Menurut LUMC 2011, P. berghei pertama kali ditemukan pada tikus pohon di Afrika Tengah. Selain P. berghei, ada juga spesies Plasmodium lainnya
yang menginfeksi rodensia di kawasan Afrika Tengah, yaitu: P. vinckei, P. chabaudi, dan P. yoelli. Plasmodium berghei dapat ditransmisikan kepada hewan
laboratorium seperti tikus laboratorium, mencit putih dan hamster. Plasmodium berghei adalah suatu hemoprotozoa yang menyebabkan penyakit malaria pada
rodensia, terutama rodensia kecil Dewi dan Sulaksono 1994 dan Uskup 2008.
2.3.1. Klasifikasi Plasmodium berghei
Menurut Levine 1995, klasifikasi P. berghei adalah sebagai berikut: Kingdom :
Protista Filum
: Protozoa Subfilum :
Apicomplexa Kelas
: Sporozoasida
Subkelas : Coccidiasina
Ordo :
Eucoccidiorida Subordo :
Haemospororina Family
: Plasmodiidae Genus
: Plasmodium Spesies :
Plasmodium berghei
Gambar 3 Plasmodium berghei.
Sumber: Nahrevanian et al. 2010
2.3.2. Siklus Hidup
Siklus hidup semua spesies parasit malaria pada manusia atau rodensia adalah sama, yaitu mengalami stadium yang berpindah dari vektor nyamuk ke
manusia atau rodensia dan kembali ke nyamuk. Siklus ini terdiri dari siklus seksual sporogoni yang berlangsung pada nyamuk Anopheles dan siklus
aseksual yang berlangsung pada manusia atau rodensia yang terdiri dari fase eritrosit erythrocytic schizogony dan fase yang berlangsung dalam parenkim sel
hati exo-erythrocytic schizogony Darlina dan Devita 2008. Adapun gambaran siklus hidup P. berghei sebagai berikut :
Gambar 4 Siklus Hidup Plasmodium berghei.
Sumber: CDC 2010
2.3.3 Perkembangan Aseksual
2.3.3.1.Sporozoit dan Fase Pre-eritrosit
Sporozoit menetap di hati dan menginfeksi hepatosit. Intak sporozoit dapat diamati di dalam hepatosit dari beberapa menit hingga beberapa jam setelah
terjadi infeksi. Hepatosit diinvasi melalui perantara invaginasi dari membran sel plasma sel inang ke bentuk sebuah vakuola parasitoporus yang mengelilingi invasi
sporozoit. Sporozoit dapat bermigrasi melalui beberapa sel inang sebelum menginvasi hepatosit melalui suatu formasi dari sebuah vakuola parasitoporus. Di
dalam hepatosit, sporozoit berkembang dalam 47-52 jam melewati fase trophozoit menjadi skizon dewasa yang berisi 1500-8000 merozoit jumlah total dari
merozoit tiap skizon dewasa dapat bervariasi tiap spesies yang berbeda LUMC 2011.
Dalam 51 jam, sporozoit memiliki panjang 12 µm berkembang menjadi skizon hepatik dewasa dengan diameter mencapai 30 µm. Skizon hepatik dewasa
berisi kira-kira 8000 merozoit, pemisahan inti dimulai sekitar 24 jam setelah terjadi invasi pada hepatosit yang berarti sedikitnya menjadi 13 inti selama
periode 26 jam. Merozoit terbentuk dengan panjang mencapai 1.6 µm dapat dibandingkan dengan ukuran merozoit fase eritrosit. Pola dasar merozoit dapat
dibandingkan dengan mengamati skizon eritrosit dan selama multifikasi sporogoni pada nyamuk LUMC 2011.
Setelah ruptur dari fase skizon pra-eritrosit, merozoit hepatik dilepas kedalam aliran darah untuk menginfeksi sel darah merah. Menurut Jekti et al.
1996, pada eritrosit yang terinfeksi tampak adanya inti sel parasit dengan sitoplasma yang berwarna ungu kebiruan. Eritrosit yang terserang parasit
membentuk trombus yang mengakibatkan terjadinya nekrosis sel, anoreksia dan anemia. Peningkatan persentase eritrosit yang terserang parasit menyebabkan
induk semang dapat mengalami kematian Jekti et al. 1996.
2.3.3.2.Fase Eritrosit
Fase eritrosit dimulai ketika merozoit haploid yang dilepaskan dari skizon di hati menyerang sel darah merah. Plasmodium berghei dapat terlihat pada
retikulosit tetapi juga dapat menyerang sel darah merah dewasa. Di dalam eritrosit, merozoit berkembang menjadi tropozoit, yang dikarakteristikkan adanya
peningkatan ukuran dan sitoplasma sel. Tropozoit memakan haemoglobin dari sel darah merah kemudian memproduksi Kristal hemozoin coklat yang dapat diamati
sebagai karakteristik pigmen granul di dalam sitoplasma LUMC 2011. Perkembangan merozoit menjadi tropozoit akhir terjadi selama 16 jam
melalui pembentuk ringform cincin. Selanjutnya tahap akhir tropozoit, parasit menduplikasikan DNAnya. Replikasi DNA ini diikuti dengan pembelahan inti
mengarah ke pembentukan parasit binuclear berinti dua. Pembelahan inti yang pertama, parasit memasuki tahap skizon. Selama tahap skizon skizogoni yang
terjadi 6-8 jam, parasit mereplikasi DNAnya dan membagi intinya berkali-kali, membentuk sel sincitial dengan 8-24 inti. Skizon muda dan skizon dewasa
menghilang dari sirkulasi perifer dan menetap dalam kapiler organ dalam seperti paru-paru dan limpa LUMC 2011. Rupturnya skizon membebaskan merozoit-
merozoit ini untuk menyerang sel-sel darah merah yang baru belum terinfeksi akibatnya terjadi peningkatan parasitemia presentasi dari sel darah merah yang
terinfeksi parasit. Tahapan perkembangan sel darah sel darah merah yang terinfeksi P. berghei pada rodensia laboratorium biasanya asynchronous tidak
sinkron, yang berarti bahwa tahapan perkembangannya berbeda seperti cincin, tropozoit, dan skizon yang secara serempak berada dalam darah selama masa
infeksi LUMC 2011.
2.3.4 Perkembangan Seksual