Simpulan Saran SIMPULAN DAN SARAN

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. Rata-rata persentase netrofil tertinggi dari seluruh kelompok perlakuan yang diberi infusa C. fenestratum yaitu pada kelompok dosis 1 A1 hari ke-1 setelah infeksi dengan persentase 58. 2. Rata-rata persentase eosinofil dan monosit tertinggi pada mencit terjadi pada kelompok dosis 1 A1 hari ke-7 setelah infeksi dengan persentase masing-masing 1.6 dan 5.00. 3. Rata-rata persentase limfosit tertinggi pada mencit terjadi pada kelompok dosis 3 A3 hari ke-3 setelah infeksi, dengan persentase 57.46. 4. Rata-rata persentase basofil tertinggi pada mencit terjadi pada kelompok dosis 3 A3 hari ke-7 setelah infeksi, dengan persentase 1.

5.2. Saran

Perlu diadakan uji lanjut mengenai pemberian ekstrak air akar kayu kuning Coscinium fenestratum dengan jangka waktu lebih lama untuk menurunkan tingkat parasitemia dan peningkatan daya tahan tubuh. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Ed ke-4. Jakarta : Depkes RI Anonim. 2007. Peranan Tanaman Obat Dalam Pengembangan Hutan Tanaman. http:www.dephut.go.idindex.php?q=ennode352 Bratawidjaja KG. 2003. Imunologi Dasar. Ed ke-6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI. Caceci T. 1998. Formed Element of Blood. The Cancer Journal II 3: 1742-11826 http:www.cvm.tamu.eduvaphgiilabotec.html. [23 Juni 2011] [Abstract]. Campbell NA, Jane BR, Lawrence GM. 2004. Biologi. Manalu W, penerjemah; Safitri A, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Biology. Carter B, Diggs CL. 1977. Parasitic Protozoa. New York: 184-218. Academic Press. [CDC]. 2010. Malaria life cycle. www.dpd.cdc.govdpdx. [23 Juni 2011] Darlina, Devita T. 2008. Daya Infeksi Plasmodium berghei Stadium Eritrositik yang Diirradiasi Sinar Gamma. http:nbc.batan.go.id. [23 Juni 2011]. Dechwisissakul P, Bavovada R, Thonghoom P. 2000. Pharmacognostic identification of Hamm. Thai J Pharm Sci; 24 suppl: 31 [Abstract]. Dellman HD, Brown EM. 1992. Histologi Veteriner. Ed ke-3. UI Press, Jakarta. [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Hari Malaria Sedunia. http:www.penyakitmenular.info. [22 Juni 2011] [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pedoman Pengendalian Tikus Khusus di Rumah Sakit. http:www.depkes.go.iddownloads-Pengendalian 20Tikus. Pdf [23 Juni 2011]. [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Jakarta : 28-39. [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Farmakope Indonesia. Ed ke-4. Jakarta: Ditjen POM. Dewi RM, Sulaksono E. 1994. Pengaruh Pasase P. berghei pada Mencit strain Swiss. Cermin Dunia Kedokteran Vol. ke-94. Jakarta : Grup PT Kalbe Farma. Hlm.2. http:www.kalbe.co.id.htm. [23 Juni 2011]. Dewi RM, Harijani AM, Emiliana T, Suwarni, Rabea P.Y. 1996. Keadaan Hematologis Mencit yang Diinfeksi dengan Plasmodium berghei. Cermin Dunia Kedokteran. No 106. Forman L.L. 1986. Menispermaceae. Flora Malesiana Series I – Spermatophyta Flowering Plants. 10 2: 157 – 253. Netherlands: Martinus Nijhoff Publishers. Frandson RD. 1986. Anatomy and Physiology Of Farm Animals. 4 th Edition. USA: Lea and Febiger. Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Ed ke-4. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Fullerton DS.1990. Anti Malaria. Doerge RF, editor. Buku teks Wilson dan Gisvold Kimia Farmasi dan Medisinal Organik. Terjemahan: Fatah AM. Ed ke-8. Semarang : IKIP semarang press. Ganong WF. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Review of Medical Physiology. Ed ke-4 Bagian VI. Petrus Andianto, Penerjemah Jakarta: EGC. Gandahusada S, Herry DI, Pribadi W. 2000. Parasitologi Kedokteran. Ed ke-3. FKUI. Jakarta : Penerbit Gaya Baru. 171-199. Ganong WF. 2002. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed ke-20. Jakarta : Penerbir Buku Kedokteran EGC. Guyton AC, Hall JE.1996. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed ke-9. Setiawan I, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hafizhiah NH. 2008. Total Leukosit dan Diferensiasinya pada Kambing Peranakan Etawa Capra aegagrus hircus di Cariu, Bogor dan Cipanas- Cianjur, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Hargono D. 1996. Sekelumit Mengenai Obat Nabati dan Sistim Imunitas. Di dalam: Riyanto B, editor. Cermin Dunia Kedokteran. No 108. Jakarta: Group PT Kalbe Farma Tbk. [terhubung berkala]. http:www.kalbe.co.idfilescdkfilescdk_108_obat_tradisional.pdf [25 Juli 2011] Hartono. 1995. Histologi Veteriner sitologi dan Jaringan Dasar. Bogor: Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Jain NC. 1993. Essentials of Veterinary Hematology. Philadelphia: Lea and Febiger. USA. Jekti RB, Sulaksono E, Sundari S, Marleta R, Subahagio. 1996. Pengaruh pasase terhadap gejala klinis pada mencit strain derived yang diinfeksi plasmodium berghei ANKA. Cermin Dunia Kedokteran No. 106 : 34 -40. Jiao Y, Wen J, Yun. 1999. Influence of Flavonoid of Astragalus Membranaceus’s Stem and Leaves on the Function of Cell Mediated Immunity in Mice. Heilongjiang University [terhubung berkala]. http:www.nebi.nlm.nih.gov pubmed. Joy PP, Thomas J, Mathew S, Skaria BP. 1998. Medicinal Plants. India: Kerala Agricultural University . Kern WMD. 2002. Cells and Composition of The Peripheral Blood. PDQ Hematology March: 1-16. Kusmardi, Shirly K, Dwita W. 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Johar Cassia siamea Lamk. terhadap Peningkatan Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Sel Makrofag. Di dalam: Makara Kesehatan 102. Kusumawardhani, Widyawaruyanti, dan Kusumawati L. 2005. Efek Antimalaria Ekstrak Sambiloto Terstandar Parameter Kadar Andrographolida pada Mencit Terinfeksi Plasmodium berghei. Majalah Farmasi Airlangga 5 1: 25-29. Kusuma PKGT. 2011. Uji Efektifitas Akar Kayu Kuning Coscinium fenestratum sebagai Antimalaria pada Mencit Mus Musculus yang Diinfeksi Plasmodium berghei. [Tesis]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Levine ND. 1995. Parasitologi veteriner. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lubis S. 1993. Diferensiasi Leukosit Pada Interaksi Eimeria tenella dengan Ulasan Darah Tipis. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. [LUMC] Leids Univesitair Medisch Centrum. 2011. Life cycle of Plasmodium berghei [terhubung berkala]. http:www.lumc.nlcon1040810280913482 21810281121192556811070740182556811070747452556 [4 Juli 2011]. Malole MBM, Pramono CSU.1989. Penggunaan hewan-hewan percobaan di laboratorium. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Marleta R.D, Harijani AM, Sustriayu N, Sekartuti, Tjitra E.1996. Penelitian Malaria di Kecamatan Teluk Dalam, Nias, Sumatra Utara. Cermin Dunia Kedokteran 106: 5-9. Martini F, Ober WC, Garrison CW, Welch K. 1992. Fundamentals of Anatomy and Physiology. Ed ke-2. New Jersey: Prentice Hall Englewood Cliffs. USA. Meyer DJ, Coles EH, Rich LJ. 1992. Veterinary Laboratory Interpretation and diagnosis. Philadelphia: WB Saunders Company. Mustofa, Sholikhah EN, Wahyuno S. 2007. In vitro and in vivo antiplasmodial activity andCytotoxicity of extracts of Phyllanthus niruri l. Herbs traditionally used to treat malaria in Indonesia. Southeast A J Trop Med Public Health 38:4. Nahrevanian H, Esmaeili B, Kazem M, Nazem H, Amim M. 2010. In Vivo Antimalarial Effect of Iranian Flora Artemisia khorassanica against Plasmodium berghei and Pharmacochemistry of its Natural Components. Iranian J Parasitol 1: 6-19, vol 5. Noerhidayah, Akhmadi A, Priyono. 2008. Proses Perkecambahan Benih Akar kayu kuning Coscinium fenestratum Gaertn Colebr.. Wahana Benih 2 2. Nuchsan U. 1994. Gambaran penyakit malaria di bagian anak. Cermin kedokteran Volume ke-94. Jakarta : Grup PT Kalbe Farma. Hlm. http:www.kalbe.co.id.htm [23 Mei 2011]. Perry, L.M., Metzger, J. 1980. Medicinal Plants of East and Southeast Asia. MIT Press, Cambridge, p. 269. Pribadi W.2003. Parasit malaria. Di dalam Gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W, editor. Parasitologi Kedokteran. Ed ke-3.Jakarta : balai Penerbit FKUI. Rahayu, Y. D. 2005. Kajian Potensi Tumbuhan Obat di Kawasan Malianau Research Forest MRF CIFOR Kabupaten Malinau Kalimantan Timur. Tesis Program Pascasarjana Universitas Mulawarman. Rumawas W. 1989. Patologi umum. Bogor: Jurusan Parasitologi dan Patologi. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Rungsimakan S. Pharmacognostic property of Khamin Khruea. Chulalongkorn University, Thailand, 2001. [Tesis]. Rojsanga P, Gritsanapan W. 2005. Variation of Berberin Content in Coscinium fenestratum Stem in Thailand Market. Mahidol University Journal of Pharmaceutical Sciences 323-4: 66-70 [Abstract]. Sangat H. M., Zuhud E.A.M., Dmayanti E.K. 2000. Kamus Penyakit dan Tumbuhan Obat di Indonesia Etnofitomedika. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Shamma, M. 1972. The Isoquinoline Alkaloids. Academic Press, New York. Silikas N, Mc Call DLC, Sharples D, Watkins W M, Waigh R D, Barber J. 2011. The antimalarial Activity of Barberine and Some Synthetic Analogues. Phar Pharmacol Comm 2 1 : 55-58 Sinden RE, Butcher GA, Beetsma Al. 2008. Maintenance of the Plasmodium berghei Life Cycle [abstrak]. Di dalam Malaria Methods and Protocols Methods and Protocols; London Humana Press. Vol 72 http:www.springerlink.com.htm . [23 juni 2011]. Sturkie PD, Grimminger P. 1976. Blood Physical Characteristic. Formed Elements, Haemoglobin and Coagulation dalam: Sturkie P.D. editor. Avian Phisiology 3 rd . Springer Veriag New York Heidelberg Berlin.hlm 65. Sudharshan SJ, Prashith KTR, Sujatha ML. 2010. Antiinflamatory activity of Curcuma aromatica Salisb and Coscinium fenestratum Colebr : A comparative study. J. Phar Res. 31:24-25. Swenson, Melvin J, William RO. 1993. Duke’s Physiology of Domestic Animal. 11 th Edition. Conell University Press. Ithaca and London. Thomas V. 1983. Parasitologi perubatan. Ed ke-1. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa Pustaka. Tizard I. 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Ed ke-3 Hardjosworo S. Penerjemah. Surabaya: Airlangga University Press. Diterjemahkan Dari : An introduction to Veterinary Immunology. Tran, T. A, Ziegler S. 2001. Utilization of Medicinal Plants in Bach ma national Park, Vietnam. Newsletter of The Medicinal Plant Specialist Group of the IUCN Species Survival Commision. Vol 7. Trape JF, Pison G, Speigel A, Enel C, Rogier C. 2002. Combating Malaria in Africa. Trends in Parasitol 18 5 : 224-230. Tushar KV, George S, Remashree AB, Balachandran I. 2008. Coscinium fenestratum Gaertn. Colebr. A review on This rare, Critically Endangered and Highly Traded Medicinal Species. J. Plant Sci 3: 133- 145. Tungpradit R, Supachok S, Suree P, Weerah W, Shui-Tein Chen. 2011. Antiproliferative Activity of Berberin from Coscinium fenestratum on NCI-H838 Cell Line. Chiang Mai J Sci 38 1 : 85-94 Tuti S, Rita MD, Natalia K, Ari G. 2007. Pemantauan Efikasi Klorokuin untuk Pengobatan Malaria Falciparum Ringan di Daerah High Case Incidence HCI Banjarnegara, Jawa Tengah. Bul Penel Kes 35 3 : 97-107 Uskup R. 2008. Plasmodium berghei Pada Penelitian Model Malaria. http:www.scientistsolution.com [23 Juni 2011]. [USDA] United States Departement of Agriculture. 2010. Classification.[terhubung berkala]. http:plants.usda.govjava ClassificationServlet?source=profilesymbol=ARAN3display=31. [25 Juli 2011]. Weiss DJ, Wardrop KJ, editor. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. Ed ke-6. Iowa: Blackwell Publishing. Wongbutdee J. 2009. Physiological effects of Berberin.Thai Pharm Health Sci J 4:78 – 83. World Health Organization. 2005. Initiative for Vaccine Research, State the Art of Vaccine Research and Development [terhubung berkala]. http:www.who.intvaccines-document [23 Mei 2011]. Yuwono SS, Sulaksono E, Yekti PR. 2004. Keadaan Nilai Normal Baku Mencit strain CBR Swiss Derived di Pusat Penelitian Penyakit Menular. Cermin Kedokteran Vol ke-94. Jakarta : Grup PT Kalbe Farma. http:www.kalbe.co.id.htm [23 Juni 2011]. LAMPIRAN Lampiran 1 Data perhitungan Tabel 2 untuk rata-rata persentase netrofil dengan analisis statistik one way ANOVA dengan menggunakan uji lanjut duncan ANOVA Netrofil Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 6110.353 29 210.702 3.836 .000 Within Groups 6591.826 120 54.932 Total 12702.179 149 Duncan interaksi N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4 5 6 7 3siAIII 5 39.5980 2siAII 5 40.7320 2siKP 5 41.7340 41.7340 3siKP 5 43.0000 43.0000 43.0000 2siAIII 5 43.2020 43.2020 43.2020 7siAII 5 44.6620 44.6620 44.6620 44.6620 4siAII 5 45.4160 45.4160 45.4160 45.4160 1siKP 5 46.2000 46.2000 46.2000 46.2000 46.2000 1siAII 5 46.2660 46.2660 46.2660 46.2660 46.2660 4siAI 5 46.3300 46.3300 46.3300 46.3300 46.3300 3siAI 5 47.0000 47.0000 47.0000 47.0000 47.0000 3siAII 5 47.2500 47.2500 47.2500 47.2500 47.2500 47.2500 0siAII 5 47.4680 47.4680 47.4680 47.4680 47.4680 47.4680 4siAIII 5 47.5820 47.5820 47.5820 47.5820 47.5820 47.5820 7siAIII 5 48.0000 48.0000 48.0000 48.0000 48.0000 48.0000 2siAI 5 48.6680 48.6680 48.6680 48.6680 48.6680 48.6680 1siKN 5 52.4420 52.4420 52.4420 52.4420 52.4420 52.4420 4siKP 5 53.0820 53.0820 53.0820 53.0820 53.0820 0siAI 5 53.6000 53.6000 53.6000 53.6000 53.6000 0siKN 5 53.8900 53.8900 53.8900 53.8900 53.8900 1siAIII 5 53.9340 53.9340 53.9340 53.9340 53.9340 7siAI 5 54.0000 54.0000 54.0000 54.0000 54.0000 2siKN 5 54.4480 54.4480 54.4480 54.4480 54.4480 0siKP 5 55.6000 55.6000 55.6000 55.6000 3siKN 5 57.0100 57.0100 57.0100 1siAI 5 58.4000 58.4000 4siKN 5 59.8900 7siKP 5 61.5000 0siAIII 5 61.5340 7siKN 5 61.6680 Sig. .120 .064 .051 .062 .064 .053 .111 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Lampiran 2 Data perhitungan Tabel 3 untuk rata-rata persentase eosinofil dengan analisis statistik one way ANOVA dengan menggunakan uji lanjut duncan ANOVA Eosinofil Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 21.838 29 .753 4.454 .000 Within Groups 20.288 120 .169 Total 42.126 149 Duncan interaksi N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4 5 0siAI 5 .0000 0siAIII 5 .0000 2siAI 5 .0000 3siAI 5 .0000 3siAII 5 .0000 3siAIII 5 .0000 0siAII 5 .0660 .0660 2siAII 5 .0660 .0660 4siAIII 5 .0820 .0820 1siAI 5 .1320 .1320 1siAII 5 .1320 .1320 1siAIII 5 .1320 .1320 4siAI 5 .1680 .1680 4siKP 5 .2500 .2500 1siKP 5 .2660 .2660 2siAIII 5 .3320 .3320 .3320 0siKP 5 .4000 .4000 .4000 .4000 4siAII 5 .4180 .4180 .4180 .4180 0siKN 5 .4420 .4420 .4420 .4420 7siKN 5 .4420 .4420 .4420 .4420 2siKP 5 .5340 .5340 .5340 .5340 1siKN 5 .5520 .5520 .5520 .5520 3siKN 5 .5580 .5580 .5580 .5580 2siKN 5 .6680 .6680 .6680 4siKN 5 .6680 .6680 .6680 7siAIII 5 .6680 .6680 .6680 7siAII 5 .8900 .8900 3siKP 5 .9340 .9340 7siKP 5 1.0000 7siAI 5 1.6680 Sig. .090 .065 .058 .059 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Lampiran 3 Data perhitungan Tabel 4 untuk rata-rata persentase monosit dengan analisis statistik one way ANOVA dengan menggunakan uji lanjut duncan ANOVA Monosit Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 142.905 29 4.928 4.078 .000 Within Groups 144.998 120 1.208 Total 287.903 149 Duncan interaksi N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4 5 6 7 8 4siAIII 5 2.2500 2siAII 5 2.3340 7siAIII 5 2.5000 2.5000 1siAIII 5 2.5340 2.5340 3siAIII 5 2.6660 2.6660 2.6660 1siAII 5 2.8000 2.8000 2.8000 0siAII 5 2.9980 2.9980 2.9980 2.9980 3siAII 5 2.9980 2.9980 2.9980 2.9980 0siAIII 5 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 2siAIII 5 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 4siAII 5 3.0820 3.0820 3.0820 3.0820 3siAI 5 3.1680 3.1680 3.1680 3.1680 3.1680 1siAI 5 3.2020 3.2020 3.2020 3.2020 3.2020 0siKN 5 3.4420 3.4420 3.4420 3.4420 3.4420 3.4420 1siKN 5 3.4480 3.4480 3.4480 3.4480 3.4480 3.4480 2siKN 5 3.6680 3.6680 3.6680 3.6680 3.6680 3.6680 4siAI 5 3.6680 3.6680 3.6680 3.6680 3.6680 3.6680 4siKP 5 3.7500 3.7500 3.7500 3.7500 3.7500 3.7500 7siKN 5 3.7780 3.7780 3.7780 3.7780 3.7780 3.7780 1siKP 5 3.8680 3.8680 3.8680 3.8680 3.8680 3.8680 2siAI 5 4.1680 4.1680 4.1680 4.1680 4.1680 4.1680 3siKP 5 4.2000 4.2000 4.2000 4.2000 4.2000 4.2000 0siKP 5 4.2660 4.2660 4.2660 4.2660 4.2660 7siAII 5 4.3380 4.3380 4.3380 4.3380 4.3380 3siKN 5 4.6680 4.6680 4.6680 4.6680 2siKP 5 4.7980 4.7980 4.7980 4.7980 4siKN 5 4.8880 4.8880 4.8880 7siAI 5 5.0000 5.0000 5.0000 7siKP 5 5.6680 5.6680 0siAI 5 6.2660 Sig. .063 .051 .055 .054 .057 .069 .070 .061 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Lampiran 4 Data perhitungan Tabel 5 untuk rata-rata persentase limfosit dengan analisis statistik one way ANOVA dengan menggunakan uji lanjut duncan ANOVA Limfosit Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 7070.237 29 243.801 4.374 .000 Within Groups 6688.823 120 55.740 Total 13759.060 149 Duncan interaksi N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4 5 6 7 8 9 7siKP 5 31.8380 7siKN 5 34.1100 34.1100 4siKN 5 34.4480 34.4480 0siAIII 5 35.4680 35.4680 3siKN 5 37.7780 37.7780 37.7780 1siAI 5 38.2660 38.2660 38.2660 38.2660 7siAI 5 39.1880 39.1880 39.1880 39.1880 39.1880 0siKP 5 39.6640 39.6640 39.6640 39.6640 39.6640 39.6640 0siAI 5 40.1400 40.1400 40.1400 40.1400 40.1400 40.1400 2siKN 5 40.8880 40.8880 40.8880 40.8880 40.8880 40.8880 40.8880 0siKN 5 42.2220 42.2220 42.2220 42.2220 42.2220 42.2220 42.2220 42.2220 4siKP 5 42.9180 42.9180 42.9180 42.9180 42.9180 42.9180 42.9180 42.9180 1siKN 5 43.3320 43.3320 43.3320 43.3320 43.3320 43.3320 43.3320 1siAIII 5 43.3340 43.3340 43.3340 43.3340 43.3340 43.3340 43.3340 2siAI 5 47.1500 47.1500 47.1500 47.1500 47.1500 47.1500 47.1500 7siAIII 5 47.8300 47.8300 47.8300 47.8300 47.8300 47.8300 47.8300 0siAII 5 49.4680 49.4680 49.4680 49.4680 49.4680 49.4680 3siAII 5 49.6660 49.6660 49.6660 49.6660 49.6660 49.6660 1siKP 5 49.6680 49.6680 49.6680 49.6680 49.6680 49.6680 3siAI 5 49.6680 49.6680 49.6680 49.6680 49.6680 49.6680 4siAI 5 49.6680 49.6680 49.6680 49.6680 49.6680 49.6680 7siAII 5 49.7780 49.7780 49.7780 49.7780 49.7780 4siAIII 5 50.0000 50.0000 50.0000 50.0000 50.0000 1siAII 5 50.7340 50.7340 50.7340 50.7340 4siAII 5 50.7500 50.7500 50.7500 50.7500 3siKP 5 51.6660 51.6660 51.6660 2siKP 5 52.8680 52.8680 2siAIII 5 53.3320 53.3320 2siAII 5 56.8680 3siAIII 5 57.4680 Sig. .053 .112 .081 .051 .065 .059 .066 .059 .078 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Lampiran 5 Data perhitungan Tabel 6 untuk rata-rata persentase basofil dengan analisis statistik one way ANOVA dengan menggunakan uji lanjut duncan ANOVA Basofil Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 5.626 29 .194 4.023 .000 Within Groups 5.787 120 .048 Total 11.413 149 Duncan interaksi N Subset for alpha = 0.05 1 2 0siKN 5 .0000 0siAI 5 .0000 0siAII 5 .0000 0siAIII 5 .0000 1siKP 5 .0000 1siAI 5 .0000 2siKN 5 .0000 2siAI 5 .0000 2siAII 5 .0000 3siKN 5 .0000 4siKP 5 .0000 7siKN 5 .0000 7siKP 5 .0000 0siKP 5 .0660 1siAII 5 .0660 1siAIII 5 .0660 2siKP 5 .0660 3siAII 5 .0820 4siAIII 5 .0820 4siKN 5 .1100 2siAIII 5 .1320 3siAI 5 .1680 4siAI 5 .1680 7siAI 5 .1680 1siKN 5 .2200 3siKP 5 .2640 3siAIII 5 .2660 4siAII 5 .3320 7siAII 5 .3320 7siAIII 5 1.0000 Sig. .061 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar

Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi parasit yang merupakan masalah kesehatan di banyak negara di seluruh dunia. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dengan genus Plasmodium. Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk jenis tertentu yaitu nyamuk dari jenis Anopheles. Plasmodium berghei merupakan parasit darah yang termasuk dalam Subkingdom Protozoa dari filum Apicomplexa Levine 1995. Plasmodium berghei dapat ditemukan atau dapat menginfeksi hewan rodensia Thomas 1983. Pada hewan rodensia seperti tikus dan mencit, protozoa ini dapat menyebabkan malaria. Secara analisa molekuler, terdapat persamaan antara parasit malaria pada manusia P.falciparum dengan P.berghei pada tikus, sehingga P.berghei sering digunakan sebagai model pada penelitian malaria. Disamping itu, parasit ini analog dengan parasit malaria pada manusia dalam aspek penting seperti struktur, fisiologi dan siklus hidupnya Carter dan Diggs 1977. Setiap tahun 300-500 juta kasus malaria menyebabkan 2 juta kematian WHO 2005. Salah satu negara yang memiliki masalah utama terhadap penyakit malaria adalah Indonesia. Di wilayah tropis seperti Indonesia, malaria merupakan penyakit yang cukup banyak diderita. Penyakit ini pada umumnya menyerang penduduk yang tinggal di pedesaan yang merupakan sebagian besar penduduk Indonesia Nuchsan 1994. Jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2009 sebanyak 1.143.024 orang. Jumlah ini mungkin lebih besar dari keadaan yang sebenarnya karena lokasi yang endemis malaria adalah desa-desa yang terpencil dengan sarana transportasi yang sulit dan akses pelayanan kesehatan yang rendah Depkes RI 2010. Penderita yang terinfeksi malaria pada dua dekade terakhir meningkat dua kali, terutama disebabkan oleh munculnya strain P. falciparum yang resisten terhadap obat malaria yang tersedia terutama klorokuin dan turunannya Trape et al. 2002. Di Indonesia, kasus ini masih sering terjadi karena wabah yang tidak diduga dan juga ditemukan resistensi terhadap obat yang sering digunakan. Resistensi adalah kemampuan strain parasit untuk tetap hidup, berkembangbiak, dan menimbulkan gejala penyakit, walaupun diberi pengobatan terhadap parasit dalam dosis standar atau dosis yang lebih tinggi yang dapat ditoleransi. Menurut Marleta et al. 1996, cara pengobatan yang tidak tepat menyebabkan sensitivitas parasit terhadap obat malaria menurun. Keadaan ekonomi masyarakat yang kurang, pendidikanpengetahuan yang rendah, serta klorokuin yang mudah didapatkan di toko obat menyebabkan masyarakat melakukan pengobatan sendiri jika terasa gejala panas dan sakit kepala dengan cara yang tidak tepat. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian atau studi mengenai aktivitas antimalaria yang berasal dari tanaman obat sebagai sumber baru obat antimalaria Mustofa et al. 2007. Tanaman akar kayu kuning dengan nama ilmiah Coscinium fenestratum Gaertn. Colebr., masyarakat Thailand menyebutnya “Hamm” merupakan tanaman semak yang merambat yang memiliki batang silindrikal, kayu kuning dan getah kuning Rojsanga dan Gritsanapan 2005. Tanaman ini digunakan sebagai obat tradisional di sebelah timur laut Thailand. Batang dari tanaman ini disebut sebagai agen detoksifikasi dan dapat digunakan untuk menyeimbangkan tekanan darah, menurunkan gula darah, dan kolesterol dalam darah Rojsanga dan Gritsanapan 2005. Selain itu, masyarakat Thailand juga menggunakan akar tanaman tersebut dengan cara memotong dan merebus lalu airnya diminum untuk mengobati kolik dan sakit perut Tran dan Ziegler 2001. Di beberapa daerah di Indonesia, penduduk terutama suku asli telah menggunakannya untuk obat penyakit tertentu, misalnya suku Sakai di Bengkalis Provinsi Riau menggunakan akarnya sebagai obat kencing manis dan sakit kuning. Suku Anak Dalam di Sumatra Selatan juga menggunakannya untuk pengobatan penyakit kuning, suku Punan Lisun dan suku Punan Bekatan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur mengobati malaria dan sakit pinggang dengan akar tanaman ini Sangat et al. 2000 dan Rahayu 2005. Akar tanaman kayu kuning sudah digunakan secara tradisional untuk mengobati berbagai penyakit termasuk malaria. Namun, informasi mengenai pengaruh pemberian infusa akar tanaman kayu kuning terhadap diferensial leukosit penderita malaria masih terbatas. Karena itu, diperlukan penelitian aktivitas akar tanaman kayu kuning terhadap diferensial leukosit pada penderita malaria ini yang nantinya dapat memberikan tambahan informasi yang berguna dalam pengobatan penyakit ini.