning Coscinium fenestratum.KN : Kontrol negatif hanya diberi larutan PGA 3, KP : Kontrol positif dengan pemberian klorokuin, A1 : ekstrak air
dosis 0.625 mg 25 gr BB mencit, A2 : ekstrak air dosis 1.25 mg 25 gr BB mencit dan A3 : ekstrak air dosis 3.75 mg gr BB mencit.
Berdasarkan tabel 6 dan gambar 14, pada kelompok A1 pada hari ke-1 dan ke-2 menunjukkan nilai nol atau tidak ditemukan basofil. Kemudian mulai pada
hari ke-3 sampai hari ke-7 persentase basofilnya meningkat dan menunjukkan persentase yang sama yakni 0.16. Persentase basofil pada kelompok A2 dan A3
pada hari ke-1 menunjukkan hasil yang sama yakni 0.06, persentasenya lebih tinggi dibandingkan kelompok KN, KP, dan A1. Pada hari ke-2 tidak ditemukan
adanya basofil pada kelompok perlakuan A2, kemudian pada hari ke-3 sampai hari ke-7 terjadi peningkatan basofil. Persentase basofil pada hari ke-4 lebih tinggi
dibandingkan dengan semua kelompok. Kelompok perlakuan A3 pada hari ke-2 dan ke-3 mengalami peningkatan basofil, persentasenya lebih tinggi dari semua
kelompok. Pada hari ke-4 terjadi penurunan basofil dan pada hari ke-7 terjadi peningkatan kembali, persentasenya lebih tinggi daripada KN, KP, A1, dan A2,
yakni 1.00. Persentase basofil pada tiap perlakuan tidak menunjukan hasil yang berarti.
Hal ini dikarenakan basofil kurang merespon akan adanya parasit. Menurut Campbell et al. 2004, basofil memiliki peran utama dalam berbagai proses alergi
dan penutupan luka, serta basofil kurang berperan terhadap adanya parasit. Selain itu, basofil juga berperan dalam respon peradangan, basofil mengandung zat
heparin antikoagulan yang dilepas didaerah peradangan guna mencegah pembekuan darah dalam reaksi inflamasi Frandson 1992. Peningkatan
persentase basofil pada kelompok A3 tiap harinya, mungkin karena peningkatan persentase limfosit. Menurut Tizard 1988, adanya infiltrasi basofil dapat
disebabkan karena adanya pelepasan limfokin basofil-kemotaktik dari sel T. Peningkatan basofil ini menunjukkan keterlibatan basofil dalam mencegah rekasi
inflamasi akibat tingginya persentase limfosit dan kerjasama dengan berberin yang terkandung dalam ekstrak yang mempunyai fungsi antiinflamasi.
37
Tabel 6 Rata-rata persentase basofil dari mencit yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa akar kayu kuning. Perlakuan
Pengamatan pada Hari ke- setelah pemberian ekstrak 0 1 2 3 4 7
KN 0.00±0.00
a
0.22±0.13
a
0.00±0.00
a
0.00±0.00
a
0.11±0.13
a
0.00±0.00
a
KP 0.06±0.14
a
0.00±0.00
a
0.06±0.14
a
0.26±0.15
a
0.00±0.00
a
0.00±0.00
a
A1 0.00±0.00
a
0.00±0.00
a
0.00±0.00
a
0.16±0.11
a
0.16±0.11
a
0.16±0.11
a
A2 0.00±0.00
a
0.06±0.14
a
0.00±0.00
a
0.08±0.14
a
0.33±0.40
a
0.33±0.40
a
A3 0.00±0.00
a
0.06±0.14
a
0.13±0.18
a
0.26±0.59
a
0.08±0.14
a
1.00±0.70
b
Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P0.05; KN: Kontrol Negatif; KP: Kontrol Positif; A1, A2, dan A3: Infusa akar kayu kuning dengan dosis 0.625; 1.25; 3.75.
V. SIMPULAN DAN SARAN